Menggunakan gula sebagai pemanis makanan atau minuman seolah tak dapat dihindarkan. Sebelum sensasi manis terasa di mulut, Anda tak akan berhenti menambahkan gula. Perlu diketahui bahwa konsumsi gula memiliki batasan yang tidak boleh diabaikan. Menurut American Heart Association (AHA), batas maksimal konsumsi gula adalah 24 miligram per hari atau setara enam sendok teh.
Sementara itu, Dietary Guidelines Advisory Committee menyarankan agar Anda membatasi konsumsi gula maksimal 10 persen dari total konsumsi kalori dalam sehari. Jadi, jika Anda mengonsumsi total 1.500 kalori, Anda hanya boleh mengonsumsi gula sebanyak 150 kalori atau setara dengan 39 gram atau maksimal tiga sendok makan sehari.
“Sementara anjuran dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sedikit berbeda, yang mematok konsumsi gula maksimal adalah 50 gram atau setara dengan empat sendok makan per hari,” ujar dr. Karin Wiradarma dari KlikDokter.
Bila tetap bersikeras mengonsumsi gula terus-terusan, Anda akan mengalami berbagai gangguan kesehatan. Berikut ini adalah beberapa risiko yang bisa Anda alami jika Anda terlalu sering mengonsumsi gula:
1. Gula meningkatkan risiko diabetes
Sering mengonsumsi gula dalam jangka panjang akan mendorong resistensi terhadap insulin. Hormon diproduksi pankreas dan bertugas mengatur kadar gula darah. Resistensi insulin menyebabkan kadar gula darah meningkat. Lama-kelamaan, kondisi ini dapat meningkatkan risiko diabetes.
Sebuah studi populasi di lebih dari 175 negara menemukan bahwa risiko diabetes tumbuh 1,1 persen untuk setiap 150 kalori gula, atau sekitar satu kaleng soda yang dikonsumsi per hari. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa orang yang minum minuman manis, termasuk jus buah, lebih mungkin terkena diabetes.
2. Bikin berat badan naik
Beberapa makanan dan minuman manis mengandung fruktosa, sejenis gula sederhana. Faktanya, mengonsumsi fruktosa secara intens mampu meningkatkan rasa lapar dan keinginan untuk makan makanan mengandung glukosa, jenis gula utama yang ditemukan dalam makanan bertepung. Alhasil, berat badan Anda naik!
Selain itu, konsumsi fruktosa berlebihan dapat menyebabkan resistensi terhadap leptin. Hormon ini penting dalam mengatur rasa lapar dan memberi tahu tubuh untuk berhenti makan. Kesimpulannya, makan gula tidak mengurangi rasa lapar, justru menambah berat badan.
Gula juga dikaitkan dengan peningkatan jumlah lemak visceral, semacam lemak perut yang dapat menimbun dan menaikkan risiko penyakit seperti diabetes dan jantung. Perlu diingat bahwa saat berat badan naik, Anda akan diintai berbagai macam penyakit berbahaya!
3. Bikin muka berjerawat
Gula juga sering dikaitkan dengan risiko timbulnya jerawat. Makanan dengan indeks glikemik tinggi, seperti permen olahan, meningkatkan gula darah Anda lebih cepat daripada makanan dengan indeks glikemik yang lebih rendah.
Makanan manis cepat meningkatkan gula darah dan kadar insulin. Hal ini sekaligus menyebabkan peningkatan sekresi androgen, produksi minyak, dan peradangan, yang semuanya memainkan peran dalam munculnya jerawat.
Penelitian telah menunjukkan bahwa diet rendah glikemik dikaitkan dengan penurunan risiko jerawat. Sebuah penelitian pada 2.300 remaja menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi gula tambahan memiliki risiko 30 persen lebih besar terkena jerawat. Studi lain meneliti perilaku masyarakat pedesaan yang mengonsumsi makanan tradisional tanpa bahan dasar gula. Hasilnya, masyarakat pedesaan yang mengalami jerawat sangat rendah jika dibandingkan penduduk urban.
Rasa manis gula memang nikmat dan bikin nagih. Tapi ingat dampak buruk yang ditimbulkannya jika Anda mengonsumsinya berlebihan, seperti risiko diabetes, berat badan naik, dan munculnya jerawat. Salah satu cara yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi konsumsi gula, adalah menggantinya dengan pemanis alami seperti madu atau memakai pemanis rendah kalori, stevia.
[HNS/ RVS]