Keberadaan gawai semakin sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Apalagi, teknologi sudah mengubah cara hidup manusia.
Bayangkan, kini Anda bisa membeli makanan, melihat hiburan, berbelanja, belajar, hingga mengikuti pelatihan maupun seminar melalui gawai di genggaman tangan. Bahkan, Anda bisa berkomunikasi jarak jauh dengan orang lain berkat kecanggihan teknologi.
Sayangnya, hal tersebut bisa menyebabkan kecanduan, tak terkecuali pada anak-anak. Bahkan, ada dugaan yang menyebut bahwa anak yang kecanduan gawai lebih berisiko mengalami gangguan mental.
Apakah hal tersebut benar adanya? Benarkah bahaya kecanduan gawai bisa begitu fatal? Simak fakta selengkapnya, yuk!
Artikel Lainnya: Sering Kesemutan Saat Main Gadget? Hati-Hati Neuropati!
Risiko Gangguan Mental Akibat Kecanduan Gawai
Bahaya kecanduan gawai mendapat perhatian banyak kalangan. Mayoritas penelitian mengklaim bahwa teknologi berdampak buruk pada anak-anak.
Apalagi, banyak orangtua yang tidak ragu memberikan gawai kepada anak. Mereka menganggap, gwai membantu membuat anak tidak rewel.
Anak pun dengan bebas menggunakan gawai tersebut, misalnya untuk bermain game, menonton video, mendengarkan lagu, berkomunikasi, atau browsing internet.
Bayangkan jika perilaku tersebut dilakukan terus-menerus. Kemungkinan besar, perilaku tersebut akan berubah menjadi sebuah kebiasaan yang tak bisa ditinggalkan.
Bukannya baik, terlalu bergantung pada gawai sejak usia dini bisa memunculkan konsekuensi negatif pada kesehatan fisik dan mental anak.
Artikel Lainnya: Pakai Gadget Seharian? Waspada Gangguan Mata Lelah!
Maka, orangtua harus memahami apa saja risiko gangguan mental akibat kecanduan gawai yang bisa dialami anak-anak, seperti dijelaskan di bawah ini.
-
Keterlambatan Berbicara atau Berbahasa
Anak akan belajar berkomunikasi lewat interaksi dengan orangtua atau anggota keluarga lain.
Sayangnya, hal tersebut sulit dicapai apabila anak terlalu banyak mendapatkan screen time alias waktu menatap layar gawai.
Screen time yang berlebihan juga bisa mengalihkan waktu anak untuk belajar berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain.
-
Sulit Memusatkan Perhatian
Gangguan kesehatan mental, seperti kesulitan memusatkan perhatian, juga menjadi isu tumbuh kembang anak yang akrab dengan gawai.
Anak cenderung susah fokus, sulit berperilaku sesuai situasi dan kondisi, sering gelisah, serta mudah terdistraksi.
Tentu, hal tersebut akan menimbulkan masalah, seperti kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah dan lainnya.
-
Kecemasan
Kecemasan merujuk pada rasa takut akan sesuatu yang belum tentu terjadi. Perasaan tersebut dapat menimbulkan gejala fisik, seperti jantung berdetak cepat dan tubuh gemetar.
Anak yang mengalami kecemasan, akan mudah marah atau kesal oleh hal-hal kecil. Ketika diberi gawai, ia akan merasa lebih tenang. Jika kondisi ini terjadi terus menerus, Anda harus segera mengambil tindakan serius.
-
Depresi
Memberi anak ruang mengekspresikan emosi sedih, bad mood, kesal, atau marah adalah hal yang normal.
Hal itu akan menjadi tidak normal apabila emosi negatif tersebut berlangsung terus-menerus hingga mengubah perilaku anak. Pada akhirnya, Anak bisa mengalami depresi.
Penggunaan gawai berlebihan dianggap menjadi salah satu penyebab gangguan mental ini. Misalnya, anak marah dan kesal saat tidak diizinkan main game online atau ketika kuota internet habis.
Artikel Lainnya: Buta Warna karena Kelamaan Main Gadget, Kok Bisa?
Masih Menuai Perdebatan
Pertanyaannya, apakah kecanduan gawai selalu menjadi penyebab gangguan mental pada anak? Harus diakui, dampak gawai pada kesehatan mental anak masih menuai perdebatan.
Baru-baru ini, jurnal Clinical Psychological Science mengatakan bahwa hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental remaja terkait penggunaan teknologi digital.
Para peneliti dari Oxford Internet Institute tersebut sepakat, data historis keterkaitan kedua variabel tersebut perlu ditelusuri lagi.
Lebih lanjut, studi tersebut menekankan pentingnya kolaborasi transparan antara industri dan akademisi. Dengan begitu, masyarakat maupun pihak yang berwenang dalam pengambilan kebijakan tidak terus menuduh gawai sebagai penyebab gangguan mental pada anak dan remaja.
Artikel Lainnya: Medfact: Benarkah Kecanduan Gadget Bisa Menyebabkan Kanker?
Di sisi lain, Anda tidak bisa mengabaikan manfaat positif gawai pada perkembangan anak. Manfaat positif tersebut, misalnya:
- Melatih keterampilan motorik anak, terutama saat mengoperasikan gawai
- Mengembangkan keterampilan kognitif lewat permainan edukasi yang bersifat interaktif
- Menjadi alternatif hiburan dan sarana belajar yang menyenangkan untuk anak.
Di sinilah orang tua berperan mengambil kendali atas penggunaan gawai pada anak di rumah.
Mengatur pemakaian gawai secara bijak jadi tindakan penting, agar anak mampu meregulasi diri, baik secara fisik maupun mental. Bagaimana pun, gawai adalah benda netral yang hadir untuk mempermudah kehidupan manusia sehari-hari.
Nyaris mustahil memisahkan anak dengan gawai, apalagi di tengah kondisi saat ini. Peran teknologi sudah begitu besar dalam proses pembelajaran online.
Anak justru perlu belajar memberdayakan gawai secara optimal untuk menunjang aktivitas hariannya. Tugas Anda sebagai orangtua adalah menetapkan batasan waktu secara tegas, mendampingi, serta menyediakan aktivitas lain tanpa melibatkan gawai.
Orangtua dapat menyusun kesepakatan bersama terkait penggunaan gawai di rumah. Jadilah orang pertama yang bisa memberikan contoh bagi anak dalam hal ini.
Dengan demikian, anak akan belajar bahwa dirinya harus bisa mengontrol penggunaan gawai, bukan membiarkan benda tersebut mengendalikan dirinya.
Gawai adalah benda yang sebenarnya bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Lewat benda ini, Anda bahkan bisa berkonsultasi tentang masalah apa pun terkait kesehatan kepada dokter melalui LiveChat 24 jam atau aplikasi KlikDokter.
(NB/JKT)