Dalam hitungan hari, umat Muslim di seluruh dunia akan memasuki bulan Ramadan. Dengan kata lain, semua umat Muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa, tidak terkecuali para penderita diabetes. Seperti dijelaskan oleh dr. Kartika Mayasari kepada KlikDokter, menjalankan ibadah puasa pada dasarnya boleh dilakukan oleh para penderita diabetes.
“Asalkan, mereka tetap mengatur asupan kalori serta pola makan yang tidak berlebihan dan sesuai kebutuhan. Selain itu, jika Anda mengonsumsi obat, minumlah tepat waktu serta tidak lupa untuk olahraga ringan selama 10-15 menit setiap hari.”
Sebab, jika abai terhadap asupan kalori dan kontrol gula darah, empat ancaman kesehatan mengintai para penderita diabetes. Apa saja gangguan kesehatan yang harus diwaspadai diabetes saat berpuasa?
-
Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi kadar gula dalam darah berada di bawah kadar normal, yaitu kurang dari 70 mg/dL.Menurut studi EPIDIAR (Epidemiology of Diabetes and Ramadhan), puasa Ramadan dapat meningkatkan risiko hipoglikemia berat sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit. Kasus hipoglikemia di bulan Ramadan meningkat 4,7 kali lipat pada pasien DM tipe 1dan 7,5 kali lebih sering pada pasien DM tipe 2.
Asupan makanan yang kurang diketahui merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipoglikemia. Diperkirakan hipoglikemi merupakan penyebab kematian pada 2–4 persen pasien DM tipe 1. Meski kontribusi hipoglikemi sebagai penyebab kematian pada DM tipe 2 masih belum jelas, namun dugaan hipoglikemi sebagai penyebab kematian cukup sering terdengar.
-
Hiperglikemia
Bertolak belakang dengan hipoglikemia, hiperglikemia adalah kondisi kadar gula dalam darah berada di atas kadar normal. Pada pasien DM tipe 2, studi EPIDIAR menunjukkan bahwa saat Ramadan, angka kejadian hiperglikemi berat sehingga memerlukan rawat inap di rumah sakit meningkat 5 kali lipat. Adapun pada pasien DM tipe 1 meningkat 3 kali lipat. Hiperglikemi mungkin disebabkan pengurangan dosis obat secara berlebihan untuk menghindari hipoglikemi serta konsumsi berlebih makanan dan gula.
Ketoasidosis adalah salah satu komplikasi akut diabetes yang disebabkan oleh kadar glukosa pada darah sangat tinggi. Kondisi ini merupakan keadaan serius yang dapat mengancam jiwa. Pasien diabetes, terutama pasien DM tipe 1 yang menjalankan puasa Ramadan dan kendali glikeminya buruk sebelum puasa, maka risiko ketoasidosis dapat meningkat.
-
Dehidrasi
Pembatasan asupan cairan (minum), terlebih bila berlangsung lama, dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi dapat menjadi lebih berat di wilayah dengan iklim/suhu udara panas dan kelembapan tinggi. x juga dapat terjadi pada individu yang melakukan kerja fisik berat.
Lakukan ini saat sedang berpuasa
Untuk mengantisipasi empat gangguan kesehatan tersebut, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan selama Anda berpuasa, seperti disarankan oleh dr. Ellen Theodora kepada KlikDokter:
-
Nutrisi
Diet yang seimbang selama bulan Ramadan bertujuan untuk mempertahankan massa tubuh. Menurut kebanyakan studi, 50-60 persen individu mampu mempertahankan berat badan mereka selama satu bulan, sementara 20-25 persen berhasil menurunkan berat badan mereka. Akan tetapi, kadang-kadang, ada pula penderita diabetes kehilangan berat badan (> 3 kg).
Hindarilah berbuka puasa dengan karbohidrat dan lemak dalam jumlah besar. Konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks dianjurkan saat waktu sahur, sementara karbohidrat sederhana lebih tepat dimakan saat berbuka puasa.
-
Pemantauan gula darah
Setiap pasien sebaiknya memiliki alat ukur kadar glukosa darah sendiri, agar dapat dilakukan pemeriksaan beberapa kali dalam sehari. Hal tersebut sangat penting pada pasien dengan diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 yang membutuhkan insulin. Cek juga kadar gula darah sebelum berpuasa.
-
Berbuka puasa
Saat berbuka puasa, penderita diabetes dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, agar tidak terjadi lonjakan glukosa di dalam darah. Penting juga untuk tidak memakan makanan dengan kadar gula yang terlalu rendah, agar kebutuhan gula harian tetap terpenuhi.
-
Mengakhiri puasa
Semua penderita diabetes mellitus baik tipe 1 maupun tipe 2 harus memahami bahwa mereka harus selalu dan segera mengakhiri puasa jika terjadi hipoglikemia. Mengapa demikian? Tidak ada jaminan bahwa glukosa darah tidak terus menurun kembali jika mereka tetap meneruskan puasa.
Beberapa gangguan kesehatan memang berpotensi mengancam penderita diabetes yang sedang berpuasa. Akan tetapi, dengan menjaga kondisi tetap sehat dan pengontrolan kadar gula darah, Anda tetap dapat menjalankan ibadah puasa. Satu hal penting yang perlu diingat, penderita diabetes perlu selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan menjalankan puasa.
[RVS]