Belum lama ini, media sosial digemparkan dengan kasus ibu menggorok tiga anak kandungnya di Brebes, Jawa Tengah. Pelaku tega melakukan tindakan kejam tersebut dengan dalih untuk membebaskan anaknya dari penderitaan, sehingga mereka tidak merasakan sakit seperti yang dialami sang ibu.
Ketika artikel ini dipublikasikan pada Selasa (22/3), polisi masih mendalami kasus terkait dan pelaku tengah menjalani serangkaian pemeriksaan kejiwaan.
Berangkat dari kasus tersebut, sebenarnya adakah kondisi gangguan mental yang diidap seorang ibu sehingga menyebabkan dirinya “sebaiknya” tidak punya anak? Yuk cari tahu lebih jauh.
Kondisi Kesehatan Mental yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Punya Anak
Memiliki seorang anak merupakan hak semua wanita. Kendati demikian, terdapat ciri-ciri kondisi mental wanita yang menyebabkan dirinya mungkin akan kesulitan ketika memiliki seorang anak.
Hal ini diakui sejumlah orang yang dibesarkan oleh ibu dengan gangguan psikologis. Melalui sebuah rubrik di The Atlantic, tidak sedikit individu yang menuturkan pengalaman traumatis berkaitan dengan gangguan mental ibunya.
Mereka mengaku gangguan psikologis sang ibu membuat kehidupan keluarganya berantakan.
Artikel Lainnya: Persiapan Mental yang Harus Dilakukan Jelang Pernikahan
Pengalaman tersebut bahkan menyisakan trauma. Hal ini menyebabkan orang yang punya ibu dengan gangguan mental, tidak ingin memiliki anak.
Pasalnya, mereka khawatir gangguan psikologis yang diwarisi, akan diturunkan pada anaknya kelak. Kekhawatiran lainnya, mereka akan mengalami kesulitan membina keluarga karena mengidap gangguan mental yang diwariskan turun-temurun.
Berikut sederet gangguan mental yang dapat membuat seorang wanita kesulitan untuk punya anak:
1. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental serius yang menyebabkan penderitanya merasakan cemas terlalu sering dan berlebihan. Kondisi ini diduga terjadi karena adanya masalah pada komponen otak yang bertugas mengatur emosi dan rasa takut.
Gangguan kecemasan dapat diwariskan secara genetik. Masalah psikologis ini dapat pula dipicu oleh sejumlah faktor risiko seperti pengalaman traumatis di masa lalu, gangguan kepribadian, efek samping kafein dan narkoba, maupun kondisi medis tertentu, misalnya penyakit tiroid dan aritmia.
Wanita dengan gangguan kecemasan mungkin akan kesulitan membesarkan anak, karena rasa cemas berlebih yang dialami dapat membuatnya kesulitan mengendalikan diri.
Bukan tidak mungkin, gangguan mental tersebut bisa membahayakan anak-anaknya.
2. Gangguan Bipolar
Kondisi mental penyebab tidak bisa punya anak berikutnya yaitu gangguan bipolar. Kondisi ini merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya mengalami perubahan suasana hati secara drastis.
Pengidap bipolar bisa merasa sangat bahagia, lantas berubah menjadi sangat sedih dalam sekejap. Berdasarkan WebMD, bipolar disorder atau gangguan bipolar merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat bunuh diri.
Kecenderungan bunuh diri tersebut bahkan dua kali lipat lebih banyak dilakukan wanita penderita bipolar. Hal ini berlaku jika dibandingkan dengan pria dengan gangguan psikologis tersebut.
Karenanya, wanita dengan gangguan bipolar dikhawatirkan akan kesulitan membesarkan anak.
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab munculnya gangguan bipolar. Meski begitu, kondisi ini diduga diwariskan secara genetik.
Selain itu, gaya hidup dan lingkungan sosial juga dapat memicu seseorang mengidap bipolar.
3. Depresi
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan pengidapnya merasakan kesedihan mendalam, putus asa, dan merasa dirinya tidak berharga. Perasaan tersebut bisa bertahan hingga dua pekan lamanya.
Kondisi ini berbahaya, karena jika tidak memperoleh penanganan profesional justru bisa menyebabkan produktivitas menurun, merusak hubungan sosial, bahkan memicu keinginan bunuh diri.
Pada wanita pengidap depresi, akan kesulitan membesarkan anak. Penyebab depresi sendiri diduga disebabkan oleh faktor genetik, maupun adanya perubahan hormonal, dan komponen kimia di otak.
Depresi juga bisa dipicu oleh pengalaman traumatis, tekanan batin, penyakit kronis, maupun efek samping obat-obatan tertentu.
4. Skizofrenia
Kesulitan membesarkan anak juga mungkin dialami wanita pengidap skizofrenia. Gangguan mental ini menyebabkan penderitanya kerap berhalusinasi, berdelusi, kesulitan berpikir jernih, dan mengalami perubahan perilaku.
Kendati penyebabnya belum diketahui secara pasti, skizofrenia diduga diturunkan secara genetik. Selain itu, kondisi ini juga bisa muncul karena pengaruh lingkungan sosial.
Artikel Lainnya: Masalah Rumah Tangga yang Muncul setelah Punya Anak
Bolehkah Wanita dengan Gangguan Mental Punya Anak?
Psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi., menegaskan pada dasarnya semua wanita boleh memiliki anak. Kendati demikian ia mengatakan terdapat sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan sebelum memiliki anak.
“Salah satunya, yaitu kesiapan mental dalam memberikan pengasuhan dan menjadi contoh untuk anaknya kelak. Selain itu perlu diperhatikan pula kematangan emosional dan berpikir calon ibu,” paparnya.
Ikhsan memberi saran kepada pasangan yang berencana memiliki anak, sementara salah satu dari mereka punya masalah kesehatan mental. Ia menganjurkan mereka melakukan treatment atau perawatan terlebih dahulu.
“Tujuannya agar aware atau sadar dengan kondisi dirinya terlebih dahulu, sebelum memberikan perhatian dan pengasuhan kepada anak. Jika tidak sadar dengan kondisinya sendiri, maka bisa jadi akan berpengaruh pada penyampaian emosi atau penyampaian perilaku yang tidak tepat ke anaknya nanti,” jelas Ikhsan.
Ikhsan menegaskan bahwa hal tersebut juga berlaku untuk pria yang akan menjadi calon ayah. Menurutnya, calon ayah juga harus memiliki kondisi mental yang stabil.
“Oleh sebab itu, sebelum punya anak, suami dan istri yang merasa memiliki kondisi mental yang tidak baik dan memengaruhi kehidupannya, sebaiknya segera konseling ke psikolog atau psikiater dan mengikuti kelas parenting. Hal ini dilakukan sebelum nanti akhirnya memutuskan memiliki anak,” tegasnya.
Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar info kesehatan mental lainnya, konsultasikan kepada psikolog via Live Chat.
(OVI/JKT)
Referensi:
The Atlantic. Diakses 2022. Staying Child-Free Because of Mental-Health Concerns.
Web MD. Diakses 2022. Bipolar Disorder and Suicide.
Ditinjau oleh Psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi.