Ukuran payudara sering kali menjadi masalah bagi sebagian perempuan. Jika ukuran payudara terlalu kecil, biasanya dapat menurunkan rasa percaya diri.
Namun, sebaliknya, ukuran payudara yang terlalu besar juga bisa membuat seseorang merasa minder. Kondisi yang terakhir, bila berlebihan bisa jadi mengindikasikan perempuan mengalami makromastia.
Makromastia, Kondisi Apakah Itu?
Makromastia—atau disebut juga hipertrofi payudara atau gigantomastia—adalah kondisi langka yang menyebabkan payudara tumbuh secara tidak normal.
Menurut dr. Sara Elise Wijono penyebab utama makromastia belum diketahui dengan jelas. Namun, makromastia dapat terjadi kapan saja, termasuk saat pubertas dan kehamilan.
Gejala utama makromastia adalah pertumbuhan jaringan payudara yang berlebih pada satu atau dua payudara. Dalam beberapa kasus gigantomastia, pertumbuhan payudara wanita berlangsung cepat hingga tiga ukuran atau bahkan lebih hanya dalam beberapa hari.
Pada kondisi makromastia, setiap payudara bisa memiliki berat lebih dari 1,5 kilogram. Keluhan yang bisa muncul saat mengalami kondisi makromastia, antara lain:
- Nyeri payudara (mastalgia)
- Nyeri di bahu, punggung, dan leher
- Kemerahan, gatal, dan hangat pada atau di bawah payudara
- Infeksi
- Hilangnya sensasi pada puting
- Masalah postur yang buruk
Artikel lainnya: Payudara Besar atau Kecil, Mana Ukuran yang Ideal?
Adakah Komplikasi dari Makromastia?
Dr. Sara menyebut, saat seseorang memiliki ukuran payudara yang besar, maka risiko untuk sagging alias payudara kendur akan lebih besar.
“Kemudian, ukuran besar bisa juga (membuat) ‘berat’, jadi bisa terjadi nyeri di area punggung atau leher,” sebut dr. Sara.
Di samping itu, menurut Healthline komplikasi fisik lain juga dapat terjadi saat payudara membesar secara ekstrem. Di antaranya adalah:
- Peregangan kulit yang berlebihan
- Ruam kulit di bawah payudara
- Bisul di kulit
- Sakit kepala
- Asimetri payudara, kondisi satu payudara lebih besar dari yang lainnya
- Kerusakan saraf sementara atau permanen yang mengakibatkan hilangnya sensasi puting
- Kesulitan beraktivitas atau berolahraga sehingga bisa menyebabkan obesitas
Artikel lainnya: Meremas Payudara, Adakah Manfaatnya bagi Kesehatan?
Pada ibu hamil atau yang baru saja melahirkan, pembesaran payudara berlebihan dapat mengakibatkan:
- Pertumbuhan janin yang buruk
- Penekanan suplai susu
- Mastitis (infeksi payudara)
- Lecet dan luka karena bayi tidak bisa menyusu dengan benar
Dampak ikutan lain, kondisi payudara yang sangat besar sangat mungkin menyebabkan masalah psikologis, emosional, dan sosial. Misalnya, remaja yang alami makromastia mungkin dilecehkan atau diejek di sekolah.
Bukan tak mungkin muncul gangguan depresi, kegelisahan, gangguan citra tubuh, serta perasaan ingin menghindari aktivitas sosial.
Bagaimana Penanganan Makromastia?
Jika sudah demikian, bagaimana cara mengatasi makromastia? Dokter Sara mengatakan hal tersebut sebenarnya tergantung kepada masing-masing kondisi yang dialami perempuan.
“Misalnya untuk yang keluhannya mengganggu sekali, bisa disarankan pembedahan untuk mengecilkan ukuran payudara,” sebut dr. Sara.
Operasi tersebut juga dikenal sebagai reduksi mammoplasty. Selama operasi pengecilan, dokter akan mengurangi jumlah jaringan payudara, membuang kelebihan kulit, dan memosisikan kembali puting susu dan kulit gelap di sekitarnya.
Artikel Lainnya: Kelebihan dan Kekurangan Punya Payudara Kecil
Pada ibu hamil, operasi pengecilan payudara kemungkinan harus menunggu sampai menyusui selesai.
Lalu pada remaja, dokter biasanya akan menyarankan untuk menunggu sampai masa pubertas selesai. Sebab, ada kemungkinan pembesaran payudara masih terus terjadi.
Di samping itu, ada jenis operasi lain, yakni mastektomi. Operasi tersebut memiliki tingkat kekambuhan yang jauh lebih rendah. Sebab mastektomi melibatkan pengangkatan semua jaringan payudara pada perempuan.
Apabila Anda punya keluhan seputar pertumbuhan payudara yang tidak normal, segera konsultasikan ke dokter. Selanjutnya, akan diperiksa apakah kondisi Anda termasuk makromastia atau tidak.
Manfaatkan layanan konsultasi online 24 bersama dokter di aplikasi KlikDokter.
[HNS/JKT]