Tanggal 7 April diperingati sebagai Hari Kesehatan Sedunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun memiliki harapan agar semua orang di dunia mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Kunci untuk mencapai hal itu, menurut WHO, adalah memastikan bahwa setiap orang dapat memperoleh perawatan kesehatan sesuai kebutuhan, sekaligus bisa tepat sasaran.
Namun kenyataannya, jutaan orang masih memiliki akses yang terbatas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Jutaan orang lebih terpaksa memilih antara perawatan kesehatan dan kebutuhan pokok lainnya, seperti makanan, pakaian, dan rumah.
Itulah sebabnya, WHO berfokus pada cakupan kesehatan universal untuk Hari Kesehatan Dunia tahun ini. Tahun ini, WHO pun mengambil tema, "Cakupan Kesehatan Universal: Semua Orang, di Mana Saja".
Harapan dokter Indonesia
WHO memiliki harapannya sendiri, begitu pula dengan dokter-dokter di Indonesia. Khusus memperingati Hari Kesehatan Sedunia, berikut beragam harapan dokter Indonesia yang selalu berusaha mewujudkan kesehatan paripurna bagi masyarakat Indonesia.
dr. Cut Putri Arianie, MHKes - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI
Menyambut Hari Kesehatan Sedunia, dr. Cut dengan tegas memberikan pernyataan bahwa saat ini dibutuhkan perubahan perilaku yang revolusioner dari segenap lapisan masyarakat. Karena menurutnya masyarakat tidak bisa lagi digerakkan lewat imbauan.
“Jadi diharapkan semua orang bisa punya niat yang kuat untuk mengubah perilaku agar terhindar dari penyakit tidak menular. Karena jika sudah jadi penyakit, seseorang seumur hidup harus minum obat. Akibatnya terjadi pembiayaan tinggi dan saat ini tingkat kematian juga tinggi,” kata dr. Cut.
Ia meyakini bahwa faktor risiko yang paling mungkin untuk diubah untuk bisa menjaga kesehatan adalah gaya hidup. Misalnya bagi mereka yang malas gerak harus berubah dan lebih aktif secara fisik. Demikian pula bagi sebagian masyarakat yang masih hobi menyantap junk food, sebaiknya segera beralih mengonsumsi makanan sehat. Selain itu dr. Cut juga berharap agar masyarakat tidak berlebihan mengonsumsi asupan gula dan garam. “Dan yang juga tidak kalah penting, rajin deteksi dini penyakit tidak menular," dr. Cut menambahkan.
Dr. dr. Aida Lydia, PhD., Sp.PD-KGH - Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia
Masalah kesehatan ginjal menjadi salah satu tantangan yang disorot oleh dr. Aida. Ia berharap bahwa program promotif dan preventif di bidang kesehatan, termasuk kesehatan ginjal dapat lebih ditingkatkan. Selain itu, diagnosis dini juga harus lebih diperkuat.
“Saya berharap agar akses untuk pengobatan bagi pasien-pasien ginjal bisa lebih terjangkau dan lebih merata,” kata dr. Aida.
“Selain itu, harapan saya dan semua pemangku kepentingan di bidang kesehatan, temasuk Kementerian Kesehatan, BPJS, dan petugas kesehatan dokter dan perawat, termasuk masyarakat, saling bekerja sama dan berpartisipasi dalam kapasitasnya masing-masing."
dr. Dody Partomihardjo, Sp.M, - Co-founder KlikDokter
Menurut dr. Dody tantangan dalam bidang kesehatan saat ini adalah masyarakat Indonesia ternyata masih lebih “menghargai” sakit, tapi belum menghargai kesehatan itu sendiri. Artinya masyarakat baru “ribut” dan tersadar ketika sudah jatuh sakit.
“Sangat berbeda jika dibandingkan dengan masyarakat di Singapura, atau negara-negara Skandinavia. Tantangan lainnya adalah angka kematian bayi atau ibu melahirkan di Indonesia masih tinggi di wilayah ASEAN. Selain itu kasus tuberkulosis paru juga masih tinggi,” kata dr. Dody.
Berkaca pada hal-hal tersebut, menurut dr. Dody, harus ada kebijakan pemerintah untuk mengubah paradigma kuratif ke promotif dan preventif.
“Harus ada kepemimpinan yang kuat untuk menggerakkan keberanian masyarakat ke arah melakukan tindak pencegahan karena tidak ingin sakit. Selain itu juga harus ada sistem komunikasi, informasi, dan edukasi soal kesehatan yang kuat, populer, dan mudah dipahami masyarakat," papar dr. Dody.
dr. Atilla Dewanti, Sp.A(K)
Harapan besar dr. Atilla di Hari Kesehatan Sedunia ini adalah ia ingin agar semua anak Indonesia sehat. Oleh karena itu vaksinasi menjadi hal yang tidak boleh dilupakan. dr. Atilla lalu mengingatkan para orang tua untuk memperhatikan urut-urutan pemberian vaksin pada anak sejak lahir hingga usia 5 tahun.
“Imunisasi itu paling penting, mulai dari bayi lahir ada urutannya sampai umur 2 tahun, 5 tahun. Kadang-kadang, sebagian orang tua di Indonesia ini ada yang suka kalau sudah lebih dari 1 tahun. Padahal, anak usia di atas 1 tahun itu penting banget untuk mengulang vaksinasi DPT (difteri),” kata dr. Atilla.
Ia lalu mengingatkan akan terjadinya wabah difteri beberapa waktu lalu. Menurut dr. Atilla salah satu penyebabnya bisa jadi adalah karena orang tua lupa mengulang vaksinasi yang seharusnya diterima anak.
“Ulangan keempat dari vaksin DPT itu adalah saat anak berusia 18 bulan. Saran saya, bagi yang punya anak di atas usia 1 tahun, orang tua perlu cek lagi. Apakah anak sudah vaksin ulang atau belum? Karena kalau cuma 3 kali, tidak diulang ke-4 untuk 18 bulan, itu efeknya sudah habis. Jadi, anak menjadi mudah terpapar penyakit. Dengan vaksinasi, Insya Allah anak Indonesia akan lebih kuat,” tegas dr. Atilla.
dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG
Di Hari Kesehatan Sedunia ini, tantangan yang disoroti oleh dr. Dinda mengarah kepada layanan kesehatan di Indonesia, terutama BPJS.
“Harapan saya agar pasien-pasien yang kurang mampu supaya lebih diperhatikan untuk mendapatkan pelayanan dan penanganan yang tepat. Pelayanan bagi pasien sekarang sudah lebih terstruktur dan sudah lebih rapi dibandingkan sebelumnya. Semoga ke depannya akan lebih baik,” kata dr. Dinda.
Selain itu, dr. Dinda juga berharap agar tindakan pencegahan penyakit lebih ditingkatkan. Menurutnya, jika masing-masing individu melakukan pencegahan penyakit sejak dini, setiap orang tidak perlu pengobatan.
“Edukasi dan pengetahuan menjadi hal yang penting untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit,” ujar dr. Dinda.
dr. Theresia Rina Yunita
Harapan senada juga dilontarkan oleh dr. Theresia Rina Yunita. Menurutnya edukasi tentang kesehatan kepada masyarakat merupakan hal yang penting karena ada sebagian masyarakat yang masih percaya mitos.
“Semoga di waktu-waktu mendatang, edukasi bisa dilakukan lewat teknologi digital, layanan primer seperti puskemas atau rumah sakit di daerah terpencil. Selain itu, semoga asuransi kesehatan, baik BPJS atau asuransi kesehatan lainnya semakin berkembang sehingga nantinya masyarakat – terutama yang kurang mampu – tidak perlu khawatir lagi jika harus berobat. Peningkatan dan pemerataan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan juga perlu ditingkatkan agar masyarakat yang membutuhkan bisa mendapatkan perawatan yang maksimal,” kata dr. There.
Sejumlah harapan besar dari para dokter Indonesia di atas, bisa menjadi penggugah seluruh lapisan masyarakat untuk lebih menghargai dan menjaga kesehatan. Momen Hari Kesehatan Sedunia yang jatuh pada hari ini sekiranya mampu menjadi tonggak bagi dunia kesehatan di Indonesia untuk terus berbenah, khususnya terkait penyediaan pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat.
[HNS/ RVS]