Sebagai orangtua, mendengar berita tersebut pasti teramat sedih dan memilukan. Tak jarang, hal ini turut menimbulkan pertanyaan “Sebenarnya, bagaimana anak tersebut mendapatkan pendidikan, baik pendidikan dari orangtuanya maupun pendidikan dari tempat lainnya, sehingga anak tersebut sudah memiliki keinginan untuk melakukan pelecehan seksual terhadap lawan jenisnya.”
Perbuatan tersebut tentu saja akan memberikan efek yang luar biasa kepada sang korban. Seorang anak yang mengalami kekerasan, termasuk tindakan pelecehan seksual, tidak hanya akan berdampak pada masalah kesehatannya di kemudian hari, tetapi juga bisa menimbulkan trauma berkepanjangan pada korban sepanjang hidupnya.
Perlu diketahui, trauma kekerasan seksual harus segera ditangani oleh dokter yang berkompeten. Studi telah membuktikan bahwa ada hubungan sebab akibat antara pelecehan seksual yang terjadi saat masa kanak-kanak dengan psikopatologi orang tersebut saat dewasa, termasuk kecenderungan untuk melakukan bunuh diri, kelakuan antisosial, gangguan kejiwaan pasca trauma, lebih mudah gelisah, dan kecanduan alkohol.
Dan untuk dampak jangka panjangnya, bisa saja korban akan mengalami fobia pada hubungan seksual ketika dewasa nanti. Bahkan lebih parahnya lagi, korban akan memiliki kemungkinan untuk terbiasa dengan kekerasan di masa depan. Untuk itu, alangkah baiknya jika korban kekerasan seksual tidak hanya mendapatkan bantuan di bidang medis saja, tetapi juga harus mendapatkan bantuan konsultasi psikologis secara berkala.
Lalu, bagaimana cara yang mungkin bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak?
Hal terpenting untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak adalah dengan memperkenalkan tentang pendidikan seksual pada anak sedini mungkin. Pertama dengan memperkenalkan organ tubuh mana yang bersifat sangat-sangat pribadi, di mana tidak ada orang yang boleh menyentuhnya – misalnya alat kelamin. Lalu, bisa juga dengan melarang orang asing untuk menyentuh tubuh anak, walaupun hanya menggandeng tangan saja.