Terkadang, Anda yang sudah menjadi orang tua tidak menyadari dampak yang muncul pada perkembangan anak ketika membuat suatu keputusan. Salah satunya keputusan untuk melakukan perselingkuhan dengan orang lain. Tentunya, Anda beranggapan buah hati belum mengerti kondisi tersebut.
Tak jarang, pikiran tersebutlah yang menyebabkan perkembangan anak kurang diperhatikan oleh orang tua yang berselingkuh. Apalagi orang tua selingkuh sibuk mengurusi masalah yang bermunculan. Terutama, masalah yang muncul dengan keluarga.
Perlu Anda ketahui, menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog dari KlikDokter, perselingkuhan orang tua sangat memengaruhi perkembangan anak. Terutama perkembangan psikologisnya. Bahkan, dampaknya tak cuma satu. Banyak pula perubahan yang mungkin terjadi pada anak baik sejak dini ataupun ketika usianya beranjak dewasa.
Berikut ini beberapa masalah psikologis yang akan memengaruhi anak yang orang tuanya selingkuh menurut Ikhsan Bella Persada:
-
Anak kehilangan kepercayaan
“Jangan merasa bahwa anak tidak mengerti. Pertama, mereka bisa menjadi kehilangan kepercayaan terhadap orang tuanya dan sakit hati.
Mengapa? “Masa anak-anak adalah masa di mana umumnya anak sedang sayang-sayangnya pada orang tua. Ketika orang tua selingkuh, anak akan kecewa sekali,” jelas Ikhsan.
“Perselingkuhan itu bentuk dari kehilangan cinta. Sakit hatinya bisa luar biasa, meski mereka belum bisa mengungkapkannya seperti orang dewasa,” Ikhsan menambahkan.
-
Mengubah pola pikir anak terhadap hubungan pernikahan
Walau umumnya anak akan mengalami sakit hati, dampak orang tua selingkuh memang tergantung pada tiap individu. Namun, secara umum pasti memiliki dampak besar maupun kecil.
Lebih parahnya lagi, kondisi ketidakharmonisan tersebut akan mengubah pola pikir anak terhadap pernikahan di kemudian hari. Mereka akan menganggap pernikahan itu bukanlah suatu hal yang sakral lagi.
“Dulu, anak-anak—khususnya perempuan, mendambakan pernikahan indah bak cerita dongeng. Karena kondisi yang dialami ternyata berbeda, anak akan menganggap pernikahan itu bukan suatu hal yang penting lagi. Sudah menikah saja masih bisa selingkuh, ikatan janji tak ada gunanya. Jadi, pola pikir soal pernikahan menjadi seperti main-main saja,” jelas Ikhsan.
-
Selingkuh yang berujung cerai lebih menyakitkan lagi
Dampak psikologis terhadap anak juga akan lebih berat apabila perselingkuhan orang tuanya sampai berakhir dengan perceraian. Menurut Ikhsan, perselingkuhan yang berujung pada perceraian seperti double attack.
Perselingkuhan membuat mereka kehilangan kepercayaan. Sedangkan perceraian membuat mereka kehilangan kasih sayang kedua orang tua secara utuh.
Belum lagi saat bercerai, anak cenderung dipaksa untuk memilih mau ikut ayah atau ibunya. Bagi anak-anak, hal tersebut sangat menyiksa, meski biasanya, anak cenderung akan memilih tinggal dengan orang tua yang mengalami pengkhianatan.
-
Risiko depresi pada anak sangat tinggi
Ada sebuah kondisi anak akan melihat ayah atau ibunya selingkuh dengan mata kepalanya sendiri. Ada anak yang langsung menceritakannya kepada salah satu orang tua mereka. Namun ada juga yang memilih untuk memendamnya sendiri.
Anak-anak yang memendam perasaan ini sangat berisiko tinggi untuk depresi. Mereka memiliki beban mental yang berat. Tekanan dan rasa bersalah bisa memicu timbulnya stres.
Karena anak belum pandai meluapkan emosinya, ujung-ujungnya itu membuat anak depresi. Kemampuan anak untuk melampiaskan emosi memang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Bila tidak, anak-anak cenderung memilih untuk diam.
Apabila si anak berada di lingkungan pertemanan yang baik, mungkin dia cenderung akan melampiaskannya dengan macam-macam kegiatan positif supaya lupa dengan rasa kecewanya.
Namun, jika lingkaran pertemanannya kurang baik, bisa-bisa anak terjerumus ke dalam aktivitas negatif dengan alasan untuk menghilangkan rasa sakit di dalam hatinya. Misalnya: konsumsi narkoba.
Dampak orang tua selingkuh terhadap perkembangan anak memang nyata. Orang dewasa tak boleh merasa bahwa anak belum mengerti dan tak akan merasakan apa pun atas kejadian itu.
Seiring berjalannya waktu, sebagian anak bisa berdamai dengan keadaan. Namun ingat, dalam proses tersebut, terdapat perjuangan yang mungkin menyakitkan dirasakan si buah hati.
Bila memang rumah tangga Anda berada di dalam batas akhir, jangan lupa untuk perhatikan kondisi mental anak. Jangan sampai si Kecil merasa ditinggalkan dan kurang kasih sayang. Tetap berikan cinta kepadanya agar perkembangan anak berjalan baik.
(AYU/ RH)