Paparan polusi udara memiliki efek yang kurang baik bagi kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pria, wanita, dan semua golongan usia wajib memperkecil paparan polusi udara pada dirinya.
Faktanya, polusi udara mengandung kadar polutan yang tinggi seperti timbal, karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), debu atau partikel berukuran di bawah 10 micron (PM10) dan 2,5 micron (PM2,5) dan sulfur dioksida (SO2). Semua kandungan tersebut berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan.
“Polusi udara seakan tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari, terlebih jika Anda tinggal di kota-kota besar. Keadaan tersebut tak bisa dianggap remeh, karena polusi udara terbukti dapat mendatangkan segudang dampak bahaya,” kata dr. Theresia Rina Yunita dari KlikDokter.
Secara khusus, wanita diminta untuk lebih waspada terhadap polusi udara. Hal ini karena para ahli menyebutkan bahwa wanita yang sering terpapar polusi udara lebih berisiko mengalami gangguan siklus haid.
Dilansir dari WebMD, peneliti di Amerika Serikat mengatakan bahwa paparan polusi udara dapat meningkatkan risiko remaja wanita untuk mengalami periode haid yang tidak teratur.
"Studi ini menunjukkan mungkin ada sistem lain, seperti sistem endokrin dan reproduksi, yang juga mendapatkan pengaruh buruk akibat polusi udara," kata peneliti dari Boston University School of Medicine, Shruthi Mahalingaiah.
Pada studi tersebut, para peneliti melihat statistik terkait kesehatan wanita dan membandingkannya dengan data kualitas udara dari Badan Perlindungan Lingkungan Amerika. Peneliti menemukan bahwa paparan polusi udara pada usia 14–18 dikaitkan dengan peluang ketidakteraturan haid yang sedikit lebih tinggi. Kondisi itu diperkirakan berdampak juga pada wanita usia dewasa muda dan seterusnya.
Meski studi tersebut tidak dapat membuktikan hubungan sebab dan akibat, tetapi polusi udara telah dikaitkan dengan gangguan pada hormon pengatur siklus haid lewat sejumlah penelitian. Beberapa studi sebelumnya bahkan telah menghubungkan udara kotor dengan masalah kesehatan, seperti gangguan kesuburan, sindrom metabolik yang berhubungan dengan penyakit jantung, serta kondisi ginekologis yang dikenal sebagai sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Apa solusinya?
Nah, sebagai upaya pencegahan paparan polusi udara, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
- Gunakan masker dan pakaian tertutup saat beraktivitas di luar rumah
- Pastikan ventilasi udara bekerja dengan maksimal, sehingga distribusi udara di dalam rumah berlangsung dengan baik
- Penuhi kebutuhan gizi setiap hari, yaitu dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang• Cukup tidur dan kelola stres dengan baik.
- Konsumsi jahe, brokoli, alpukat, dan minyak zaitun secara rutin pada porsi secukupnya, karena disinyalir mampu menangkal dampak buruk polusi udara
Akan tetapi, apabila gangguan haid sudah terlanjur terjadi, dr. Nabila Viera Yovita dari KlikDokter mengatakan bahwa Anda bisa menerapkan hal-hal berikut sebagai solusinya:
1. Konsumsi obat antinyeri
Obat antinyeri yang memiliki kandungan parasetamol dan hyoscyamine sangat efektif untuk membantu mengatasi rasa nyeri maupun kram perut saat haid.
2. Rutin olahraga
Wanita yang rutin olahraga terbukti dapat mengurangi keluhan nyeri saat haid. Dengan latihan fisik atau berolahraga secara teratur, peredaran darah Anda akan semakin lancar dan tubuh akan menghasilkan hormon endorfin yang dapat mengurangi rasa sakit
3. Kompres hangat
Saat nyeri haid terjadi, kompres hangat bisa menjadi solusi. Kompres bagian bawah perut dan pinggang dengan air hangat yang diisi di dalam botol atau wadah. Saat dikompres, otot-otot rahim yang berkontraksi dapat sedikit relaks sehingga rasa sakit akan berkurang.
Polusi udara telah menjadi ancaman bagi seluruh umat manusia. Terlepas dari pria atau wanita, setiap orang sebaiknya selalu melakukan upaya agar tidak terlalu sering terpapar polusi udara. Dengan demikian, gangguan siklus haid ataupun masalah kesehatan lainnya tidak akan terjadi di kemudian hari.
(NB/ RVS)