Istilah anosmia kian populer semenjak kondisi ini menjadi salah satu gejala infeksi virus corona atau COVID-19.
Padahal, kondisi tersebut sebenarnya sudah sering dialami oleh banyak orang, terutama saat terserang flu.
Lalu, beredar kabar bahwa salah satu cara untuk mengatasi anosmia adalah dengan makan makanan pedas. Lantas, benarkah kabar tersebut?
Mengenal Anosmia Lebih Dekat
Sederhananya, anosmia merupakan kondisi ketika seseorang kehilangan kemampuan untuk mendeteksi bau.
Di saat pasien kehilangan kemampuannya untuk mencium bau, maka kemampuan indra pengecap atau perasanya pun ikut hilang.
Karena tak bisa mendeteksi bau dan rasa, tentunya kondisi tersebut akan memengaruhi nafsu makan penderitanya.
Berat badan mereka akan berkurang drastis karena asupan gizinya tak cukup. Selain berat badan yang menurun, penyakit lain akibat kurang gizi juga bisa mengintai. Karena itulah, anosmia tidak bisa dianggap remeh.
Ketidakmampuan seseorang untuk mencium bau dan mendeteksi rasa disebabkan oleh penyumbatan, iritasi selaput lendir, dan kerusakan sel saraf.
Penyumbatan yang dimaksud dapat berupa polip atau tumor. Iritasi disebabkan oleh flu dan rhinitis alergi/non alergi, sedangkan kerusakan sel saraf disebabkan oleh berbagai penyakit kronis.
Artikel Lainnya: Memahami Sebab Anosmia, Penyakit yang Tak Bisa Mendeteksi Bau
Benarkah Makan Makanan Pedas Bisa Atasi Anosmia?
Ketika kehilangan kemampuan untuk mencium aroma dan mengecap rasa, mungkin ada niatan untuk mencoba mengatasi hal tersebut dengan mengonsumsi makanan yang lebih merangsang lidah.
Salah satu makanan yang sudah terkenal bisa merangsang lidah adalah makanan pedas. Hal ini sebenarnya sempat dilakukan oleh seorang wanita berstatus pasien COVID-19 yang ceritanya viral di dunia maya.
Dia sedang menjalani isolasi mandiri dan gejala yang dirasakannya kala itu memang anosmia. Untuk menantang lidahnya, wanita tersebut memesan makanan dengan level pedas tertinggi.
Sebelum menyantap makanan tersebut, dia pun sudah mengonsumsi kopi pahit. Sekali lagi, tujuannya adalah untuk merangsang lidahnya yang mati rasa. Karena itulah makanan dan minuman yang rasanya menusuk, disantapnya semua.
Menanggapi apa yang dilakukan pasien COVID-19 tersebut, begini penjelasan dr. Alvin Nursalim, Sp.PD.
Artikel Lainnya: Cedera Kepala Ringan Dapat Merusak Indra Penciuman?
Menurutnya, terus-menerus mengetes indra penciuman dan indra pengecap rasa dengan makanan pedas merupakan tindakan yang keliru.
“Saya rasa, makan makanan pedas secara berlebihan tidak bisa menjadi cara mengatasi gejala anosmia. Lagi pula belum ada penelitiannya dan malah berisiko tinggi membahayakan pencernaannya,” kata dr. Alvin.
Dirinya menambahkan, “Kopi pahit ditambah dengan makanan super pedas justru dapat meningkatkan risiko gangguan terkait asam lambung.” Zat capsaicin dalam cabai mampu menghambat pengolahan makanan di lambung Anda.
Alhasil, lambung akan terasa penuh dalam waktu yang lama. Akibatnya, lambung akan terasa nyeri dan dinding lambung juga ikut teriritasi.
Hal itu akan semakin parah jika sebelumnya, si pasien sudah punya masalah pencernaan. Peradangan akan semakin parah dan kondisi badannya jadi semakin tak enak.
Kafein yang terdapat di dalam kopi pahit juga berpotensi menciptakan refluks. Sehingga, asam lambung si pasien akan naik ke kerongkongan dan muncul gejala seperti rasa nyeri dan panas terbakar di ulu hati, dada, dan area leher.
Artikel Lainnya: Cara Mudah Menstimulasi Indra Penciuman Anak
Benar saja, menurut beberapa sumber, tubuh wanita tersebut langsung terasa panas, berkeringat berlebih, dan perutnya tak nyaman! Dia pun harus bolak-balik ke kamar mandi karena mengalami diare.
“Cara mengatasi gejala anosmia itu harus berdasarkan penyebabnya. Jadi langkah awalnya adalah mencari penyebab, misal ada infeksikah? Apakah ada gangguan septum hidung? Atau ada tumor? Hal ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan hidung oleh dokter,” kata dr. Alvin.
Kini Anda sudah mengetahui bahwa makanan pedas tidak bisa menjadi cara mengatasi gejala anosmia.
Bila masih ada pertanyaan seputar penurunan fungsi indra atau keluhan kesehatan lainnya, konsultasikan pada dokter kami lewat fitur LiveChat di aplikasi Klikdokter.
(OVI/AYU)