Tiap ibu pastinya ingin menjalani kehamilan dengan nyaman dan lancar. Namun, sering kali timbul gejala atau keluhan mengganggu, salah satunya perdarahan.
Perdarahan saat hamil dapat terjadi pada setiap trimester, sejak minggu pertama hingga akhir. Selain itu, memang ada perdarahan normal saat hamil. Meski begitu, ada pula perdarahan yang berbahaya saat hamil yang mesti diwaspadai.
Agar bumil tahu perbedaan perdarahan normal dan tidak normal saat hamil, simak ulasan berikut.
Artikel lainnya: Cara Menangani Plasenta Previa di Masa Kehamilan
Ciri Perdarahan Normal Saat Hamil
Berikut ini perdarahan normal saat hamil yang tak perlu Anda cemaskan:
-
Perdarahan Implantasi
Perdarahan saat hamil yang normal umumnya terjadi di trimester awal, sekitar minggu kelima kehamilan. Ini terjadi karena perlekatan bakal janin ke dinding rahim (implantasi embrio).
Sekitar 20-40 persen wanita hamil mengalami perdarahan di trimester pertama akibat implantasi embrio. Jumlah perdarahan tidak banyak, hanya berupa bercak atau spotting dan berlangsung beberapa hari saja.
Warna darah bisa jadi merah muda hingga merah segar, dan tidak bertambah banyak. Perdarahan tidak disertai nyeri atau kram perut.
-
Akibat Hubungan Seksual
Selain karena implantasi embrio, perdarahan saat hamil juga dapat terjadi karena faktor lain di luar kehamilan, contohnya berhubungan seks saat hamil.
Perdarahan akibat hubungan seksual tak perlu dikhawatirkan. Umumnya perdarahan yang muncul tersebut hanya sedikit, tidak berlangsung lama, dan tidak ada keluhan nyeri.
-
Infeksi
Adanya infeksi di vagina atau serviks saat hamil juga bisa menjadi penyebab perdarahan saat hamil. Biasanya perdarahan disertai keputihan abnormal, rasa gatal atau panas di area vagina, hingga bau yang tidak sedap.
-
Akibat Pemeriksaan
Perdarahan normal saat hamil juga dapat muncul seusai menjalani pemeriksaan USG transvaginal maupun pemeriksaan panggul. Bercak darah dapat keluar karena leher rahim mengalami perubahan, yaitu lebih sensitif saat hamil.
Bercak darah yang muncul umumnya tidak bertambah banyak dan tidak disertai dengan rasa nyeri.
-
Stres dan Kelelahan
Kadang-kadang, kelelahan fisik dan stres psikis juga dapat menyebabkan keluarnya bercak darah saat hamil. Perdarahan karena hal tersebut umumnya tidak bersifat berat, lebih sering berupa bercak merah dan tidak berlangsung lama.
-
Tanda Awal Persalinan
Perdarahan juga dapat terjadi saat kehamilan memasuki usia 37-40 minggu sebagai tanda awal persalinan. Bila darah keluar bercampur lendir disertai kontraksi rahim yang semakin teratur dan kuat, bisa jadi proses persalinan sudah dimulai.
Artikel lainnya: Keluhan Saat Ibu Hamil Tua dan Cara Mengatasinya
Ciri Perdarahan yang Berbahaya Saat Hamil
Perdarahan juga dapat menjadi tanda kondisi kesehatan serius dan mengancam kehamilan. Inilah beberapa penyebab perdarahan yang berbahaya saat hamil beserta gejalanya:
-
Keguguran (Abortus)
Perdarahan akibat keguguran terjadi di trimester pertama kehamilan, yaitu di bawah usia 20 minggu. Gejalanya adalah perdarahan dari vagina, nyeri perut terutama bagian bawah, dan keluarnya gumpalan darah yang diduga merupakan janin.
Selain itu, ibu juga akan merasa tanda-tanda kehamilannya seakan “hilang”, seperti tidak lagi merasa mual, muntah, kembung, dan begah.
Tanda keguguran yang pasti adalah tidak terdengar denyut jantung janin dan tidak terlihat bagian janin di dalam rahim pada pemeriksaan USG kehamilan.
-
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah hamil di luar kandungan. Artinya, embrio terbentuk dan berkembang di tempat lain selain rahim, misalnya di saluran tuba (tuba falopi).
Kehamilan ektopik dapat menyebabkan pecahnya tuba falopi dan terjadi perdarahan. Perdarahan kren kehamilan ektopik terjadi di trimester pertama, dalam jumlah banyak, dan disertai nyeri perut yang sangat hebat.
Selain itu, kondisi lain yang dirasakan adalah badan lemas, kepala pusing, dan penurunan tekanan darah. Kondisi ini mengancam nyawa dan harus ditangani segera.
Artikel lainnya: Perubahan pada Tubuh Setelah Melahirkan Anak Kembar
-
Kehamilan Anggur
Kehamilan anggur atau kehamilan mola adalah kondisi ketika jaringan yang seharusnya berkembang menjadi janin justru berkembang menjadi jaringan abnormal di rahim.
Gejala kehamilan anggur yang khas adalah muncul bercak darah atau perdarahan dari vagina, dan pertumbuhan rahim yang lebih cepat dibandingkan usia kehamilan.
Selain itu, tanda-tanda awal kehamilan misalnya mual dan muntah juga dapat menyertai kehamilan anggur.
-
Gangguan Letak Plasenta
Pada beberapa kondisi, plasenta sering melekat di bagian bawah rahim mendekati leher rahim. Hal ini menyebabkannya mudah mengalami perdarahan.
Perdarahan itu terjadi di trimester ke-2 atau ke-3 (di atas usia 20 minggu). Jumlah darahnya sedang hingga cukup banyak, warnanya merah segar, dan sering tidak disertai gejala apa pun seperti nyeri perut.
-
Lepasnya Plasenta (Solusio Plasenta)
Pada kondisi ini, plasenta yang seharusnya menempel di dinding rahim mengalami pelepasan atau robekan sebelum waktunya bayi dilahirkan.
Gejalanya adalah perdarahan yang terjadi di trimester ke-2 dan ke-3, jumlahnya sedang hingga banyak, warnanya merah gelap, serta perut tampak semakin besar, tegang, dan sangat nyeri.
Pada pemeriksaan USG, denyut jantung janin juga melambat dan gerakan janin berkurang. Solusio plasenta termasuk dalam kondisi darurat yang harus ditangani segera karena mengancam nyawa ibu dan bayi.
-
Kelahiran Prematur
Perdarahan yang terjadi sebelum usia 36 minggu dan disertai kontraksi rahim yang rutin dan kuat bisa jadi tanda terjadinya persalinan prematur (persalinan dini). Kondisi ini tentu membahayakan bayi, karena lahir sebelum organ tubuhnya matang dan siap berfungsi.
Terlepas dari segala penyebabnya, jangan menganggap remeh perdarahan apa pun yang terjadi selama hamil, ya. Segera berkonsultasi dengan bidan atau dokter kandungan Anda untuk mengetahui penyebab perdarahan dan memastikan kondisi janin.
Bila Anda mengalami perdarahan atau keluhan tertentu saat hamil, jangan ragu untuk konsultasi dokter online di aplikasi KlikDokter. Tim dokter kandungan kami siap melayani Anda.
(FR/JKT)