Diabetes insipidus merupakan kondisi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh. Kelainan langka ini menyebabkan penderitanya mengalami gejala khas berupa rasa haus ekstrem dan peningkatan frekuensi buang air kecil.
Jika tidak segera ditangani, bahaya diabetes insipidus bisa menimbulkan komplikasi seperti dehidrasi, gangguan gigi dan mulut, elastisitas kulit berkurang, penurunan berat badan, maupun overhidrasi.
Bagaimana komplikasi diabetes insipidus tersebut terjadi? Yuk cari tahu.
1. Dehidrasi
Diabetes insipidus terjadi karena rusaknya bagian otak bernama hipotalamus dan kelenjar pituitari.
Hipotalamus merupakan bagian otak yang memproduksi antidiuretic hormone (ADH) alias vasopressin.
ADH merupakan hormon yang bertugas membantu mengatur kadar cairan di dalam tubuh. Hormon ini bekerja dengan mengembalikan cairan ke dalam aliran darah usai disaring oleh ginjal.
Artikel Lainnya: Bahaya Dehidrasi Bagi Penderita Diabetes Tipe 2
Seperti diketahui, ginjal menyaring cairan darah, lantas membuang produk limbah yang tidak dibutuhkan tubuh melalui urine.
Nah, sebagian besar cairan yang sudah disaring dan tetap diperlukan, akan dikembalikan oleh antidiuretic hormone ke dalam aliran darah.
Hormon antidiuretik disimpan di kelenjar pituitari, kelenjar kecil yang ditemukan di dasar otak. Ketika hipotalamus maupun kelenjar pituitari mengalami kerusakan, hal ini memengaruhi produksi, penyimpanan, dan pelepasan kadar ADH.
Akibatnya, cairan yang disaring ginjal dan seharusnya dikembalikan ke darah, justru ikut dibuang melalui urine.
Kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh. Sehingga, mencetuskan salah satu gejala khas diabetes insipidus berupa produksi urine berlebih.
Bahkan, pengidap diabetes insipidus bisa pipis hingga 20 liter dalam sehari. Sebagai perbandingan, orang dewasa normal buang air kecil 1-2 liter sehari, dengan intensitas sebanyak 4-7 kali.
Tidak hanya itu, kerusakan hipotalamus juga dapat mengganggu mekanisme pengaturan rasa haus di bagian otak tersebut. Akibatnya, penderita diabetes insipidus minum cairan secara berlebih karena rasa haus yang ekstrem.
Peningkatan frekuensi buang air kecil dibarengi dengan rasa haus ekstrem dapat memicu komplikasi lanjutan berupa dehidrasi alias kondisi kekurangan cairan.
Dehidrasi menyebabkan pengidap diabetes insipidus mudah merasa lelah.
2. Elastisitas Kulit Berkurang
Elastisitas kulit dapat berkurang akibat kulit mengalami dehidrasi. Komplikasi diabetes insipidus ini menyebabkan kulit terlihat lebih kusam, berminyak namun terasa kering, sensitif, terasa gatal, serta bersisik.
Kulit kusam karena dehidrasi terjadi akibat adanya penumpukan sel-sel kulit mati. Pasalnya, ketika tubuh kekurangan cairan, kemampuan kulit dalam meluruhkan sel-sel kulit mati ikut menurun.
Tidak hanya itu, kulit juga menghasilkan banyak minyak untuk menggantikan peran cairan yang berkurang. Kondisi ini kemudian memicu kulit berminyak, namun terasa kering.
Kekurangan cairan juga menurunkan kemampuan kulit melawan bakteri dan polutan. Menyebabkan kulit menjadi lebih sensitif, terasa gatal, kasar, dan bersisik.
Artikel Lainnya: Mengapa Diabetesi Lebih Sensitif terhadap Cuaca Panas?
3. Overhidrasi
Overhidrasi merupakan penumpukan cairan dalam tubuh yang menyebabkan elektrolit dalam tubuh, meliputi kalium, magnesium, dan natrium, terlalu encer.
Penumpukan cairan ini paling berdampak pada natrium yang menyebabkan kadarnya sangat rendah atau disebut hiponatremia.
Sementara, tugas natrium sendiri sangat penting bagi tubuh. Terutama dalam menjaga jumlah cairan yang masuk maupun keluar dari sel tubuh.
Ketika kadar natrium menurun, cairan yang masuk ke sel tubuh pun lebih banyak. Kondisi ini menyebabkan sel-sel membengkak dan paling terdampak adalah sel otak.
Pembengkakan tersebut dapat menyebabkan tekanan pada otak yang kemudian mengganggu fungsi otak. Oleh sebab itu, pengidap diabetes insipidus yang overhidrasi akan mengalami gejala, seperti mudah mengantuk, sakit kepala, dan kebingungan.
Tidak hanya itu, ketidakseimbangan cairan akibat overhidrasi ataupun dehidrasi, menurut dr. Alvin Nursalim, juga bisa mencetuskan komplikasi berupa kram, nyeri, dan lemah otot.
4. Penurunan Berat Badan
Penumpukan cairan di dalam ginjal akibat overhidrasi dapat menyebabkan penderita diabetes insipidus mengalami mual, muntah, dan diare.
Tidak hanya itu, ketidakseimbangan cairan dalam tubuh, di saat bersamaan juga menurunkan nafsu makan.
Akibatnya, individu yang mengalami diabetes insipidus berisiko mengalami penurunan berat badan yang tidak sehat.
Artikel Lainnya: Mengenal Semaglutide, Obat Diabetes yang Bisa Menurunkan Berat Badan
5. Gangguan Gigi dan Mulut
Dehidrasi akibat diabetes insipidus dapat memicu kondisi xerostomia alias mulut kering. Hal ini karena kondisi kekurangan cairan menyebabkan kelenjar air liur tidak sanggup menghasilkan kadar air liur yang cukup untuk melembapkan rongga mulut.
Jika tidak ditangani secara tepat, xerostomia pada gilirannya memicu pembusukan gigi dan infeksi jamur di dalam mulut. Kerusakan gigi yang parah pun dapat terjadi.
Itu dia sederet komplikasi akibat bahaya diabetes insipidus yang perlu diwaspadai. Berkonsultasilah dengan dokter jika Anda mengalami gejala diabetes insipidus berupa rasa haus ekstrem maupun peningkatan frekuensi buang air kecil.
Hal ini dilakukan agar dokter dapat merekomendasikan perawatan yang tepat, sehingga meminimalkan risiko komplikasi diabetes insipidus.
Jika ingin tanya lebih lanjut seputar info kesehatan lainnya, konsultasi ke dokter via LiveChat.
(PUT/AYU)
Referensi:
- Mayo Clinic. Diakses 2022. Diabetes Insipidus.
- WebMD. Diakses 2022. What Is Too Much Water Intake?
- Wawancara dr. Alvin Nursalim