Ketika kadar keton di dalam darah menumpuk, kondisi ini dinamakan sebagai ketoasidosis. Terdapat dua jenisnya yang perlu diketahui, yaitu ketoasidosis diabetik dan ketoasidosis alkoholik.
Apa perbedaaan keduanya? Simak penjelasan dokter berikut.
Beda Ketoasidosis Diabetik dan Ketoasidosis Alkoholik
Dijelaskan dr. Theresia Rina Yunita, kondisi dan gejala ketoasidosis diabetik dan ketoasidosis alkoholik pada dasarnya sangatlah mirip.
Kedua jenis ketoasidosis ini menyebabkan tubuh menjadi lebih asam atau asidosis. Hal ini, karena terjadi penumpukan keton di dalam darah.
Hasil oksidasi produk limbah sampingan tubuh tersebut menghasilkan karbon dioksida yang bersifat asam.
Peningkatan kadar asam di dalam darah menyebabkan penderita ketoasidosis, baik diabetik maupun alkoholik, mengalami beberapa gejala.
Di antaranya, peningkatan frekuensi buang air kecil, mual dan muntah, dehidrasi, kulit dan mulut kering, nyeri otot, napas berbau buah, pernapasan kussmaul, hingga penurunan kesadaran.
Artikel Lainnya: Konsumsi Alkohol Berlebih Bisa Picu Ketoasidosis Diabetik
Kendati kondisi dan gejalanya serupa, dr. There mengatakan ketoasidosis diabetik dan alkoholik dapat dibedakan. Perbedaan keduanya terletak pada faktor penyebab penumpukan keton di dalam darah. Berikut penjelasannya:
-
Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan kondisi menumpuknya keton di dalam darah akibat penyakit diabetes.
Umumnya, kondisi ini dialami pengidap diabetes tipe 1, penyakit metabolik yang terjadi karena sel beta pankreas rusak akibat proses autoimun, alias diserang sistem kekebalan tubuh sendiri.
Sel beta pankreas merupakan penghasil insulin, hormon yang bertugas membantu sel tubuh mengangkut dan menyerap gula darah (glukosa) menjadi energi.
Kerusakan sel beta pankreas menyebabkan produksi insulin menurun. Akibatnya, terjadi hiperglikemia atau kondisi gula darah melebihi ambang batas normal.
Tidak hanya itu, minimnya produksi insulin juga menyebabkan proses penyerapan gula darah menjadi energi terganggu.
“Defisiensi insulin menghambat kemampuan glukosa untuk memasuki sel dan digunakan sebagai bahan bakar metabolik,” papar dr. There.
Ia menambahkan, kondisi tersebut menyebabkan hati dengan cepat memecah lemak menjadi keton untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar.
Apabila mekanisme ini berlangsung terus-menerus, keton dapat menumpuk di dalam darah maupun urine. Kondisi ini kemudian membuat tubuh menjadi lebih asam.
Artikel Lainnya: Urine Berbau Manis Tanda Diabetes dan Ketoasidosis Diabetik
-
Ketoasidosis Alkoholik
Ketoasidosis alkoholik Merupakan penumpukan keton di dalam darah akibat mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak.
“Kondisi ini ditandai dengan asidosis metabolik yang diikuti peningkatan anion gap, peningkatan kadar keton serum, dan konsentrasi glukosa normal atau rendah,” jelas dr. There.
Alkohol yang dikonsumsi berlebihan dapat mengganggu kinerja sel beta pankreas penghasil insulin. Hal itu menyebabkan sel beta pankreas berhenti memproduksi insulin sementara waktu.
Penurunan produksi insulin kian diperparah, karena konsumsi alkohol berlebih dapat mengganggu pola makan. Dampaknya adalah kekurangan gizi yang pada akhirnya membuat produksi insulin menurun.
Penurunan produksi insulin menyebabkan proses penyerapan gula darah terganggu. Sehingga, tubuh menjalani rangkaian mekanisme ketoasidosis. Tubuh pun menjadi lebih asam akibat keton di dalam darah dan urine yang menumpuk.
Uniknya, ketoasidosis alkoholik tidak menyebabkan hiperglikemia.
Penyebab ketoasidosis diabetik dan ketoasidosis alkoholik sangatlah berbeda, kendati keduanya menyebabkan gejala serupa. Oleh karena itu, jika Anda mengalami ketoasidosis, cobalah berkonsultasi dengan dokter.
Hal ini perlu dilakukan agar dokter dapat mendiagnosis penyakit dan menentukan metode perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi ketoasidosis Anda.
Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar penyakit metabolisme lainnya, konsultasi ke dokter via Live Chat.
(PUT/JKT)
Referensi:
MSD Manual. Diakses 2021. Alcoholic Ketoacidosis.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses 2021. Diabetic Ketoacidosis.