Penyakit cacingan paling sering terjadi pada anak-anak, dan bisa sangat mengganggu penyerapan nutrisi dalam tubuh anak. Kondisi ini timbul akibat adanya infeksi cacing pada saluran cerna.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penyakit ini paling banyak terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun. Sayangnya, angka kejadian penyakit cacingan di Indonesia juga cukup tinggi.
Terdapat beberapa faktor risiko yang membuat seorang anak terkena cacingan, mulai dari kebersihan lingkungan yang tidak terjaga, rendahnya kebiasaan mencuci tangan, hingga pengolahan makanan dan minuman yang tidak higienis.
Sebenarnya, penyakit ini sangat mungkin dicegah, yaitu dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan rumah. Selain itu, pencegahan dan penanganan penyakit ini juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat cacingan.
Namun pertanyaannya, kapan anak-anak sudah boleh mengonsumsi obat cacing anak? Berikut penjelasannya.
Artikel lainnya: Kucing Bisa Tularkan Cacing Pita ke Manusia, Ini Faktanya
Usia Berapa Anak Boleh Minum Obat Cacing?
Melakukan pencegahan cacingan sangatlah penting, mengingat penyakit ini dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Selain menjalankan PHBS lingkungan, orang tua juga bisa memberikan obat cacingan untuk anak. Hal itu terbukti mampu mencegah dan membasmi penyakit cacingan. Lalu, pada usia berapa seorang anak boleh minum obat cacing?
Berdasarkan rekomendasi dari IDAI, anak di atas usia 2 tahun sudah dapat diberikan obat cacing.
Pada usia 2 tahun, anak sudah mulai rentan terserang penyakit cacingan. Sebab, pada usia ini biasanya anak sudah mulai bermain di luar rumah yang bersentuhan langsung dengan tanah.
Dan pada usia tersebut, umumnya anak belum memiliki kebiasaan mencuci tangan atau menjaga kebersihan diri yang baik.
Selain itu, anak juga kemungkinan sudah mengonsumsi makanan atau jajanan luar yang dapat menjadi sumber penularan infeksi cacing.
Pemberian obat cacing pada anak dilakukan untuk tindakan pengobatan maupun untuk mencegah terjadinya infeksi cacing.
Jika anak telah terlihat memiliki gejala-gejala penyakit cacingan, maka perlu dilakukan pemeriksaan tinja. Bila kemudian ditemukan telur cacing atau cacing, maka obat cacing harus diberikan agar infeksi cacing tidak semakin parah.
Namun, perlu diingat bahwa pemberian obat cacing bukan satu-satunya solusi. Anak juga perlu diajarkan sejak dini untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.
Artikel lainnya: Tak Cuma Anak, Orang Dewasa Juga Perlu Minum Obat Cacing?
Tanda-Tanda Anak Butuh Obat Cacingan
Orang tua sama sekali tidak boleh meremehkan penyakit cacingan. Sebab, kalau sampai terjadi secara kronis, maka dapat menyebabkan gangguan gizi berat.
Pada infeksi yang telah berlangsung lama, penyakit ini dapat memengaruhi penyerapan makanan, sehingga bisa mengakibatkan gangguan nutrisi yang berat dan anemia.
Pada akhirnya, inilah yang akan mengganggu tumbuh kembang dan kemampuan belajar anak.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah merekomendasikan anak yang berusia dua tahun ke atas untuk mendapatkan obat cacing dan diulang setiap enam bulan sekali.
Pemberian obat cacing pada anak-anak perlu dilakukan, walaupun tanpa adanya tanda-tanda penyakit cacingan.
Sayangnya, infeksi cacing sulit dikenali karena tidak memiliki gejala yang jelas dan khas.
Namun, orang tua harus curiga jika anak terus-menerus terlihat lesu, pucat, sering mengantuk, dan tampak kurang gizi –padahal orang tua sudah memenuhi kebutuhan gizinya.
Artikel lainnya: Waspada Infeksi Cacing Mata, Kenali Penyebab dan Gejalanya!
Aturan Pemberian Obat Cacing pada Anak
Sebenarnya ada banyak jenis cacing yang dapat menginfeksi manusia, utamanya anak-anak. Oleh karena itu, ada banyak jenis obat cacing juga yang tersedia di pasaran.
Namun biasanya, obat yang diberikan kepada anak adalah obat yang dapat membasmi mayoritas jenis cacing yang ada.
Lalu apa saja jenis obat cacing tersebut? Berikut ini beberapa di antaranya dan penjelasan aturan pakainya.
-
Albendazol
Obat jenis ini merupakan obat yang cukup populer di masyarakat.
Dosis Albendazol yang biasa diberikan pada anak berusia 12-24 bulan adalah 200 mg dan untuk yang berusia 2 tahun ke atas adalah 400 mg yang diberikan sebagai dosis tunggal atau hanya dalam satu kali pemberian.
-
Mebendazol
Mebendazol merupakan jenis obat cacing yang bergolongan sama dengan Albendazol. Orang tua bisa memberikan Mebendazol kepada anak sebanyak 500 mg untuk usia dua tahun ke atas.
-
Pirantel Pamoat
Pirantel pamoat juga banyak dijual di pasaran dengan berbagai merek. Cara pemberiannya sama dengan Albendazol dan Mebendazol, yaitu dengan dosis tunggal atau sekali pemberian.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan anak, yaitu sekitar 10-11 mg/kgBB. Artinya, jika anak memiliki berat 15 kg, maka dosis yang diberikan berkisar 150-165 mg.
Artikel lainnya: Bunda Hati-Hati, Cacingan Bisa Sebabkan Stunting pada Anak?
Itulah tiga jenis obat cacing yang sering digunakan untuk mencegah dan mengatasi cacingan pada anak.
Selain pemberian obat, yang terpenting dalam proses pencegahan cacingan adalah membiasakan anak hidup dengan perilaku bersih dan sehat sejak dini.
Tak perlu melarang anak untuk bermain kotor-kotoran. Tapi, lakukan pengawasan dan ajarkan untuk selalu mencuci tangan setelah beraktivitas, serta sebelum makan dan minum atau memasukkan tangan ke dalam mulut.
Di samping itu, mencuci tangan juga perlu dilakukan setiap selesai dari toilet, setelah bermain dengan hewan peliharaan, bahkan bermain dengan gawai.
Kebersihan kuku anak juga perlu dipelihara dengan mengguntingnya secara rutin, setidaknya setiap satu minggu sekali.
Itulah penjelasan mengenai pemberian obat cacing pada anak. Hal ini bisa menjadi salah satu upaya untuk menghindarkan anak dari penyakit cacingan.
Jadi, jangan ragu memberikan obat cacing sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan. Dengan demikian, anak akan terhindar dari gangguan tumbuh kembang.
Untuk #JagaSehatmu dan si Kecil, gunakan layanan Live Chat di aplikasi KlikDokter untuk konsultasi dengan dokter mengenai masalah kesehatan apa pun. Gratis, lho!
[RS]