Membangun dan memiliki keluarga yang bahagia menjadi harapan bagi banyak orang. Tulisan ini dibuat untuk memperingati Hari Keluarga Nasional 2024 oleh tim redaksi KlikDokter dan Psikolog Iswan Saputro.
Keluarga menjadi lingkungan pertama yang membentuk pribadi seseorang. Namun, tidak sedikit keluarga juga menjadi luka atau konflik pertama yang mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Pengalaman traumatik dari keluarga dapat membuat seseorang merasa kurang percaya diri, pesimis, dan merasa terperangkap dalam pola pikir negatif yang mengecewakan.
Artikel lainnya: Manfaat Nostalgia Masa Lalu, Bisa Bikin Kamu Lebih Optimis
Menyalahkan Keluarga dan Orang Tua
Mudah memang untuk menyalahkan orangtua atau keluarga atas kesulitan yang dirasakan hari ini. Manusiawi jika seseorang merasa kecewa ketika mendapatkan perlakuan tidak baik dari lingkungan yang seharusnya melindungi, salah satunya keluarga.
Ekspresi kekecewaan ini muncul dalam bentuk perilaku menyalahkan keadaan, menyesal dilahirkan, dan marah baik ditujukan kepada diri sendiri maupun keluarga atau orangtua.
Rasa tidak berdaya untuk mengubah keadaan keluarga juga menjadi faktor yang membuat seseorang sulit untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan terjebak pada siklus negatif.
Membandingkan Keluarga dengan Keluarga Lain
Dalam upaya mencari pemahaman dan kedamaian, Kamu mungkin sering berandai-andai memiliki keluarga yang sempurna dan membandingkan keluargamu dengan keluarga orang lain.
Melihat keluarga lain yang tampak bahagia dan harmonis bisa membuat Kamu merasa semakin tidak puas dan iri hati. Kamu mungkin berpikir, "Mengapa keluarga saya tidak bisa seperti mereka?" atau "Apa yang salah dengan saya sehingga saya harus dilahirkan dalam keluarga seperti ini?"
Sikap sering membandingkan seringkali berujung pada menurunnya kepercayaan diri (insecure), kecemasan, dan mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal.
Artikel lainnya: Tips untuk Bisa Melupakan Kenangan Buruk di Masa Lalu
Menghentikan Siklus Negatif
Langkah pertama untuk membebaskan diri dari siklus negatif ini adalah dengan menyadari bahwa menyalahkan dan membandingkan tidak akan membawa Kamu ke mana-mana.
Menyalahkan masa lalu dan keluarga hanya akan menguras energi dan menciptakan lebih banyak rasa frustasi. Kamu perlu menyadari perlu menyudahi itu semua dan mengalihkan energi ke arah yang lebih konstruktif.
Penting untuk memahami bahwa masa lalu tidak bisa diubah, tetapi cara Kamu merespons dan bereaksi terhadap masa lalu dapat diubah. Alihkan fokus Kamu dari apa yang salah di masa lalu ke apa yang bisa Kamu perbaiki di masa kini dan masa depan.
Fokus pada Pembangunan Diri
Daripada terjebak dalam lingkaran menyalahkan dan membandingkan, lebih baik Kamu fokus untuk segera bangkit dan membangun diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik dan tangguh.
Mulailah dengan menerima bahwa masa lalu adalah bagian dari cerita hidup, tetapi itu tidak menentukan masa depan dirimu. Berikut beberapa langkah yang bisa Kamu ambil untuk membangun diri menjadi lebih baik dan tangguh:
1. Menyadari dan memaafkan masa lalu
Proses pertama adalah menerima apa yang telah terjadi dan memaafkan orang-orang yang terlibat. Memaafkan bukan berarti melupakan atau menyetujui tindakan mereka, tetapi lebih kepada membebaskan diri Kamu dari beban emosional yang menghambat pertumbuhan pribadi.
2. Mengembangkan self-awareness
Tingkatkan kesadaran diri Kamu tentang bagaimana masa lalu mempengaruhi perilaku dan pikiran Kamu saat ini. Dengan memahami pola-pola tersebut, Kamu bisa mulai mengubah cara berpikir dan bereaksi terhadap situasi.
3. Membangun keterampilan koping yang sehat
Belajarlah keterampilan koping yang sehat seperti meditasi, olahraga, atau menulis jurnal untuk mengelola stres dan emosi. Teknik-teknik ini bisa membantu Kamu mengatasi perasaan negatif dan menjaga keseimbangan mental.
4. Menetapkan tujuan yang realistis
Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis untuk diri sendiri. Dengan memiliki tujuan, Kamu akan memiliki arah yang jelas dan motivasi untuk terus maju.
5. Mencari dukungan
Jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional jika Kamu merasa perlu. Terapi atau konseling bisa menjadi alat yang sangat berguna untuk membantu Kamu mengatasi trauma masa lalu.
6. Meningkatkan rasa syukur
Fokus pada hal-hal yang bisa Kamu syukuri dalam hidup saat ini. Meningkatkan rasa syukur dapat membantu mengubah perspektif Kamu dari negatif ke positif dan meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan.
7. Mengejar pengembangan diri
Teruslah belajar dan berkembang. Ikuti kursus, baca buku, dan cari pengalaman baru yang bisa memperkaya pengetahuan dan keterampilan dirimu. Pengembangan diri akan membantu Kamu merasa lebih percaya diri dan kompeten.
Artikel lainnya: 5 Cara Berdamai dengan Masa Lalu demi Kesehatan Mental
Masa lalu yang sulit, terutama yang berasal dari keluarga yang berantakan dan toxic, dapat meninggalkan bekas yang mendalam pada kesehatan mental seseorang.
Namun, menyalahkan keluarga dan berandai-andai memiliki kehidupan yang berbeda tidak akan mengubah keadaan saat ini. Dengan menerima masa lalu, memaafkan, dan fokus pada pembangunan diri, Kamu dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah dan memuaskan.
Alihkan energi Kamu ke hal-hal yang positif dan konstruktif, dan jadikan masa lalu sebagai pelajaran berharga dalam perjalanan hidup.
Jika Kamu memiliki pertanyaan seputar topik diatas, Kamu bisa gunakan fitur layanan Tanya Dokter untuk chat dengan psikolog atau Temu Dokter untuk konsultasi langsung dengan psikolog.
Jangan lupa untuk selalu rutin cek kesehatan Kamu dengan pesan layanan pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan secara online.Yuk, download aplikasi KlikDokter sekarang juga dan belanja keperluan kesehatan lainnya di KALStore. Jangan lupa #JagaSehatmu selalu.