Berita Kesehatan

Prosedur Pemeriksaan Doping Para Atlet

Aditya Prasanda, 19 Okt 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Gara-gara persoalan tes doping, bendera Indonesia tidak diizinkan berkibar di podium kemenangan Piala Thomas. Bagaimana prosedur tes doping dilakukan?

Prosedur Pemeriksaan Doping Para Atlet

Setelah 19 tahun penantian, Indonesia akhirnya menjuarai Piala Thomas. Indonesia memenangkan kejuaraan bulu tangkis internasional beregu putra itu, usai menaklukkan China di partai puncak, pada Minggu (17/10).

Nahas, kemenangan Indonesia dinodai sanksi yang dijatuhkan World Anti-Doping Agency (WADA). Badan Anti-Doping Dunia tersebut tidak mengizinkan bendera merah putih berkibar di podium Piala Thomas 2020.

Sebagai gantinya, hanya ada bendera Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) di latar podium Ceres Arena, Denmark, tempat pertandingan berlangsung.

WADA memberikan sanksi karena menilai Indonesia tidak mematuhi regulasi test doping plan (TDP). Pasalnya, Indonesia tidak mengirimkan sampel tes doping selama pandemi 2020-2021.

Artikel Lainnya: Mengapa Susu Cokelat Sering Diminum oleh Para Atlet?

1 dari 1

Prosedur Tes Doping Atlet

Doping sendiri merupakan istilah yang merujuk kepada penggunaan jenis obat-obatan dan perawatan tertentu yang dilarang digunakan untuk atlet. 

Doping biasanya digunakan atlet untuk meningkatkan energi dan daya tahan tubuh, mengurangi waktu pemulihan, meningkatkan massa otot dan menutupi zat obat lain yang dikonsumsi atlet. Hal ini jelas melanggar etika sportivitas dalam olahraga.

Tidak hanya itu, doping juga bisa menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan kesehatan hingga memicu kematian. Karena itu, tes doping atlet perlu dilakukan.

Tujuannya, demi mencegah efek negatif doping dan menjunjung tinggi sportivitas dalam berkompetisi. 

Lantas, bagaimana proses pemeriksaan doping pada atlet berlangsung? Simak rangkaian prosedur tes doping berikut.

1. Seleksi

Berdasarkan UK Anti-Doping, tes doping dapat dilakukan kapa dan di mana saja. Tes doping atlet dapat dilakukan di dalam kompetisi, di luar kompetisi, di tempat pelatihan, bahkan di kediaman pribadi atlet.

Pengujian akan dilakukan oleh pendamping yang disebut sebagai Doping Control Officer (DCO) atau chaperone. 

Pada tahap pertama, badan antidoping setempat akan memilih atlet untuk menjalani tes doping. Namun proses pengujiannya akan dilakukan secara mendadak, tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Artikel Lainnya: Agar Tidak Emosional, Ini Cara Atlet Hadapi Kabar Duka Saat Bertanding

2. DCO Bertemu Atlet

Selama pandemi, WADA memperbarui regulasi tes doping dengan meminta badan antidoping setempat agar memastikan DCO terbebas dari infeksi COVID-19

DCO atau pendamping yang sudah dipastikan sehat kemudian akan menghampiri atlet secara langsung. 

DCO akan menunjukkan identitas mereka, lengkap dengan surat tugas menyelenggarakan tes doping kepada atlet yang bersangkutan.

Atlet akan diberitahu bahwa mereka sudah dipilih untuk menjalani tes doping. DCO kemudian menanyakan kondisi kesehatan atlet, apakah mereka memiliki gejala infeksi virus corona atau memiliki kontak erat dengan orang yang terinfeksi. 

Kemudian DCO akan memberitahukan hak dan tanggung jawab atlet selama prosedur berlangsung.

Hak Atlet Selama Proses Tes Doping

  • Didampingi oleh perwakilan dan/atau juru bahasa pilihan mereka.
  • Menunda pelaporan ke Stasiun Kontrol Doping karena alasan yang sah.
  • Memperoleh informasi lengkap soal proses pengumpulan sampel urine.

Tanggung Jawab Atlet Selama Proses Tes Doping

  • Selalu berada dalam pengawasan langsung DCO, sejak bertemu DCO hingga prosedur pengumpulan sampel selesai dilakukan.
  • Menunjukkan kartu identitas.
  • Melapor ke Stasiun Kontrol Doping, kecuali ada alasan yang sah untuk menunda pelaporan.
  • Mematuhi prosedur pengumpulan sampel urine.

Atlet kemudian akan diminta menunjukkan kartu identitas dan harus menandatangani formulir kontrol doping.

Artikel Lainnya: Apa Jadinya Jika Atlet Sepak Bola Kena Corona?

3. Pelaporan

Atlet akan didampingi dan diawasi setiap saat oleh DCO selama menuju tempat tes doping yang disebut sebagai Stasiun Kontrol Doping (DCS).

4. Memilih Perangkat Pengumpul Sampel Urine

Sesampainya di DCS, atlet akan disuguhkan perangkat pengumpul sampel urine. Sangat direkomendasikan memilih perangkat pengumpul sampel urine yang masih disegel dan tidak rusak.

5. Memberikan Sampel Urine

Atlet diminta mencuci tangan, mengenakan sarung tangan, dan memberikan sampel urine di hadapan DCO.

Oleh karena itu, pendamping yang diutus berjenis kelamin sama dengan atlet, agar dapat mengamati secara langsung proses pengambilan sampel urine.

Atlet akan diminta memberikan minimal 90 ml urine. Pemberian sampel urine dapat dilakukan secara parsial (terpisah) dan lebih dari satu kali, hingga mencapai takaran urine yang diperlukan.

6. Menyegel Sampel 

Selanjutnya, atlet diminta menyegel sampel urine. Pada tahap ini sangat penting untuk memastikan tutup botol tidak rusak dan terpasang dengan aman.

Artikel Lainnya: 7 Daftar Atlet yang Vegan, Dari Venus Williams hingga Kendrick Haris

7. Memeriksa Konsentrasi Sampel

DCO kemudian akan menguji konsentrasi sampel urine atlet. Jika konsentrasi urine belum mencapai standar pemeriksaan yang diinginkan, atlet akan diminta memberikan sampel urine sekali lagi.

Disampaikan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, hal ini terjadi karena sampel urine tidak mencapai standar specific gravity (SG). 

"Sehingga hasil tes urine tidak terbaca di alatnya. Ini berarti urine terlalu "encer",” katanya.

“Penyebabnya bisa beragam misalnya gangguan fungsi ginjal, overhidrasi, atau ada intervensi eksternal misalnya urin diencerkan dengan cairan lain,” dr. Astrid menambahkan.

8. Verifikasi Sampel Urine

Terakhir, atlet harus melengkapi dan menandatangani Formulir Kontrol Doping. Atlet juga harus berterus terang soal obat maupun suplemen jenis apa pun yang mereka konsumsi dalam tujuh hari terakhir.

Selain itu, penting bagi atlet untuk memiliki salinan Formulir Kontrol Doping. 

Itu dia rangkaian tes doping pada atlet. Jika ingin tanya lebih lanjut seputar info kesehatan lainnya, konsultasi ke dokter via LiveChat.

(OVI/AYU)

Atlet
Doping
obat