Kehamilan memang banyak risikonya. Setelah melahirkan pun, risiko terkena penyakit masih tetap ada.
Salah satu gangguan kesehatan yang bisa menyerang usai persalinan adalah infeksi puerperalis. Penyakit apa itu? Apakah gejala infeksi puerperalis berbahaya sehingga bisa mengancam nyawa?
Mengenal Infeksi Puerperalis Lebih Dekat
Infeksi puerperalis sering disebut sebagai infeksi nifas atau infeksi post partum. Kondisi ini terjadi ketika bakteri menginfeksi rahim dan sekitarnya usai proses melahirkan.
Menurut dr. Devia Irine Putri, infeksi puerperalis bisa terjadi pada ibu yang melahirkan di dukun beranak, bidan, ataupun rumah sakit. Apa pun metode bersalin yang dipilih, baik secara normal maupun operasi caesar, keduanya juga berisiko terinfeksi.
Bakteri yang sering menyerang dan menyebabkan infeksi puerperalis adalah Streptococcus atau Staphylococcus, bisa juga varian lain. Infeksi ini terdiri atas tiga jenis, tergantung dengan areanya:
- Endometritis, yakni infeksi pada lapisan rahim
- Miometritis, yakni infeksi pada otot rahim
- Parametritis, yakni infeksi di area sekitar rahim
Artikel Lainnya: Penyebab Demam saat Hamil yang Harus Diwaspadai
Kenapa Bakteri Bisa Menyerang Ibu yang Habis Melahirkan?
Kebersihan yang tidak terjaga menjadi faktor utama penyebab infeksi puerperalis. Selain itu, beberapa kondisi berikut ini juga dapat meningkatkan risiko tersebut:
- Anemia
- Obesitas
- Vaginosis bakterial dan infeksi menular seksual lainnya
- Beberapa pemeriksaan vagina selama persalinan
- Persalinan yang lama
- Memiliki sisa-sisa plasenta di dalam rahim setelah melahirkan
- Perdarahan yang berlebih
Dari beberapa faktor di atas, anemia dan obesitas mungkin menjadi dua hal yang membingungkan. Kenapa dua faktor tersebut sampai meningkatkan risiko infeksi puerperalis? Bukankah itu hal yang sangat umum?
“Kondisi anemia mempengaruhi daya tahan tubuh dan proses penyembuhan luka. Apabila distribusi oksigen dan gizi oleh sel darah merah tidak merata, maka luka pascamelahirkan, baik luka persalinan normal atau caesar, tidak kunjung sembuh. Ujung-ujungnya, itu bisa memicu infeksi,” jelas dr. Devia.
“Sedangkan untuk obesitas, kondisi ini memang agak kompleks. Ketika si ibu sedari awal sudah obesitas, itu akan mempengaruhi kerja sel-sel imunitasnya sehingga daya tahan tubuhnya menurun. Kalau sudah begitu, risiko infeksi nifas rentan terjadi,” sambungnya.
Artikel Lainnya: Inilah Penyebab Terjadinya Kehamilan Risiko Tinggi
Gejala Infeksi Puerperalis dan Pengobatannya
Berikut ini adalah beberapa gejala infeksi puerperalis yang bisa terjadi:
- Demam
- Meriang
- Nyeri perut bawah akibat rahim bengkak
- Keputihan bau busuk
- Kulit pucat
- Tubuh terasa tidak nyaman
- Sakit kepala
- Nafsu makan menurun
- Detak jantung meningkat
Untuk mendiagnosis infeksi puerperalis, dokter akan mengambil urine atau sampel darah guna mengujinya. Dokter pun bisa mengambil kultur rahim menggunakan kapas.
Jika terbukti ada infeksi bakteri, pengobatan utamanya adalah dengan mengonsumsi antibiotik yang paling sesuai dengan kondisi pasien.
Antibiotik tersebut wajib dikonsumsi sesuai anjuran dari dokter. Jangan sekali-sekali mengonsumsi antibiotik sembarangan, karena malah bisa bikin penyakit tidak kunjung sembuh atau bertambah parah.
Artikel Lainnya: 4 Penyakit Ini Rentan Menyerang Ibu Hamil di Musim Kemarau
Cara Mencegah Infeksi Puerperalis
Cara mencegah infeksi puerperalis yang paling mudah adalah dengan menjaga kebersihan usai persalinan. Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan, yaitu:
- Sebagai pasien, Anda bisa mandi dengan antiseptik untuk sementara waktu
- Hindari menghilangkan bulu kemaluan dengan pisau cukur. Lebih aman menggunakan gunting dan tak perlu sampai habis.
- Untuk tindakan medis lainnya, seperti penggunaan chlorhexidine-alcohol, antibiotik sebelum operasi, dan lain sebagainya, biarkan tenaga medis yang mempersiapkan
- Jangan lupa kontrol ke dokter 1 minggu setelah melahirkan
Waspadai infeksi puerperalis yang rentan terjadi usai bersalin. Khawatir dengan kondisi ini dan butuh saran lebih lanjut dari dokter? Anda bisa mengonsultasikan hal tersebut kepada dokter melalui LiveChat 24 jam atau di aplikasi KlikDokter.
(NB/JKT)