Diet dan Nutrisi

Mengenal 15 Jenis-Jenis Gula dan Sumbernya

Temukan perbedaan antara gula alami dan buatan serta pentingnya pemahaman ini untuk mengelola penyakit metabolik seperti diabetes dan obesitas.

Mengenal 15 Jenis-Jenis Gula dan Sumbernya

Gula adalah salah satu komponen utama dalam diet manusia yang memberikan rasa manis pada makanan dan minuman. Gula tidak hanya menambah rasa tetapi juga memberikan energi instan yang dibutuhkan tubuh.

Namun, tidak semua gula diciptakan sama. Ada berbagai jenis gula, masing-masing dengan struktur kimia dan sumber yang berbeda.

Memahami jenis-jenis gula dan sumbernya sangat penting untuk mengelola kesehatan, terutama dalam konteks penyakit metabolik seperti diabetes dan obesitas.

Bersama dr. Dyah Novita Anggraini, artikel ini akan membahas jenis-jenis gula yang umum ditemukan dalam makanan kita dan sumber alami serta buatan dari gula tersebut.

Artikel lainnya: Menilik Kebutuhan Gula Harian Berdasarkan Usia

1. Glukosa

Glukosa adalah monosakarida (gula sederhana) yang menjadi sumber utama energi bagi sel-sel tubuh. Glukosa sering disebut sebagai "gula darah" karena merupakan jenis gula yang ditemukan dalam darah.

Glukosa terdapat secara alami dalam buah-buahan seperti anggur, sayuran, madu, dan juga dihasilkan dari pemecahan karbohidrat kompleks seperti pati.

2. Fruktosa

Fruktosa juga merupakan monosakarida dan dikenal sebagai "gula buah." Fruktosa memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan glukosa dan sering digunakan dalam makanan dan minuman olahan.

Fruktosa secara alami ditemukan dalam buah-buahan, madu, dan beberapa sayuran. Sirup jagung fruktosa tinggi adalah sumber fruktosa buatan yang sering digunakan dalam industri makanan.

Artikel lainnya: 5 Buah dengan Kandungan Gula Tinggi dan Porsi Aman Memakannya

3. Galaktosa

Galaktosa adalah monosakarida yang kurang manis dibandingkan glukosa dan fruktosa. Galaktosa biasanya tidak ditemukan bebas di alam tetapi merupakan komponen dari laktosa. Galaktosa ditemukan dalam produk susu, sebagai bagian dari laktosa (gula susu).

4. Sukrosa

Sukrosa adalah disakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sukrosa adalah gula meja yang paling umum digunakan. Sukrosa terdapat dalam tebu, bit gula, dan secara alami dalam banyak buah dan sayuran.

5. Laktosa

Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul galaktosa. Laktosa dikenal sebagai "gula susu." Laktosa ditemukan dalam susu dan produk olahannya seperti yogurt, keju, dan es krim.

Artikel lainnya: 7 Tanda Tubuh Anda Sudah Kelebihan Gula

6. Maltosa

Maltosa adalah disakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa. Maltosa terbentuk dari pemecahan pati. Maltosa terdapat dalam biji-bijian yang berkecambah seperti barley, serta dalam produk olahan seperti malt, bir, dan sirup malt.

7. Trehalosa

Trehalosa adalah disakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa tetapi memiliki ikatan yang berbeda dibandingkan dengan maltosa.

Trehalosa dikenal karena kemampuannya untuk melindungi sel dari stres lingkungan. Trehalosa ditemukan dalam jamur, ragi, dan beberapa invertebrata seperti udang dan serangga.

8. Ribosa

Ribosa adalah monosakarida yang merupakan komponen penting dari RNA (asam ribonukleat) dan ATP (adenosin trifosfat), molekul yang digunakan untuk penyimpanan energi dalam sel.

Ribosa secara alami ditemukan dalam semua sel hidup dan makanan yang berasal dari tumbuhan dan hewan.

9. Xilosa

Xilosa adalah monosakarida yang merupakan komponen dari hemiselulosa, salah satu jenis serat yang ditemukan dalam dinding sel tumbuhan. Xilosa terdapat dalam kulit kayu, jerami, dan tanaman lain yang mengandung hemiselulosa.

10. Rafinosa

Rafinosa adalah trisakarida yang terdiri dari satu molekul galaktosa, satu molekul glukosa, dan satu molekul fruktosa. Rafinosa tidak dicerna dengan baik oleh tubuh manusia. Rafinosa ditemukan dalam kacang-kacangan, kubis, brokoli, dan biji-bijian.

Artikel lainnya: Alasan Pentingnya Membatasi Konsumsi Gula

11. Stakiosa

Stakiosa adalah tetrasakarida yang terdiri dari dua molekul galaktosa, satu molekul glukosa, dan satu molekul fruktosa. Seperti rafinosa, stakiosa juga tidak mudah dicerna. Stakiosa terdapat dalam kacang-kacangan seperti kacang kedelai dan kacang polong.

12. Sorbitol

Sorbitol adalah gula alkohol yang dihasilkan dari reduksi glukosa. Sorbitol digunakan sebagai pemanis rendah kalori dan memiliki efek laksatif jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Sorbitol secara alami terdapat dalam buah-buahan seperti apel, pir, dan plum.

13. Manitol

Manitol adalah gula alkohol yang dihasilkan dari reduksi mannosa. Manitol digunakan sebagai pemanis rendah kalori dan juga memiliki sifat diuretik. Manitol ditemukan dalam jamur, rumput laut, dan beberapa jenis tanaman seperti seledri dan zaitun.

14. Xylitol

Xylitol adalah gula alkohol yang dihasilkan dari reduksi xilosa. Xylitol digunakan sebagai pemanis rendah kalori yang bermanfaat untuk kesehatan gigi karena dapat mengurangi risiko karies. Xylitol secara alami terdapat dalam buah-buahan, sayuran, dan serat kayu.

Artikel lainnya: Cara Efektif Melawan Kecanduan Gula

15. Erythritol

Erythritol adalah gula alkohol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa oleh ragi. Erythritol memiliki kalori yang sangat rendah dan tidak menyebabkan lonjakan gula darah.

Erythritol secara alami ditemukan dalam beberapa buah-buahan dan makanan fermentasi seperti anggur dan keju. Bisa disimpulkan bahwa gula adalah komponen penting dalam diet manusia, tetapi jenis-jenis gula yang berbeda memiliki karakteristik dan efek yang berbeda pada tubuh.

Memahami berbagai jenis gula dan sumbernya dapat membantu kita membuat pilihan yang lebih baik untuk kesehatan kita.

Glukosa, fruktosa, galaktosa, dan sukrosa adalah beberapa gula yang umum ditemukan dalam makanan sehari-hari, sementara gula alkohol seperti sorbitol, manitol, xylitol, dan erythritol digunakan sebagai pemanis alternatif dengan manfaat kesehatan tertentu.

Dengan memperhatikan asupan gula dan memilih sumber yang sehat, kita dapat menjaga keseimbangan gula darah dan mencegah risiko penyakit metabolik.

Makan berlebihan dan manis membuat kamu berisiko obesitas dan terserang berbagai penyakit. Supaya tepat, cek kebutuhan kalori harian kamu menggunakan Kalkulator BMI di KlikDokter.

Diabetes tidak bisa diobati, tapi bisa dikendalikan. Supaya lebih waspada, cek risiko dan skrining gejala diabetes dengan health tools cegah diabetes, ya.

Temukan informasi lebih lanjut tentang kesehatan pribadi, keluarga, parenting, kehamilan, hingga hewan peliharaan dengan mengunduh aplikasi KlikDokter atau memilih topik kesehatan yang Kamu butuhkan.

  • Rippe, J. M., & Angelopoulos, T. J. (2016). Relationship between Added Sugars Consumption and Chronic Disease Risk Factors: Current Understanding. Nutrients, 8(11), 697.
  • Vos, M. B., Kaar, J. L., Welsh, J. A., Van Horn, L. V., Feig, D. I., Anderson, C. A. M., ... & Johnson, R. K. (2017). Added Sugars and Cardiovascular Disease Risk in Children: A Scientific Statement From the American Heart Association. Circulation, 135(19), e1017-e1034.
  • Lustig, R. H., Schmidt, L. A., & Brindis, C. D. (2012). Public health: The toxic truth about sugar. Nature, 482(7383), 27-29.
  • Bray, G. A., Nielsen, S. J., & Popkin, B. M. (2004). Consumption of high-fructose corn syrup in beverages may play a role in the epidemic of obesity. American Journal of Clinical Nutrition, 79(4), 537-543.
  • Fernandes, A. C., & Bales, C. W. (2015). Sugar alcohols in the treatment of diabetes: a review. Nutrition Reviews, 73(9), 584-596.
  • Feeney, M. J., Roberts, S. A., & Shabir, S. (2019). The effect of xylitol on dental caries and oral flora. Clinical, Cosmetic and Investigational Dentistry, 11, 283-292.
  • Livesey, G. (2003). Health potential of polyols as sugar replacers, with emphasis on low glycaemic properties. Nutrition Research Reviews, 16(2), 163-191.
  • Scientific Committee on Food. (2000). Opinion of the Scientific Committee on Food on erythritol. European Commission.
  • Bertelsen, R. J., Jensen, E. T., & Ringel-Kulka, T. (2016). Use of probiotics and prebiotics in infant feeding. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology, 30(1), 39-48.
  • Bär, A. (1985). Intestinal transit and fermentation of polyols and related compounds. British Journal of Nutrition, 53(2), 377-387.