Diabetes mellitus, atau dikenal dengan kencing manis, merupakan masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini terjadi ketika kadar gula dalam darah di atas ambang normal.
Jika tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada organ lain. Salah satunya pada mata, yang bisa berujung pada kebutaan.
Komplikasi diabetes mellitus pada mata dikenal sebagai retinopati diabetik. Ini merupakan penyebab utama kebutaan pada penderita diabetes di seluruh dunia, disusul oleh katarak.
Pada retinopati diabetik, terjadi kerusakan pada pembuluh darah retina akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol. Pembuluh darah menjadi bengkak dan rapuh. Aliran darah ke retina juga dapat tersumbat. Selain itu, banyak ditemui pertumbuhan pembuluh darah baru yang abnormal. Semua kondisi ini dapat menyebabkan kebutaan.
Artikel Lainnya: Buta Warna Parsial
Tipe-tipe Retinopati
Terdapat dua tipe retinopati diabetik, yaitu:
1. Nonproliferative diabetic retinopathy (NPDR)
NPDR merupakan awal mula kerusakan mata pada pasien diabetes mellitus. Pada kondisi ini, kerusakan pada pembuluh darah yang rapuh membuat retina bengkak (edema). Ketika makula ikut membengkak, hal ini dikenal sebagai edema makula. Inilah yang menjadi penyebab utama penderita diabetes kehilangan penglihatannya.
Selain bengkak pada retina, aliran pembuluh darah yang terhambat menyebabkan retina kekurangan suplai darah (iskemik makula). Terdapat pula eksudat di retina yang dapat memengaruhi penglihatan. Pada NPDR, pasien akan mengeluhkan penglihatan yang buram.
2. Proliferative diabetic retinopathy (PDR)
PDR merupakan stase lanjutan dari NPDR. Kondisi ini ditandai dengan adanya pertumbuhan pembuluh darah baru di retina yang disebut neovaskularisasi. Pembuluh darah baru ini cenderung rapuh sehingga mudah menyebabkan perdarahan di mata.
Perdarahan ini jika ringan akan menimbulkan keluhan floaters atau spot hitam pada penglihatan. Sebaliknya, jika jumlah perdarahan cukup banyak dapat memblok seluruh penglihatan.
Pembuluh darah baru ini juga dapat membentuk jaringan parut yang menyebabkan retina lepas. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena dapat menyebabkan kebutaan permanen sebagian atau seluruhnya.
Artikel Lainnya: Flash Kamera Menyebabkan Kebutaan Pada Bayi, Mitos atau Fakta?
Sangat penting untuk mencegah terjadinya retinopati diabetik dengan rutin melakukan pemeriksaan mata tiap 1 tahun sekali. Jangan menunggu hingga mengalami keluhan tetapi periksalah ketika pertama kali terdiagnosis diabetes mellitus. Nantinya dokter mata akan melakukan foto fundus dan pemeriksaan lain untuk mengetahui kondisi mata, terutama retina dan makula.
Berbagai terapi dapat menjadi pilihan jika Anda menderita retinopati diabetik, yaitu dengan tindakan fotokoagulasi laser pada retina. Tindakan ini bertujuan untuk menutup kebocoran pada pembuluh darah, mengurangi bengkak, serta mencegah timbulnya neovaskularisasi.
Selain itu, dapat dilakukan pembedahan vitrektomi (badan kaca) untuk mengatasi perdarahan pada mata dan mencegah retina lepas. Terapi lain yang sedang dikembangkan adalah pemberian obat kortikosteroid dan anti-VEGF (VEGF = vascular endothelial growth factor) yang bertujuan mengurangi edema makula dan menghentikan pertumbuhan neovaskular.
Selain kondisi mata yang diperhatikan, kadar gula darah juga harus stabil. Anda juga harus teratur menggunakan obat diabetes dan kontrol gula darah untuk mencegah terjadinya kerusakan pada mata. Tindakan laser pada retina dan kontrol gula darah dapat mengurangi risiko kebutaan pada diabetes mellitus hingga 90 persen.
[RS/ RVS]