Ada hikmah di balik kesulitan. Kalimat itu sepertinya cocok menggambarkan bagaimana podcaster Reza Chandika melewati pandemi.
Baginya, periode awal ketika wabah COVID-19 menerjang Indonesia adalah masa terberat. Sebagai orang yang senang berada di tengah lingkaran sosial, Reza merasa tersiksa secara mental.
Tidak ada lagi keramaian dengan teman-teman, rutinitas yang saban hari Reza lakukan. Maklum, di awal pandemi banyak aturan pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah untuk mencegah penularan.
Seperti halnya banyak orang lain, pola kebiasaan Reza juga berubah. Ia harus menahan keinginan untuk bertemu teman-temannya. Pria yang memulai karier profesional sebagai penyiar radio ini benar-benar terisolasi.
"Pas pandemi jadi linglung, dan akhirnya di satu poin sadar kalau gua cuma punya diri sendiri," katanya dalam siniar Demi Sehat memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia bareng KlikDokter.
Pandemi membuat semua orang dituntut beradaptasi. Hal ini juga dialami Reza. Sendiri di tengah pandemi membuatnya punya waktu untuk menyelami diri.
Periode itu menjadi momen pencerahan, masa untuk berkontemplasi sekaligus mengenal diri. Ia mulai menyadari hal-hal yang selama ini luput.
Pada satu waktu, Reza membaca sebuah buku mengenai pengendalian emosi dan kesehatan mental. Reza masih ingat betul kutipan kalimat yang membuatnya terhenyak.
Kurang-lebih bunyinya begini: Kalau kita melekatkan diri pada sesuatu kebahagiaan atau kesenangan, justru kita akan merana ketika punya waktu luang.
Reza seperti tersentil. Ia baru sadar selama ini terlalu terikat dengan teman-temannya. Begitu tergantungnya, ia sampai melupakan diri sendiri.
"Kalau orang lain kita enggak bisa kontrol, dari situ akhirnya gua belajar untuk mengontrol diri sendiri," Reza berujar.
Di sisi lain, menurut dia, terisolasi saat pandemi mengajarkan bahwa kita hanya punya diri sendiri. Apalagi Reza beberapa kali positif COVID-19.
Artikel Lainnya: Wajib Tahu, Ini Organ Tubuh yang Terdampak Virus Corona
Masa isolasi dimanfaatkannya untuk makin memahami diri sendiri. Reza menyebut periode tersebut sebagai waktu istirahat paling menyenangkan dalam hidupnya.
Di situ ia menemukan titik balik, semacam lompatan situasi mental. Reza kini melihat dunia dari perspektif yang berbeda.
Ia, misalnya, lebih bisa menerima kesalahan dan tidak menghakimi diri. Dia mulai bisa mengontrol dirinya.
Reza berusaha melihat segala sesuatu dari banyak sisi. "Kalau ada masalah, jangan playing victim," tukasnya.
"Tapi latihannya enggak 1-3 bulan, setahun. Dari 2020-2021 gua berusaha," Reza menambahkan.
Ia kini bisa mengontrol persepsi dan ekspektasi. Caranya menerima kegagalan dalam hidup juga berubah. Dulu, kata dia, kegagalan bisa membuatnya terpuruk. Ia kini lebih banyak belajar dari kesalahan.
"Sekarang aku belajar, oke aku udah melakukan yang terbaik, tapi hasilnya kurang baik, sekarang jadi ya udah apa yang bisa dilakuin supaya enggak gitu, jadinya kenapa aku bisa gagal dibedah."
Ia bisa melihat sisi positif dari kegagalan. Hal itu menjadi bahan evaluasi agar kejadian yang sama tidak terulang.
Dia tidak lagi mau larut dalam kesedihan dan masalah. Caranya bukan dengan menyangkalnya. Reza hanya memberi porsi yang tepat bagi kesedihan untuk muncul.
Baginya, kesedihan bukan ukuran kuat tidaknya seseorang, tapi justru menunjukkan
bahwa semua orang memiliki emosi. Yang terpenting adalah bagaimana mengelola kesedihan tersebut.
Artikel Lainnya: Cara Jitu untuk Mengendalikan Emosi Berlebih
Karena menurutnya, kesedihan adalah sesuatu yang normal dan tidak bisa ditolak. Bila sedang bersedih, ia akan memberi batas waktu kapan harus bilang: Stop!
Perubahan cara Reza memandang dunia kini berdampak positif. Ia bisa menjalani hidup dengan enteng.
Cita-citanya kini tidak muluk-muluk. Ia cuma ingin hidup seperti Thanos, karakter antagonis dalam film The Avengers besutan Marvel.
Dalam salah satu adegan film itu, Thanos digambarkan sedang duduk di tengah sawah menikmati dunia. Hidup santai seperti itu yang sejak dua tahun lalu diwanti-wanti ibunya.
"Dulu gua enggak bisa ngerasa begitu," pungkas Reza.
Nah, kalau kamu punya kondisi mental tertentu yang perlu penanganan lebih lanjut, jangan lupa untuk berkonsultasi dengan ahlinya. Kamu bisa berdiskusi seputar masalah mental secara online melalui fitur Tanya Dokter. Yuk, #JagaSehatmu bersama KlikDokter.