Istilah daddy issues kerap kali dilontarkan dalam perbincangan. Contoh, ketika melihat wanita muda yang berkencan dengan pria yang lebih tua.
Faktanya, kondisi tersebut tidak hanya dalam lingkup sesempit itu. Ada banyak ciri-ciri lainnya yang kerap ditunjukkan oleh orang-orang dengan kondisi ini.
Supaya kamu tidak salah memahami daddy issues, kenali penyebab dan berbagai gejalanya pada ulasan berikut ini!
Apa Itu Daddy Issues?
Daddy issues bukanlah istilah klinis atau kelainan yang tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Itu artinya, kondisi ini tidak termasuk sebagai gangguan mental.
Hal ini selaras dengan pernyataan psikolog, Ichsan Bella Persada M.Psi., “Daddy issues itu sebenarnya bukan istilah medis tapi untuk menggambarkan berjaraknya atau jauhnya hubungan dengan figur ayah yang membuat hubungan anak dan ayah menjadi tidak ideal.”
Istilah daddy issues pertama kali muncul tahun 1910 oleh Bapak Psikoanalisis, Sigmund Freud, dalam teorinya mengenai father complex. Freud menggambarkan bahwa father complex terjadi akibat hubungan negatif antara ayah dengan anak laki-lakinya.
Carl Jung, seorang pencetus psikologi analitis percaya bahwa anak perempuan juga bisa mengalami kondisi serupa. Ia menyebut fenomena ini sebagai electra complex. Dari kedua teori ini, istilah daddy issue lahir dan mulai digunakan, bahkan hingga sekarang.
Meski sering digunakan, banyak yang berasumsi bahwa masalah ini hanya terjadi pada wanita. Faktanya, masalah ini juga bisa dialami oleh pria.
Artikel Lainnya: Inilah Peran Ayah dalam Mendidik Anak Laki-Laki
Penyebab Terjadinya Daddy Issues
Ayah memiliki peran penting dalam tumbuh kembang fisik, emosional, dan sosial anak. Salah satu contohnya, yaitu dapat membantu anak menjadi lebih percaya diri.
“Dalam menghadapi tantangan atau masalah sosial, anak lebih berani dalam menghadapinya. Selain itu, bisa membantu mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan pada anak,” papar Ichsan.
Kosongnya sosok ayah dalam kehidupan anak tentu mempengaruhi perkembangan anak. Hal ini juga bisa mengembangkan daddy issues dalam diri anak saat ia dewasa.
Lebih jelasnya, beberapa faktor berikut dapat menjadi penyebab berkembangnya daddy issues.
1. Kurangnya Ikatan Anak dengan Ayahnya
“Masalah attachment (keterikatan) antara individu dan ayahnya yang kurang baik di masa kecil. Misalnya, ayahnya tidak cukup memenuhi kebutuhan emosional anak karena ayahnya tidak tinggal serumah. Yang pasti secara kebutuhan dan emosional tidak terpenuhi”, ujar Ichsan lebih lanjut.
Selain tidak tinggal serumah, kurangnya waktu bersama anak karena ayah yang sibuk bekerja juga bisa menjadi penyebab masalah ini.
2. Pola Asuh yang Salah atau Memiliki Ayah yang Tidak Bisa Diandalkan
Seorang ayah memang dituntut untuk berperilaku tegas. Sayangnya, beberapa ayah menerapkan hal ini dengan pola asuh yang kasar secara fisik maupun emosional.
Akibatnya, hal ini akan menciptakan jarak antara anak dengan ayahnya. Selain kekerasan, ayah yang sering berjudi atau mengonsumsi alkohol juga bisa menimbulkan dampak serupa.
Dalam jangka panjang, jarak tersebut bisa membuat anak kehilangan sosok ayah yang seharusnya dianggap sebagai panutan.
3. Pelecehan Seksual
Anak yang menjadi korban pelecehan di masa kecil oleh ayah tiri atau pamannya, juga bisa mengalami daddy issues ketika dewasa. Perasaan yang mereka alami ini sangatlah rumit.
Di satu sisi, si anak ingin mencintai keluarganya. Di sisi lain, mereka merasa tersakiti karena pelecehan tersebut.
Artikel Lainnya: Benarkah Ayah Lebih Perhatian terhadap Anak Perempuan?
Tanda dan Gejala Seseorang Memiliki Daddy Issue
Seseorang yang memiliki daddy issues, dapat menunjukkan tanda dan gejala berikut ini:
1. Suka dengan Pria yang Lebih Tua
“Biasanya tertarik dengan pria yang lebih tua, atau jauh lebih tua darinya. Dengan harapan pria tersebut bisa melindungi atau memberikan apa yang dibutuhkan”, ucap Ichsan.
Bisa dibilang, ini merupakan contoh daddy issues yang kerap ditunjukkan oleh wanita. Mengingat di masa kecil, ia tidak memiliki sosok ayah yang bisa diandalkan.
2. Gampang Cemburu
“Bisa juga jadi sangat sulit percaya dengan laki-laki. Ketika punya hubungan pun jadinya curigaan atau cemburuan” ujar Ichsan.
Dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ayah, bisa membuat orang yang memiliki daddy issues menjadi mudah cemas, curiga, dan cemburu. Ini karena ia merasa takut untuk ditinggalkan atau diabaikan.
3. Kecenderungan Melakukan Kekerasan
Tumbuh dengan ayah yang kasar dapat menjadi benih perilaku yang sama pada anak di masa depan. Hal ini sangat mungkin ditunjukkan oleh laki-laki dengan daddy issues.
Perilaku yang buruk ini bisa merusak hubungannya dengan dengan kekasih maupun keluarga.
Berdasarkan ulasan di atas, diharapkan kamu tidak lagi salah lagi dalam memahami istilah daddy issues. Bila kamu memiliki masalah ini, jangan ragu untuk konsultasi dengan psikolog.
Kamu juga bisa menggunakan fitur Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter untuk konsultasi kepada dokter dengan lebih mudah. Selalu #JagaSehatmu, baik fisik maupun mental agar hidup jadi lebih berkualitas!
(JKT)
- Journal of Child and Family Studies. Diakses 2023. Father–Daughter Attachment and Communication in Depressed and Nondepressed Adolescent Girls.
- Very Well Mind. Diakses 2023. What Are Daddy Issues?
- Semantic Scholar. Diakses 2023. Emerging from the Daddy Issue: A Phenomenological Study of the Impact of the Lived Experiences of Men Who Experienced Fatherlessness on Their Approach to Fathering Sons
- Psych Central. Diakses 2023. ‘Daddy Issues’ and Their Impact on Adult Relationships