Insufisiensi plasenta merupakan kondisi ketika plasenta tidak mampu memberikan pasokan nutrisi dan oksigen yang cukup kepada janin. Mengutip dari Healthline, pasokan tersebut diberikan melalui aliran darah ibu untuk mendukung penuh perkembangan janin.
Selain berdampak kepada tumbuh kembang janin, komplikasi kehamilan yang juga disebut sebagai insufisiensi vaskular uteroplasenta ini dapat menyebabkan persalinan prematur dan preeklampsia (peningkatan tekanan darah dan disfungsi organ akhir).
Tak hanya itu, insufisiensi plasenta pun dapat mengakibatkan solusio plasenta atau kondisi ketika plasenta menarik diri dari dinding rahim.
Kendati insufisiensi plasenta berisiko dialami oleh semua ibu hamil, para ahli kesehatan percaya bahwa ibu hamil pengidap diabetes lebih berisiko mengalami kondisi ini. Mengapa demikian?
Artikel Lainnya: Konsumsi Cokelat Hitam untuk Diabetes, Benarkah Menyehatkan?
Penyebab Diabetesi Berisiko Mengalami Insufisiensi Plasenta
Menurut, dr. Reza Fahlevi, Sp. A, insufisiensi plasenta disebabkan oleh gangguan metabolisme yang meningkatkan risiko gangguan pembuluh darah.
Ibu hamil yang tidak memperoleh pengobatan diabetes dan memiliki kadar gula darah tinggi selama kehamilan berisiko tinggi mengalami insufisiensi plasenta.
“Gula darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah. Padahal plasenta itu isinya pembuluh darah,” kata dr. Reza.
“Jadi semisal gula darahnya tinggi, mengalami diabetes selama kehamilan, dan tidak diatasi, maka aliran darah dari ibu ke janin akan berkurang karena pembuluh darah plasenta mengalami gangguan akibat gula darah tinggi,” tambahnya.
Hal ini dibenarkan pula oleh Ping H. Wang, MD, ketua Departemen Diabetes, Endokrinologi & Metabolisme City of Hope di Amerika Serikat.
Menurutnya, insufisiensi plasenta pada ibu hamil dengan diabetes dapat menyebabkan malformasi kongenital, kelahiran prematur, hingga meningkatkan risiko kematian bayi saat melahirkan.
Selain itu, mengutip dari Gestationaldiabetes.co.uk, insufisiensi plasenta pada ibu hamil yang mengidap diabetes dapat menyebabkan:
- IUGR atau pertumbuhan janin terhambat.
- SGA atau bayi tumbuh kecil di bawah persentil 10 persen.
- Bayi berisiko mengalami kekurangan oksigen saat lahir.
- Suhu tubuh bayi rendah rendah saat lahir.
- Kadar gula darah bayi rendah saat lahir.
Artikel Lainnya: Alasan ODHA Harus Cek Diabetes
Cara Ketahui Diabetesi Alami Insufisiensi Plasenta
Untuk mencegah insufisiensi plasenta, dr. Reza menyarankan beberapa hal penting yang wajib dilakukan ibu hamil.
“Sebaiknya ibu hamil kalau gula darah tinggi harus kontrol DM (diabetes mellitus) teratur ke dokter obgyn (dokter kandungan) biar diberikan pengobatan agar diabetesnya terkontrol selama kehamilan,” katanya.
Selain itu, komplikasi diabetes semasa hamil juga dapat diketahui dengan cara mengenal gejala preeklamsia.
Gejala preeklampsia di antaranya, seperti kenaikan berat badan berlebih, pembengkakan di kaki dan tangan (edema), sakit kepala, hingga tekanan darah tinggi.
Dr. Nasim Sobhani, MD dari UCSF Health menambahkan, ibu pengidap diabetes juga dapat mencurigai gangguan pada plasenta dengan memperhatikan gerakan janin serta perubahan kebutuhan insulin.
“Ketika hormon tidak melewati plasenta dengan semestinya akibat insufisiensi plasenta, kebutuhan insulin dapat ikut menurun. Jika Anda mengalaminya, segera melapor ke tim medis,” kata dr. Sobhani.
Deretan pemeriksaan medis berikut dapat mengetahui terjadinya insufisiensi plasenta:
- USG kehamilan untuk mengukur ukuran plasenta.
- USG untuk memantau ukuran janin.
- Kadar alfa fetoprotein dalam darah ibu (protein yang dibuat di hati bayi).
- Tes nonstres janin untuk mengukur detak jantung dan kontraksi bayi.
Itulah penyebab terjadinya insufisiensi plasenta pada ibu pengidap diabetes. Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar diabetes, konsultasi ke dokter via Live Chat.
(OVI/JKT)