Selain pembalut, tampon banyak dimanfaatkan wanita untuk menampung darah menstruasi.
Bahkan belakangan, penggunaan tampon digemari karena dinilai lebih ramah lingkungan. Akan tetapi, bagi Anda yang baru menggunakannya wajib berhati-hati.
Alasannya, tampon bisa tersangkut di vagina. Wah, kalau ini terjadi, apa yang harus dilakukan ya? Apakah berbahaya?
Bahaya Tampon Tersangkut di Vagina
Tampon memiliki bentuk silinder memanjang. Terbuat dari kapas, tampon dapat dimasukkan ke dalam vagina untuk menyerap darah haid yang keluar.
Berbeda dengan pembalut yang bekerja dengan menampung darah menstruasi, tampon menyumbat vagina lalu menyerap darah yang keluar.
Benda ini juga dilengkapi dengan benang di bagian bawah agar mudah dikeluarkan usai pemakaian. Walau begitu, ada saja kemungkinan tampon tersangkut dan terjebak di dalam vagina.
Saat tersangkut di dalam vagina, tampon memang harus segera dikeluarkan. Akan tetapi, kondisi tersebut bukan berarti selalu berbahaya.
Vagina rata-rata sedalam maksimal 10 cm. Artinya, meski tersangkut, tampon masih berada di vagina, bukan masuk jauh ke area tubuh lainnya.
Artikel Lainnya: Jangan Keliru, Ini Cara Pakai Tampon yang Tepat
Dilansir Healthline, ada beberapa tanda yang bisa Anda rasakan ketika tampon tersangkut di vagina, seperti:
- Muncul keputihan dari vagina yang berwarna cokelat, kuning, atau abu-abu.
- Keputihan yang muncul biasanya disertai dengan aroma busuk.
- Vagina jadi mengeluarkan aroma busuk.
- Area vagina bagian dalam maupun luar jadi terasa gatal dan perih.
- Muncul ruam kemerahan pada area vagina bagian luar maupun bagian dalam.
- Muncul rasa sakit saat buang air kecil.
- Bengkak pada area vagina.
- Muncul demam.
- Panggul terasa lebih nyeri dari biasanya.
Biasanya, gejala-gejala di atas muncul, barulah Anda boleh merasa khawatir. Kondisi tersebut bisa menyebabkan infeksi lebih serius jika tidak ditangani dengan benar.
Menurut dr. Devia Irine Putri, “Adanya infeksi pada vagina akibat tampon tersangkut akan ditandai dengan munculnya vagina berbau busuk, keputihan, demam, dan rasa nyeri pada bagian panggul.”
Selain itu, menurut dia, kemungkinan munculnya toxic shock syndrome (TSS) juga bisa saja terjadi. TSS adalah gangguan langka yang disebabkan oleh penumpukan bakteri yang menyebabkan infeksi.
Meski begitu, tidak semua orang yang memakai tampon akan berisiko terkena TSS. Hanya pada wanita yang tidak memakai tampon dengan benar dan tersangkut dalam waktu lama yang akan mengembangkan risiko TSS.
Artikel Lainnya: Penggunaan Tampon Bisa Picu Kanker Serviks?
Bagaimana Cara Mengeluarkan Tampon yang Tersangkut?
Apabila belum menunjukkan gejala infeksi, Anda bisa mengeluarkan tampon dengan mandiri.
Pertama, cuci tangan hingga bersih terlebih dahulu. Pastikan juga kuku jari tangan Anda tidak panjang untuk mencegah vagina lecet saat proses pencabutan tampon.
Selanjutnya, berikut langkah-langkah mengeluarkan tampon dari dalam vagina:
- Atur posisi duduk di toilet atau berbaring, dan sandarkan kaki Anda pada sebuah tumpuan. Anda juga bisa mengatur posisi berdiri dengan satu kaki diangkat ke dudukan kursi toilet.
- Setelah mengatur posisi dengan baik, cobalah untuk mengejan layaknya Anda ingin buang air besar. Biasanya, dengan mengejan tampon akan keluar dengan sendirinya.
Tapi jika belum berhasil, coba masukkan jari Anda ke dalam vagina dan atur posisi badan lebih rileks.
Artikel Lainnya: Alergi Pembalut? Baca Gejalanya di Sini
- Setelah mengatur posisi rileks, rasakan keberadaan tampon di dalam vagina. Anda bisa memasukkan jari dan gerakkan jari ke bagian dalam vagina. Jika tampon sudah terasa, coba tarik tampon secara perlahan ke arah luar.
- Hindari menggunakan benda-benda asing, seperti pengait, gunting, dan sebagainya untuk mengeluarkan tampon. Hal tersebut guna mencegah infeksi pada vagina, dan mencegah trauma pada vagina.
- Apabila tampon tersangkut di bagina tak juga berhasil diatasi, segera ke rumah sakit untuk meminta bantuan tim medis.
Semakin cepat Anda ke rumah sakit, semakin rendah juga risiko infeksi yang mungkin bisa terjadi.
Penggunaan tampon memang diperbolehkan, tapi Anda tetap perlu mewaspadai risiko-risiko yang muncul.
Untuk itu, gantilah tampon setiap 4-8 jam sekali dalam sehari. Bila perlu, bawa pembalut biasa sebagai pengganti tampon. angan ketinggalan informasi lainnya seputar kesehatan wanita di aplikasi Klikdokter.
(HNS/AYU)