Kesehatan Mental

Mengapa Rekan Kerja yang Bermasalah di Kantor Tak Sadar Dirinya Menyebalkan?

Pernah merasa terganggu dengan perilaku rekan kerja? Artikel ini akan mengungkap alasan di baliknya dan memberikan tips untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis.

Mengapa Rekan Kerja yang Bermasalah di Kantor Tak Sadar Dirinya Menyebalkan?

Dalam lingkungan kerja, hubungan antar karyawan memiliki dampak besar terhadap suasana kantor dan produktivitas tim. Namun, sering kali kita menemui rekan kerja yang tampaknya tidak menyadari bahwa perilakunya dianggap mengganggu atau menyebalkan oleh orang lain.

Mereka bisa menunjukkan sikap egois, kurang kooperatif, atau tidak peduli terhadap dampak perilakunya pada suasana kerja. Fenomena ini menarik perhatian dan memunculkan pertanyaan: Mengapa rekan kerja bermasalah sering tidak menyadari bahwa dirinya dianggap menyebalkan?

Artikel ini terinspirasi dari tulisan di Kompas yang membahas alasan mengapa rekan kerja bermasalah tidak menyadari perilaku mereka. Fenomena tersebut sering terjadi di berbagai tempat kerja dan dapat menimbulkan dampak negatif bagi keseluruhan lingkungan kerja.

Dalam artikel ini, Psikolog Iswan Saputro akan membahas penyebab dari perilaku tersebut, bagaimana kita dapat menghindari menjadi rekan kerja yang menyebalkan, serta langkah-langkah untuk meningkatkan kesadaran diri saat berinteraksi di tempat kerja.

Artikel lainnya: Tips Menghadapi Rekan Kerja yang Keras Kepala

Apa yang Menyebabkan Rekan Kerja yang Bermasalah di Kantor Tak Sadar Dirinya Menyebalkan?

Fenomena rekan kerja yang bermasalah namun tidak sadar akan perilakunya sering kali terjadi akibat berbagai faktor psikologis, lingkungan, dan bahkan budaya di tempat kerja. Berikut Beberapa penyebab utamanya:

1. Kurangnya kesadaran diri (Self-awareness)

Salah satu penyebab utama seseorang tidak menyadari bahwa ia dinilai menyebalkan oleh rekan kerja adalah kurangnya kesadaran diri.

Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk memahami serta mengenali emosi, pikiran, dan perilaku diri sendiri, termasuk dampaknya terhadap orang lain.

Beberapa individu cenderung memiliki "blind spot" terhadap perilaku mereka, sehingga tidak menyadari bahwa perkataan atau tindakan mereka dapat mengganggu orang lain.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology oleh Eurich (2018), banyak orang yang merasa mereka memiliki kesadaran diri yang tinggi, namun pada kenyataannya, hanya sebagian kecil yang benar-benar memilikinya.

Akibatnya, individu tersebut tidak peka dan tidak mampu memahami bagaimana perilaku mereka dinilai oleh orang lain, termasuk oleh rekan kerja.

2. Efek dunning-kruger

Fenomena Dunning-Kruger turut berkontribusi terhadap perilaku rekan kerja yang dianggap menyebalkan. Efek ini menggambarkan situasi di mana individu yang kurang kompeten dalam suatu bidang justru memiliki keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya.

Orang yang mengalami efek ini sering kali tidak menyadari keterbatasan mereka sendiri dan cenderung melebih-lebihkan kemampuan yang dimiliki, sehingga mereka merasa perilaku mereka tidak bermasalah. Akibatnya, mereka menjadi kurang peka terhadap masukan atau kritik dari rekan kerja.

Penelitian oleh Kruger dan Dunning (1999) menunjukkan bahwa individu dengan kemampuan yang rendah seringkali menilai diri mereka lebih baik daripada yang sebenarnya.

Dalam konteks pekerjaan, hal ini dapat membuat seseorang merasa bahwa perilaku atau kontribusinya tidak bermasalah atau sudah maksimal, meskipun rekan kerja mereka memiliki pandangan yang berbeda.

3. Budaya organisasi yang tidak mendukung feedback

Beberapa tempat kerja memiliki budaya yang tidak mendukung transparansi dan komunikasi terbuka, terutama dalam memberikan feedback kepada rekan kerja yang bermasalah.

Dalam lingkungan seperti ini, kritik sering dianggap sensitif atau tabu, sehingga rekan kerja yang bermasalah tidak pernah diberi tahu bahwa perilakunya mengganggu.

Penelitian dari Harvard Business Review (2016) menunjukkan bahwa budaya kerja yang kurang mendukung feedback jujur cenderung meningkatkan ketidakpuasan dan konflik antar karyawan.

Tanpa komunikasi yang jelas, individu tersebut tidak akan menyadari bahwa mereka menjadi sumber masalah.

4. Kebiasaan yang dibentuk lingkungan kerja

Perilaku menyebalkan rekan kerja seringkali dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang tidak sehat, seperti persaingan ketat, manajemen otoriter, atau kurangnya apresiasi terhadap kerja sama tim.

Dalam situasi ini, kebiasaan buruk bisa dianggap normal, sehingga individu merasa perilaku egoisnya wajar.

5. Kurangnya empati

Rekan kerja yang bermasalah sering kurang memiliki empati, sehingga mereka gagal memahami perasaan orang lain atau membaca sinyal non-verbal, seperti bahasa tubuh dan nada suara, yang menunjukkan ketidaknyamanan. Akibatnya, mereka terus bersikap menyebalkan tanpa menyadari dampaknya.

Penelitian oleh Decety dan Jackson (2004) menyebutkan bahwa empati adalah keterampilan yang bisa dikembangkan, namun tidak semua orang memilikinya secara alami, sehingga mereka kesulitan memahami dampak emosional dari tindakan mereka terhadap orang lain.

Bagaimana Membentuk Pribadi Kita Agar Tidak Menjadi Rekan Kerja yang Menyebalkan?

Tips Menghadapi Rekan Kerja yang Keras Kepala

Menjadi rekan kerja yang menyenangkan dan kooperatif penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Berikut beberapa langkah untuk memastikan kita tidak menjadi sumber masalah di tempat kerja:

1. Kembangkan kesadaran diri

Kita harus aktif memahami bagaimana perilaku kita mempengaruhi orang lain, misalnya dengan refleksi diri dan bertanya, "Apakah tindakan saya membantu tim?" Penelitian menunjukkan bahwa kesadaran diri meningkatkan kualitas hubungan interpersonal di tempat kerja (Silvia & O'Brien, 2004).

2. Terbuka terhadap feedback

Jangan anggap kritik sebagai serangan pribadi, tetapi sebagai peluang untuk berkembang. Mendengarkan dan mengevaluasi feedback dari rekan kerja atau atasan membantu kita memperbaiki perilaku yang mungkin tidak kita sadari.

3. Berempati

Empati memungkinkan kita memahami perasaan rekan kerja. Cobalah melihat situasi dari perspektif orang lain untuk menjadi lebih perhatian dan menghindari perilaku yang mengganggu.

4. Hargai keberagaman

Menghargai perbedaan latar belakang dan cara kerja orang lain meningkatkan kerja sama tim dan inovasi.

5. Berkomunikasi dengan jelas dan terbuka

Komunikasi yang baik adalah kunci. Sampaikan pendapat atau masalah dengan cara yang sopan, serta dengarkan rekan kerja dengan penuh perhatian.

Artikel lainnya: Cara Mencegah Perselingkuhan dengan Rekan Kerja

Rekan kerja yang bermasalah sering tidak menyadari perilaku mereka karena beberapa faktor, seperti kurangnya kesadaran diri, efek Dunning-Kruger, dan lingkungan kerja yang tidak mendukung feedback.

Untuk menghindari menjadi rekan kerja yang menyebalkan, kita perlu meningkatkan kesadaran diri, terbuka terhadap kritik, mengembangkan empati, menghargai keberagaman, dan berkomunikasi dengan baik. Langkah-langkah ini membantu menciptakan lingkungan kerja yang sehat, produktif, dan harmonis.

Cari tahu lebih banyak tentang kesehatan mental, manajemen stres, dan tips menjaga keseimbangan kerja lewat berbagai artikel menarik di KlikDokter. Yuk, download aplikasinya sekarang juga dan selalu #JagaSehatmu ya.

  • Decety, J., & Jackson, P. L. (2004). "The Functional Architecture of Human Empathy," Trends in Cognitive Sciences, 8(2), 54-60.
  • Eurich, T. (2018). Insight: The Surprising Truth about How Others See Us, How We See Ourselves, and Why the Answers Matter More Than We Think. Crown Business.
  • Kruger, J., & Dunning, D. (1999). "Unskilled and Unaware of It: How Difficulties in Recognizing One's Own Incompetence Lead to Inflated Self-Assessments," Journal of Personality and Social Psychology, 77(6), 1121-1134.
  • Silvia, P. J., & O'Brien, M. E. (2004). "Self-Awareness and Constructive Functioning: Revisiting ‘The Human Dilemma,’" Journal of Research in Personality, 38(2), 191-196.
  • Harvard Business Review. (2016). "The Feedback Fallacy."