Lemak selalu mempunyai reputasi buruk, terutama bagi mereka yang sedang berdiet untuk menurunkan berat badan. Lemak merupakan cadangan energi dalam tubuh Anda. Sejatinya, lemak diperlukan oleh tubuh karena mampu melarutkan vitamin. Dengan begitu, vitamin dapat diserap oleh tubuh.
Namun, jika terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung lemak, risiko Anda untuk terkena berbagai penyakit meningkat, seperti penyakit jantung serta kegemukan atau obesitas.
“Jumlah lemak jenuh yang disarankan untuk dikonsumsi dalam sehari adalah 1 sampai 2 persen dari kebutuhan kalori harian. Misalnya dalam sehari 2.000 kalori, maka lemak yang disarankan untuk dikonsumsi adalah sebanyak 20 hingga 40 gram sehari,” ujar dr. Rio Aditya.
Dunia terobsesi dengan diet dan penurunan berat badan, namun sedikit dari Anda yang tahu bagaimana satu kilogram lemak sebenarnya lenyap dari timbangan. Kesalahpahaman yang paling umum sejauh ini adalah bahwa lemak diubah menjadi energi. Masalahnya, berdasarkan hukum kekekalan materi, tidak semua reaksi kimia mampu patuh.
Artikel Lainnya: Cara Menghitung Indeks Massa Tubuh
Lemak Diubah Menjadi Karbon Dioksida dan Air
Jadi jika tidak diubah menjadi energi atau otot, atau dibuang ke toilet, ke mana larinya lemak? Jawaban yang benar adalah lemak diubah menjadi karbon dioksida dan air.
Anda mengembuskan karbon dioksida dan air yang sebelumnya adalah lemak lewat sirkulasi tubuh Anda, sampai mereka hilang menjadi urine atau keringat. Jika Anda kehilangan 10 pon, sebanyak 8,4 pon keluar melalui paru-paru dan sisanya berubah menjadi air.
Fakta tersebut tentu mengejutkan masyarakat karena nyatanya, hampir semua yang Anda makan kembali keluar melalui paru-paru. Setiap karbohidrat dan hampir seluruh jenis lemak diubah menjadi karbon dioksida dan air, dan ini berlaku juga untuk alkohol. Protein turut bernasib sama, kecuali untuk bagian kecil yang berubah menjadi urea dan zat padat lainnya, yang Anda ekskresikan sebagai urine.
Artikel Lainnya: Benarkah Menurunkan Berat Badan Bikin Penis Besar?
Saat masih duduk di bangku sekolah, Anda mempelajari bahwa energi yang masuk sama dengan energi yang keluar. Namun, setelah melihat fakta di atas, terungkap bahwa energi adalah konsep yang sangat membingungkan, bahkan di antara para profesional kesehatan dan ilmuwan yang mempelajari obesitas.
Jadi jika lemak berubah menjadi karbon dioksida, bisakah Anda menurunkan berat badan hanya dari sekadar bernapas? Berdasarkan penuturan Ruben Meerman, ilmuwan dari University of New South Wales, hal tersebut tak akan pernah bisa terjadi.
“Mencoba menarik dan mengembuskan napas melebihi kapasitas kita, biasa disebut hiperventilasi, hanya akan membuat Anda pusing bahkan pingsan. Satu-satunya cara meningkatkan jumlah karbon dioksida yang diproduksi tubuh adalah dengan menggerakkan otot tubuh,” ujar Meerman.
Dengan begitu, Meerman menyarankan untuk melakukan sejumlah aktivitas fisik untuk menurunkan berat badan. Dengan begitu, lemak yang terikat dalam karbon dioksida serta air dapat melewati proses pengeluaran yang alami.
Berbicara soal diet, Meerman menyarankan agar pola tersebut dilakukan secara benar karena semua hal di atas bukan tentang bagaimana mengurangi berat badan dengan cara membatasi asupan secara ketat, namun upaya untuk mengeluarkannya.
Jadi, sudah tahu, kan, ke mana larinya lemak Anda selama ini, ketika Anda kehilangan berat badan? Disarankan bagi Anda untuk terus aktif dan bergerak agar lemak dapat dikeluarkan secara alami.
[RS/ RVS]