Perundungan atau bullying adalah tindak kekerasan verbal dan nonverbal yang sering ditemukan dalam ruang lingkup anak-anak.
Banyak hal yang membuat seorang anak menjadi korban bullying oleh teman-teman sepermainan, salah satunya kondisi tubuh terlalu gemuk atau obesitas.
Hubungan Obesitas dengan Bullying pada Anak
Hubungan obesitas dengan bullying pada anak pernah dimuat dalam studi tahun 2004. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat tersebut melibatkan 5.749 anak laki-laki dan perempuan berusia 11 hingga 16 tahun.
Hasil studi mengatakan, anak usia sekolah yang kelebihan berat badan lebih sering menjadi korban bullying daripada teman-teman mereka yang berbobot normal.
Penelitian yang sama juga melaporkan, para pelaku bullying sering mengolok-ngolok penampilan, pakaian, dan cara berbicara anak obesitas.
Artikel Lainnya: Anak Suka Memukul, Ini Tips Menanganinya
Selain itu, bagi anak laki-laki dengan obesitas, mereka juga sering disakiti secara fisik (pukulan, tendangan). Sedangkan pada anak perempuan, mereka lebih sering dikucilkan dan menjadi sasaran rumor atau gosip di sekolah.
Menurut salah satu peneliti yang terlibat, dr. Julie C. Lumeng, baik kaya atau miskin, pintar atau bodoh, anak dengan obesitas tetap menjadi incaran utama aksi bullying.
Menanggapi temuan tersebut, Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog., punya pendapat serupa. Menurutnya, anak dengan obesitas memang lebih rentan menjadi korban bullying.
“Akan tetapi, hal itu juga bisa dilandasi karena hal lain, seperti penampilan yang tidak seperti teman-teman lain, masalah personal dari pelaku bullying yang memang senang merendahkan orang lain, atau karena situasi yang mendukung untuk melakukan bullying,” tutur Ikhsan.
Artikel Lainnya: Waspada Jika Anak Sering Makan Berlebihan
Anak Obesitas Terkena Bullying, Dilawan atau Dibiarkan?
Apapun jenis dan alasan tindak bullying, semuanya memang harus ‘dilawan’. Hanya saja, berdasarkan Ikhsan, orang tua harus fokus pada korban atau anak yang mengalami bullying terlebih dahulu.
“Tentu, bagaimanapun bentuknya, bullying perlu dilawan. Namun, lebih penting lagi jika fokus pada individu yang menjadi korban bullying,” saran Ikhsan.
“Perkuat ketahanan diri atas penilaian negatif dari orang sekitarnya, agar konsep diri dan self-esteem si korban tidak rendah,” tegasnya.
Lantas, bagaimana cara orang tua untuk kembali membangun mental anak yang sering menjadi korban bullying?
-
Ajarkan untuk Menerima Kondisi Diri
Ajarkan anak untuk menerima dirinya sendiri. Berikan arahan agar ia tidak terlalu menanggapi omongan orang lain di sekitarnya, termasuk yang menyinggung dan menyakiti hati.
Setelah mengajari anak untuk mencintai dirinya, orangtua dapat mengajaknya untuk melakukan perubahan-perubahan positif. Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang dikatakan orang lain tentangnya tidak tepat.
Artikel Lainnya: Kenali 7 Penyebab Obesitas pada Bayi
-
Ajarkan Anak Menerima Kekurangan dan Kelebihan
Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Di balik kekurangan anak, pasti ada kelebihan yang mungkin tidak ia sadari.
Ajarkan anak untuk fokus kepada kelebihannya, dan tidak terlalu ambil pusing dengan kekurangan yang dimiliki. Hal ini berguna agar kelebihannya dapat lebih menonjol, sehingga kekurangan yang ia miliki dapat tertutupi.
-
Bantuan Emosional dari Orang Sekitar
“Tidak hanya dari orangtua, tapi orang sekitar juga bisa menjadi support system dengan memberikan semangat dan dukungan emosional pada anak,” ucap Ikhsan.
“Jadi, imbau orang sekitar untuk tidak menyinggung perasaan anak. Minta bantuan pada orang-orang tersebut agar memberikan mendukung dan menjadi support system anak agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik,” sambungnya.
Obesitas dengan bullying seperti dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Jika si kecil terjebak dalam kondisi tersebut, segera berikan bantuan agar ia tak mengalami masalah kesehatan mental.
Jika butuh bantuan dari psikolog terkait masalah bullying pada anak, Anda bisa berkonsultasi lebih lanjut melalui layanan LiveChat 24 jam atau di aplikasi KlikDokter.
(NB/JKT)