Umat Islam dalam hitungan hari akan menjalankan ibadah puasa Ramadan. Dan, pasien diabetes termasuk di antaranya. Berdasarkan studi Epidar (Epidemiology of Diabetes and Ramadhan) 2001, sebanyak 79 persen pasien diabetes mellitus tipe 2 tetap menjalankan ibadah puasa, sedikitnya hingga 15 hari. Pada saat bersamaan, risiko hipoglikemia berat pun meningkat 7,5 kali lipat dibandingkan sebelum puasa.
Hal tersebut menjadi materi utama dalam acara bertema “Kontrol Gula Darah, Raih Berkah Ramadhan – Waspada Hipoglikemia Saat Berpuasa” di kawasan Cikini, Sabtu (27/4) lalu.
Menurut Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD-KEMD, FINASIM yang hadir sebagai narasumber, beberapa kompilkasi pada pasien diabetes dapat terjadi selama mereka berpuasa.
“Komplikasi tersebut adalah hipoglikemia, hiperglikemia, dehidrasi, dan ketoasidosis diabetik. Akan tetapi, dari banyak komplikasi tersebut, hipoglikemia adalah gejala yang paling sering ditemui,” kata dr Tri.
Hipoglikemia adalah kondisi yang harus dihindari penderita diabetes. Saat mengalami hipoglikemia, kadar gula dalam darah berada di bawah kadar normal, yaitu kurang dari 70 mg/dL. Gejala hipoglikemia bertahap mulai dari tingkat rendah hingga berat, yaitu:
- Gejala hipoglikemia tingkat rendah (kadar glukosa 60-70 mg/dL): jantung berdebar, gemetar, lapar, keringat dingin, cemas, dan lemas.
- Gejala hipoglikemia tingkat sedang (kadar glukosa 50-60 mg/dL): pasien mengalami perubahan perilaku, kesulitan mengontrol emosi dan konsentrasi, serta kebingungan.
- Gejala hipoglikemia tingkat berat (kadar glukosa <50mg/dL): pasien dapat kehilangan kesadaran, kejang, koma, gangguan fungsi pembuluh darah (turunnya vasodilasi), inflamasi, gangguan pembekuan darah, gangguan irama dan kontraksi detak jantung yang berujung pada kematian.
Oleh karena itu, seperti dijelaskan dr. Dicky L. Tahapary, Sp.PD, Ph.D, sebenarnya tidak semua pasien diabetes tipe 2 bisa berpuasa. Hal ini masih harus dilihat juga risikonya.
“Dari risiko rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Kalau pasien termasuk risiko tinggi dan sangat tinggi, dokter akan menyarankan untuk tidak berpuasa. Tapi itu hanya saran dari dokter. Kebanyakan pasien, sekitar 90 persen, tetap berpuasa, walau sudah diedukasi kepada pasien karena risikonya tinggi,” dia menjelaskan.
Cara penderita diabetes agar aman berpuasa
Demi mencegah terjadinya komplikasi seperti hipoglikemia pada penderita diabetes tipe 2 saat puasa, Prof. Dr. Saud N. M. Al-Sifri dari Al Hada Armed Forces Hospital, Arab Saudi, menjelaskan bahwa pemantauan sebelum puasa harus dilakukan.
“Idealnya lakukan kontrol dengan dokter 4-6 minggu sebelum masuk bulan puasa. Jangan terlalu dekat dengan hari pertama puasa,” kata dr. Al-Sifri pada kesempatan yang sama.
Dengan kontrol dan pemantauan terlebih dahulu, penderita diabetes punya kesempatan “membenahi” kondisi kesehatannya, bila perlu. “Jadi saat masuk bulan puasa, kondisi pasien benar-benar sehat dan prima untuk berpuasa.”
Selanjutnya, ahli penyakit dalam yang banyak meneliti diabetes dan ibadah puasa itu memberikan saran. Penderita diabetes perlu periksa ke dokter untuk menganalisis sejarah penyakit dengan melihat riwayat komplikasi, riwayat hipoglikemia, pengalaman berpuasa periode sebelumnya, serta pengobatan.
Di sisi lain, dr. Dicky juga menyarankan agar penderita diabetes sering mengecek kadar gula darah saat sedang berpuasa. Menurutnya, hal ini tidak akan membatalkan puasa. “Kalau kadar gula darah sudah sangat rendah, bahkan sudah tergolong hipoglikemia, segera batalkan puasa. Karena akan sangat berbahaya untuk penderita.”
Penderita diabetes tipe 2 wajib mewaspadai ancaman hipoglikemia saat berpuasa. Tidak hanya saat berpuasa, pengontrolan kadar gula sebaiknya dilakukan 6 minggu sampai satu bulan sebelum puasa. Bila kadar gula Anda stabil dan normal, Anda dapat berpuasa, itu pun harus berada di bawah pengawasan dokter Anda.
[RVS]