Tempe adalah makanan tradisional Indonesia yang telah menjadi bagian penting dari budaya dan kuliner masyarakat. Dibuat dari kedelai yang difermentasi dengan Rhizopus oligosporus, tempe dikenal sebagai sumber protein nabati yang kaya dan memiliki berbagai manfaat kesehatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap produk makanan Non-GMO (Genetically Modified Organism) semakin meningkat, termasuk tempe non-GMO.
Bersama dr. Dyah Novita Anggraini, artikel ini akan membahas apa yang dimaksud dengan tempe non-GMO, manfaatnya dan apakah lebih sehat dari tempe biasa.
Artikel lainnya: 13 Manfaat Tempe yang Tak Boleh Dilewatkan
Pengertian GMO dan Non-GMO
GMO adalah organisme yang telah dimodifikasi secara genetik melalui rekayasa genetika untuk memperoleh sifat-sifat tertentu. Dalam konteks kedelai, GMO seringkali digunakan untuk membuat tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit, serta meningkatkan hasil panen.
Namun, kekhawatiran mengenai dampak kesehatan dan lingkungan dari GMO telah mendorong permintaan akan produk Non-GMO, termasuk tempe.
Manfaat Tempe Non-GMO
Tempe non-GMO adalah tempe yang dibuat dari kedelai yang tidak mengalami modifikasi genetik. Artinya, kedelai yang digunakan dalam pembuatan tempe non-GMO adalah varietas alami yang dikembangkan tanpa rekayasa genetika.
Proses fermentasi dan pembuatan tempe tetap sama, namun perbedaan utama terletak pada sumber kedelai yang digunakan.
1. Bebas dari rekayasa genetik
Salah satu manfaat utama dari tempe non-GMO adalah jaminan bahwa kedelai yang digunakan bebas dari rekayasa genetika. Bagi konsumen yang khawatir tentang potensi risiko kesehatan dari GMO, tempe non-GMO menawarkan alternatif yang lebih alami dan mungkin lebih aman.
2. Mendukung pertanian berkelanjutan
Menggunakan kedelai non-GMO sering kali terkait dengan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan. Petani yang menanam kedelai non-GMO cenderung menghindari penggunaan pestisida dan herbisida yang berlebihan, yang sering kali diperlukan dalam pertanian GMO. Hal ini dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
3. Kaya akan nutrisi
Tempe, baik GMO maupun non-GMO, adalah sumber protein, serat, vitamin, dan mineral yang baik. Tempe non-GMO tetap mengandung semua nutrisi ini, termasuk vitamin B, zat besi, magnesium, dan kalsium.
Fermentasi tempe juga meningkatkan ketersediaan hayati nutrisi, menjadikannya lebih mudah diserap oleh tubuh.
4. Sumber protein nabati yang baik
Tempe non-GMO merupakan sumber protein lengkap, mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh. Ini sangat penting bagi vegetarian dan vegan yang mencari sumber protein alternatif selain daging.
5. Kaya probiotik
Proses fermentasi dalam pembuatan tempe menghasilkan probiotik, yang baik untuk kesehatan pencernaan. Probiotik membantu menjaga keseimbangan mikroflora usus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan membantu pencernaan makanan.
Artikel lainnya: Manfaat Tempe untuk Ibu Hamil, Jadi Sumber Protein!
Apakah Tempe Non-GMO Lebih Sehat dari Tempe Biasa?
Setelah mengenal tentang tempe Non-GMO ini, apakah dari segi gizi dan lainnya dinilai leih sehat dari tempe biasanya? Yuk kita simak bersama-sama.
1. Potensi risiko kesehatan GMO
Salah satu alasan utama mengapa beberapa konsumen memilih tempe non-GMO adalah kekhawatiran terhadap potensi risiko kesehatan dari GMO.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa GMO dapat menyebabkan alergi dan resistensi antibiotik, meskipun bukti ilmiah yang kuat masih diperlukan. Dengan memilih tempe non-GMO, konsumen merasa lebih aman karena tidak terpapar potensi risiko ini.
2. Kandungan nutrisi
Dari segi kandungan nutrisi, tempe non-GMO dan tempe biasa (GMO) memiliki profil nutrisi yang sangat mirip. Keduanya kaya akan protein, serat, vitamin, dan mineral.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa tempe non-GMO memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi daripada tempe GMO. Namun, tempe non-GMO mungkin lebih disukai oleh mereka yang mengutamakan makanan alami dan minim modifikasi.
3. Dampak lingkungan
Pilihan antara tempe non-GMO dan tempe GMO juga bisa dipertimbangkan dari sudut pandang lingkungan. Produksi kedelai GMO sering kali melibatkan penggunaan pestisida dan herbisida dalam jumlah besar, yang dapat berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia.
Sebaliknya, pertanian non-GMO cenderung menggunakan praktik yang lebih ramah lingkungan, seperti rotasi tanaman dan pengelolaan hama secara alami.
4. Preferensi pribadi dan etika
Selain faktor kesehatan dan lingkungan, preferensi pribadi dan nilai-nilai etika juga memainkan peran penting dalam memilih tempe non-GMO.
Beberapa konsumen memilih tempe non-GMO karena mereka menolak konsep rekayasa genetika pada makanan. Bagi mereka, tempe non-GMO bukan hanya pilihan kesehatan, tetapi juga pilihan etika.
Artikel lainnya: Tempe, Makanan Asli Indonesia yang Mendunia
Bisa disimpulkan bahwa tempe non-GMO adalah pilihan yang menarik bagi konsumen yang mengutamakan kesehatan, keberlanjutan lingkungan, dan etika makanan.
Meskipun tidak ada perbedaan signifikan dalam kandungan nutrisi antara tempe non-GMO dan tempe GMO, tempe non-GMO menawarkan jaminan bebas dari rekayasa genetika dan praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan.
Keputusan untuk memilih tempe non-GMO atau tempe GMO sebaiknya didasarkan pada informasi yang akurat, preferensi pribadi, dan pertimbangan etika.
Jika Kamu memiliki pertanyaan seputar topik diatas, Kamu bisa gunakan fitur layanan Tanya Dokter atau Temu Dokter untuk konsultasi yang lebih praktis.
Jangan lupa untuk #JagaSehatmu selalu dengan rutin cek kesehatan Kamu dan keluarga. Pesan layanan pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan secara online. Yuk, download aplikasi KlikDokter sekarang juga dan belanja keperluan kesehatan lainnya di KALStore.
- American Academy of Environmental Medicine. (2009). Genetically modified foods. Available at: AAEM Report
- Bawa, A. S., & Anilakumar, K. R. (2013). Genetically modified foods: safety, risks and public concerns—a review. Journal of Food Science and Technology, 50(6), 1035-1046.
- Gálvez, A., Maqueda, M., Martínez-Bueno, M., & Valdivia, E. (2007). Bacteriocin production and inhibition of Bacillus subtilis growth by Bacillus licheniformis TEM1. Canadian Journal of Microbiology, 53(3), 319-324.
- Kearns, E. V. (2015). Soybeans and sustainability: Assessing the environmental impacts of genetically modified and non-genetically modified soybeans. Journal of Environmental Management, 156, 177-186.
- Smith, J. M. (2010). Genetic Roulette: The Documented Health Risks of Genetically Engineered Foods. Yes! Books.