Ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh dapat menyebabkan individu mengembangkan penyakit diabetes insipidus. Jenis kelainan ini membuat penderitanya sering buang air kecil dan selalu merasa haus.
Bahkan, pengidap diabetes insipidus bisa pipis hingga 20 liter dalam sehari. Sebagai perbandingan, orang dewasa normal buang air kecil 1-2 liter sehari, dengan intensitas pipis sebanyak 4-7 kali.
Ada sejumlah faktor risiko diabetes insipidus yang memicu ketidakseimbangan cairan tubuh. Faktor-faktor tersebut, meliputi kerusakan otak, cacat ginjal, kehamilan, autoimun, maupun memiliki riwayat keluarga pengidap diabetes insipidus.
Bagaimana sederet kondisi tersebut meningkatkan risiko diabetes insipidus? Yuk, cari tahu lewat ulasan berikut.
1. Kerusakan Otak
Kerusakan ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang memengaruhi otak, antara lain cedera kepala, pembedahan, tumor, maupun penyakit genetik.
Ketika otak mengalami kerusakan, bagian dalam pusat pengendali tubuh tersebut bisa ikut terdampak. Bagian otak yang dimaksud yaitu hipotalamus dan kelenjar pituitari.
Artikel Lainnya: Yuk, Kenali Diabetes Insipidus Lebih Dekat
Berdasarkan National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease, hipotalamus merupakan bagian otak yang memproduksi antidiuretic hormone (ADH) alias vasopressin.
Hormon antidiuretik merupakan hormon yang bertugas membantu mengatur kadar cairan di dalam tubuh. Hormon ini bekerja dengan mengembalikan cairan yang sudah disaring oleh ginjal ke dalam aliran darah.
Seperti diketahui, ginjal menyaring cairan darah, lantas membuang produk limbah yang tidak dibutuhkan tubuh melalui urine.
Nah, sebagian besar cairan yang sudah disaring dan tetap diperlukan, akan dikembalikan ke aliran darah. Tugas ini dilaksanakan oleh ADH.
Hormon antidiuretik disimpan di kelenjar pituitari, kelenjar kecil yang ditemukan di dasar otak. Ketika hipotalamus maupun kelenjar pituitari mengalami kerusakan, hal ini memengaruhi produksi, penyimpanan, dan pelepasan kadar ADH.
Akibatnya, cairan yang disaring ginjal dan seharusnya dikembalikan ke darah, justru ikut dibuang melalui urine.
Kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh. Sehingga, mencetuskan salah satu gejala khas diabetes insipidus berupa produksi urine berlebih. Diabetes insipidus akibat kerusakan otak ini dinamakan diabetes insipidus sentral.
Tidak hanya itu, kerusakan hipotalamus juga dapat mengganggu mekanisme pengaturan rasa haus di bagian otak tersebut. Akibatnya, penderita diabetes insipidus minum cairan secara berlebih, karena rasa haus yang ekstrem.
Kondisi yang dikenal pula sebagai polidipsia primer alias diabetes insipidus dipsogenik ini menyebabkan urine encer dan diproduksi dalam jumlah besar.
Artikel Lainnya: Termasuk Diabetes, Kenali Beragam Jenis Gangguan Endokrin
2. Kehamilan
Disampaikan dr. Reza Fahlevi, terdapat beberapa mekanisme diabetes insipidus yang disebabkan oleh kehamilan.
“Kehamilan menyebabkan perubahan volume darah pada ibu hamil. Kondisi ini juga memicu perubahan hormonal. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pada elektrolit,” katanya.
Perubahan elektrolit, hormon serta volume cairan dalam tubuh bumil menurut dr. Reza menyebabkan terjadinya diabetes insipidus.
Lebih spesifik, perubahan hormonal yang memengaruhi elektrolit disebabkan oleh enzim yang diproduksi oleh plasenta. Enzim ini menghancurkan hormon antidiuretik bumil.
Akibatnya, bumil mengalami ketidakseimbangan cairan di dalam tubuhnya. Sehingga, mencetuskan kondisi yang dinamakan sebagai diabetes insipidus gestasional. Meski begitu, diabetes insipidus akibat kehamilan ini jarang terjadi.
3. Cacat Ginjal
Faktor risiko diabetes insipidus selanjutnya yaitu cacat ginjal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti kelainan genetik dan kelainan ginjal kronis.
Cacat ginjal bisa dipengaruhi pula oleh penggunaan obat-obatan tertentu, seperti lithium maupun antivirus semacam foscarnet.
Ketika struktur ginjal cacat, organ ini tidak dapat merespons antidiuretic hormone secara efektif.
Akibatnya, ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh terjadi. Kondisi ini dinamakan sebagai diabetes insipidus nefrogenik.
Artikel Lainnya: Bahaya Brittle Diabetes dan Pencegahannya
4. Autoimun
Diabetes insipidus juga dapat disebabkan oleh proses autoimun alias kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat.
Dalam hal ini, sistem kekebalan juga dapat menyerang sel-sel hipotalamus yang memproduksi hormon antidiuretik. Ketika sel hipotalamus rusak, tubuh mengalami ketidakseimbangan cairan.
5. Riwayat Keluarga Pengidap Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus dapat diwariskan secara genetik. Biasanya kondisi ini terjadi pada penderita diabetes insipidus nefrogenik.
Pengidap diabetes insipidus nefrogenik, baik pria dan wanita, dapat mewariskan gen ini pada anak-anak mereka.
Jadi, anak dengan orangtua pengidap diabetes insipidus akibat cacat ginjal tersebut, berisiko tinggi mengalami penyakit serupa.
Itu dia sederet faktor yang meningkatkan risiko diabetes insipidus. Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar diabetes, konsultasikan kepada dokter via Live Chat.
(PUT/JKT)
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses 2022. Diabetes Insipidus.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. Diakses 2022. Diabetes Insipidus.
Ditinjau oleh dr. Reza Fahlevi