Terasa manis tapi tanpa kalori membuat pemanis buatan tampak seperti salah satu cara mudah untuk berdiet. Namun, sebelum mengonsumsinya secara rutin, Anda perlu mengetahui efek di balik gula pengganti ini.
Bila dikonsumsi sesuai anjuran, pemanis buatan sebenarnya dapat membantu mengurangi konsumsi gula tambahan, sehingga jumlah kalori yang Anda konsumsi pun menjadi lebih sedikit. Berat badan bisa dipertahankan tetap ideal, risiko Anda mengalami penyakit jantung dan diabetes pun akan menurun.
Namun faktanya tak sesederhana itu. Anda pun harus berhati-hati terhadap keamanan konsumsi pemanis buatan secara rutin, apalagi dalam jangka panjang.
Artikel Lainnya: Bolehkah Ibu Hamil Mengonsumsi Pemanis Buatan?
Bahaya konsumsi pemanis buatan
Ada lima jenis pemanis buatan, yakni aspartam, kalium acesulfame, neotam, sakarin, sukralosa, serta satu pemanis alami rendah kalori, yaitu stevia, yang telah disetujui penggunaannya oleh Asosiasi Makanan dan Obat (FDA) Amerika Serikat. Tapi ternyata, respons tubuh dan otak manusia terhadap sederet pemanis buatan ini sangatlah kompleks.
Salah satu efek samping yang paling sering dilakukan adalah memperbolehkan diri sendiri mengonsumsi makanan manis karena berpikir telah mengurangi konsumsi gula harian.
Mungkin saja Anda berkata, “Karena saya minum kopi tanpa gula, jadi saya boleh makan kue-kue manis.” Konsumsi pemanis buatan akan membuat Anda tergoda mengganti kalori yang hilang melalui sumber lain. Tentu saja hal ini akan mengganggu atau bahkan menghilangkan manfaat dari penggunaan pemanis buatan.
Dari sebuah studi, yakni San Antonio Heart Study, ditemukan bahwa partisipan yang mengonsumsi lebih dari 21 soda diet per minggu berisiko 2 kali lebih besar memiliki berat badan lebih dan mengalami obesitas daripada yang tidak.
Studi lain terhadap berbagai etnis di Amerika Serikat menemukan bahwa konsumsi rutin soda diet justru berhubungan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik sebesar 36 persen dan diabetes tipe 2 sebesar 67 persen.
Efek samping lain yang terjadi akibat mengonsumsi pemanis buatan adalah gangguan pada indera pengecap. Rasa makanan atau minuman yang dimakan akan berubah akibat penambahan pemanis buatan. Pada dasarnya, pemanis buatan memiliki intensitas rasa manis yang jauh lebih kuat ketimbang gula pasir atau gula jagung, sehingga reseptor gula di lidah akan terstimulasi berlebihan.
Akibatnya orang-orang yang rutin menggunakan pemanis buatan akan mengecap rasa yang kurang manis meski buah yang dimakan sudah cukup manis. Bahkan, makanan-makanan yang tidak manis seperti sayur pun dapat terasa tawar.
Kondisi teburuk yang mungkin terjadi akibat konsumsi pemanis buatan adalah seseorang bisa saja menghindari makanan sehat yang mengenyangkan dan bergizi dan justru lebih banyak mengonsumsi makanan dengan perisa buatan yang nilai gizinya rendah.
Artikel Lainnya: Bolehkah Orang Diabetes Mengonsumsi Gula Sukrosa?
Kadar aman konsumsi pemanis buatan
Pemanis buatan yang boleh dipasarkan telah melalui berbagai uji kelayakan dan keamanan. Kebanyakan, telah terbukti tidak menimbulkan risiko kanker. Namun demikian, jumlah pemanis buatan yang digunakan dalam studi-studi ini jauh lebih sedikit daripada yang dikonsumsi individu pada umumnya.
Karena itu, sampai saat ini belum bisa diketahui efek jangka panjang pemanis-pemanis sintetis ini bila dikonsumsi secara rutin dalam jumlah besar.
Setiap pemanis buatan memiliki batasan konsumsi harian (acceptable daily intake/ ADI) yang telah disetujui oleh FDA. ADI adalah jumlah kandungan aktif produk yang dianggap aman untuk dikonsumsi setiap hari sepanjang hidup.
Disebutkan oleh FDA bahwa untuk setiap pemanis buatan ini, jumlah konsumsi harian yang konsumsinya tinggi sekalipun, tidak akan melewati batas yang telah ditentukan. Sehingga, mengonsumsinya pun tidak akan menimbulkan masalah selama jumlah konsumsi harian kurang dari ADI. Berikut ialah daftar batasan konsumsi pemanis buatan yang ada di Indonesia.
- Aspartam
- Intensitas rasa manis: 200 kali gula pasir
- ADI: 50 mg/kg berat badan/hari (setara dengan 75 saset pemanis)
- Kalium Acesulfame
- Intensitas rasa manis: 200 kali gula pasir
- ADI: 15 mg/kg berat badan/hari (setara dengan 23 saset pemanis)
- Neotam
- Intensitas rasa manis: 7.000-13.000 kali gula pasir
- ADI: 0,3 mg/kg berat badan/hari (setara dengan 23 saset pemanis)
- Sakarin
- Intensitas rasa manis: 300 kali gula pasir
- ADI: 15 mg/kg berat badan/hari (setara dengan 15 saset pemanis)
- Stevia
- Intensitas rasa manis: 200-400 kali gula pasir
- ADI: 4 mg/kg berat badan/hari (setara dengan 9 saset pemanis)
- Sukralosa
- Intensitas rasa manis: 600 kali gula pasir
- ADI: 5 mg/kg berat badan/hari (setara dengan 23 saset pemanis)
Artikel Lainnya: Pemanis Aspartam untuk Diabetes, Aman atau Berbahaya?
Selama dikonsumsi secara wajar, pemanis buatan dapat bermanfaat untuk membantu menurunkan berat badan dan mengendalikan gula darah. Agar dapat memperoleh manfaat kesehatan dari konsumsi pemanis buatan dan efek samping yang muncul seminimal mungkin, konsumsi pemanis buatan cukup 2-3 saset per hari.
Pada dasarnya, konsumsi pemanis buatan boleh-boleh saja, asalkan masih dalam jumlah yang dianjurkan dan tak melebihi batas ADI. Imbangi konsumsi gula pengganti tersebut dengan asupan sehat dan olahraga rutin agar Anda terhindar dari diabetes dan obesitas.
Kamu juga bisa berkonsultasi dengan dokter melalui fitur Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter.
[NP/ RVS]