Tetanus dan hepatitis B termasuk penyakit yang masih menghantui masyarakat Indonesia. Untuk penyakit hepatitis B, risiko penularan dari ibu ke bayi mencapai 90-95 persen. Adapun tetanus, ibu hamil yang kena tetanus bisa meningkatkan risiko kematian bayi yang baru lahir!
Oleh karena itu, vaksin hepatitis B dan vaksin tetanus untuk ibu hamil sangat diperlukan. Tapi, adakah yang lebih penting dari keduanya?
Mana yang Paling Penting di Antara Keduanya?
Ketika ada dua vaksin yang direkomendasikan untuk ibu hamil, mungkin beberapa orang akan berpikir: “mana yang lebih penting?” Hal ini tak lain demi menentukan prioritas.
Menanggapi pertanyaan tersebut, dr. Atika menjelaskan, vaksin tetanus dan vaksin hepatitis B untuk ibu hamil sama pentingnya.
“Salah satunya tidak ada yang tidak penting. Itu karena baik penyakit hepatitis B maupun tetanus sama-sama berakibat fatal untuk ibu dan bayi,” tegasnya.
Wanita dengan faktor risiko berikut sangat penting untuk mendapatkan vaksin hepatitis B saat hamil:
- bergonta-ganti pasangan seksual;
- pengguna narkoba suntik;
- atau suaminya dulu yang menderita hepatitis B
Artikel lainnya: Imunisasi untuk Ibu Hamil, Dianjurkan atau Tidak?
“Vaksin tersebut akan melindungi ibu maupun janinnya. Kalau tidak diberikan, bumil berpotensi mengalami sirosis hati sampai kanker hati,” dr. Atika mengingatkan.
Sirosis adalah kerusakan organ hati akibat jaringan parut yang terbentuk karena virus hepatitis dan alkohol. Penderitanya bisa mengalami gejala berupa muntah darah, pembesaran perut, dan menguningnya mata serta kulit.
Jika kerusakan tidak dihambat, organ hati akan tak bisa berfungsi. Jalan atau pengobatan satu-satunya adalah dengan transplantasi hati.
Sirosis pun dapat berujung pada kanker hati, khususnya kanker hati jenis hepatocellular carcinoma. Segala penyakit liver ini tentunya akan merenggut kebahagiaan Anda sebagai seorang ibu. Cegah hal buruk di atas dengan pemberian vaksin hepatitis b saat hamil.
Dokter Atika juga menambahkan, “Begitu pula dengan tetanus. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani ini sangat berbahaya.”
“Kalau bayi sampai kena tetanus neonatorum, dia bisa sampai meninggal dunia. Jadi kedua-keduanya sama penting, tidak ada yang boleh terlupakan atau sengaja tidak diberikan.”
Artikel lainnya: Perlukah Ibu Hamil Suntik Tetanus?
Kapan Waktu yang Tepat untuk Mendapatkan Kedua Vaksin Tersebut?
Manfaat vaksin tetanus untuk ibu hamil bisa didapatkan saat usia kehamilan mencapai 27-36 minggu. Vaksin tersebut tergabung dalam vaksin DPT, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus.
Untuk vaksin hepatitis B, dr. Atika mengungkapkan hal itu baru bisa didapatkan setelah ibu hamil menjalankan tes hepatitis terlebih dulu.
“Ibu hamil perlu cek HBsAg-nya dulu untuk mengetahui apa sudah terkena penyakit hepatitis B atau belum. Kalau hasilnya negatif, lanjut vaksinasi. Kalau hasilnya positif, vaksin terbilang sudah kurang bermanfaat,” katanya.
Sebagai informasi, tes hepatitis B surface antigen (HBsAg) dapat dilakukan di awal kehamilan.
Meski keduanya sama-sama penting, vaksin yang dapat diberikan terlebih dulu adalah hepatitis B mengingat tesnya sendiri dilakukan di awal kehamilan. Beberapa minggu kemudian barulah vaksin DPT dapat diberikan.
Sebelum mendapatkan vaksin, pastikan tubuh ibu hamil dalam keadaan sehat, tidak demam, tidak sedang flu, dan lain sebagainya. Anda bisa melakukan olahraga ringan, mengonsumsi makanan dan minuman bergizi, tidak banyak keluar rumah dulu, istirahat yang cukup, dan kelola stres dengan baik.
Jika sedang tidak enak badan, vaksinasi dapat dilakukan segera saat kondisi Anda sudah membaik. Ingat, jangan memaksakan diri.
Kini Anda sudah mengetahui bahwa vaksin tetanus dan vaksin hepatitis b untuk ibu hamil sama-sama krusial. Jadi, jangan sampai absen mendapatkannya saat hamil.
Bila masih ada pertanyaan seputar kehamilan, vaksinasi, serta pencegahan penyakit lainnya, konsultasi pada dokter kami lewat fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter.
[HNS/JKT]