Terapi kombinasi untuk diabetes melitus tipe 2 disebut-sebut dapat membantu penderitanya mengelola kadar gula darah lebih baik. Beberapa terapi bahkan memiliki manfaat meningkatkan kesehatan jantung, ginjal, hingga menurunkan berat badan.
Kendati demikian, terapi kombinasi tidak bisa direkomendasikan dokter secara langsung kepada diabetesi. Ada beberapa hal yang dipertimbangkan untuk memberikan terapi kombinasi kepada penderita diabetes tipe 2.
Mengenal Terapi Kombinasi Diabetes Tipe 2
Melansir Medical News Today, diabetes tipe 2 merupakan gangguan kesehatan kronis yang menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi insulin dengan baik.
Hormon insulin berfungsi menyerap gula darah. Hormon ini juga membantu sel tubuh mengubah glukosa menjadi energi.
Artikel Lainnya: 12 Jenis Diabetes Melitus yang Mungkin Mengintai Anda
Kekurangan kadar hormon insulin menyebabkan penumpukan gula darah berlebih. Akibatnya, seseorang bisa mengalami diabetes tipe 2.
Tidak sedikit pengidap diabetes tipe 2 yang membutuhkan dua atau lebih obat. Penggunaannya untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut dikenal pula sebagai terapi kombinasi.
Terapi kombinasi dilakukan guna menjaga kadar gula darah normal dan menghindari komplikasi diabetes, seperti kebutaan, penyakit jantung, hingga stroke. Meski begitu, penggunaan terapi kombinasi tetap harus melalui pengawasan dokter.
Dokter Arina Heidyana mengatakan penggunaan terapi kombinasi sangat bergantung pada hasil pemeriksaan gula darah.
“Untuk awal, biasanya diberikan monoterapi dulu, lalu di-follow up 3 bulan berikutnya. Kalau hasil HbA1C (jumlah gula darah yang melekat pada hemoglobin) bisa terkontrol dengan satu macam obat, maka tidak membutuhkan terapi kombinasi,” jelasnya.
“Tapi kalau tidak terkontrol juga, baru diberikan terapi kombinasi obat diabetes lain. Kalau dari awal kadar HbA1c sudah sangat tinggi, juga bisa langsung diberikan kombinasi obat,” lanjut dr. Arina.
Sebelum merekomendasikan terapi kombinasi yang tepat, dokter juga mempertimbangkan kondisi lain pada pasien diabetes tipe 2, di antaranya:
- Riwayat penyakit arteri koroner, penyakit ginjal kronis, atau gagal jantung
- Riwayat hipoglikemia
- Pengaruh terapi kombinasi pada berat badan pasien
- Risiko efek samping dari pengobatan
- Prioritas dan tujuan pengobatan pasien
- Biaya pengobatan
Terapi kombinasi sendiri umumnya menggunakan perpaduan obat diabetes tipe 2 bernama metformin dengan obat lainnya.
Salah satu terapi kombinasi yang direkomendasikan The American Diabetes Association (ADA) adalah memadukan metformin bersama glucagon-like peptide-1 reseptor agonis (GLP-1 RA) atau natrium-glukosa protein transport 2 (SGLT2) inhibitor.
Terapi kombinasi ini direkomendasikan untuk penderita diabetes tipe 2 dengan kondisi penyakit arteri koroner, penyakit ginjal kronis, dan gagal jantung.
Artikel Lainnya: Berat Badan Berlebih, Hati-Hati Diabetes
Kombinasi Obat untuk Terapi Diabetes Melitus
Berikut kombinasi obat yang digunakan bersama metformin pada terapi untuk diabetes melitus tipe 2:
1. GLP-1 RA
Glucagon-like peptide-1 reseptor agonis (GLP-1 RA) merupakan inkretin, yaitu hormon penting untuk mengatur glukosa.
Dokter Arina mengatakan, “GLP-1 RA bekerja dengan menurunkan nafsu makan dan menurunkan penggunaan kadar glukagon yang dipakai tubuh pada penderita diabetes.”
Selain itu, inkretin meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas. Fungsinya juga menurunkan kadar glukosa yang dilepaskan dari hati.
Penelitian yang dilakukan Cochrane mengungkapkan, GLP-1 RA merupakan salah satu obat yang paling efektif menurunkan kadar glukosa darah. Riset juga menemukan, GLP-1 RA efektif mengurangi berat badan.
Kendati demikian, diabetesi dengan riwayat kanker tiroid meduler tidak boleh menggunakan GLP-1 RA.
2. Inhibitor SGLT2
Inhibitor SGLT2 berfungsi menghentikan ginjal menyerap glukosa kembali ke dalam darah. Sebaliknya, glukosa dilepaskan melalui urine. Proses ini membantu menurunkan kadar gula darah.
Meski begitu, penelitian Cochrane menemukan efektivitas Inhibitor SGLT2 dalam menurunkan glukosa darah tidak lebih baik dibanding GLP-1 RA.
Namun, Inhibitor SGLT2 dianggap lebih efektif menurunkan berat badan.
3. Thiazolidinediones (TZDs)
Obat lain yang digunakan dalam terapi kombinasi bersama metformin adalah TZD. Pengobatan ini membuat tubuh lebih sensitif terhadap insulin, sehingga membantu menurunkan kadar gula darah.
Obat TZD juga mengurangi jumlah glukosa yang dilepaskan hati ke dalam aliran darah.
Meski begitu, diabetesi dengan riwayat gagal jantung atau penyakit hati tidak boleh mengonsumsi TZD. Selain itu, TZD juga dapat menyebabkan efek samping berupa kenaikan berat badan.
Artikel Lainnya: Berat Badan Ideal untuk Cegah Diabetes Mellitus
4. Sulfonilurea (SUs)
Sulfonilurea membantu pankreas memproduksi dan melepaskan insulin, sehingga menurunkan kadar gula darah.
Namun, obat ini dapat menyebabkan diabetesi mengalami hipoglikemia (kadar gula darah di bawah normal). Adapun efek samping SU lainnya yaitu menyebabkan kenaikan berat badan.
Itu dia terapi kombinasi diabetes melitus tipe 2. Jika ingin tanya lebih lanjut seputar terapi diabetes, konsultasikan ke dokter via Tanya Dokter.
(FR/JKT)