Diabetes

Waspadai Penyakit Neuropati pada Penderita Diabetes

Tamara Anastasia, 19 Nov 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Ada banyak masalah kesehatan yang bisa disebabkan oleh diabetes dan neuropati adalah salah satunya.

Waspadai Penyakit Neuropati pada Penderita Diabetes

Diabetes mungkin sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Penyakit metabolik ini ditandai dengan kadar gula darah tinggi dan sangat mungkin menyebabkan komplikasi apabila tidak dikendalikan dengan baik.

Secara garis besar, terdapat dua klasifikasi diabetes: diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel beta di pankreas, sehingga produksi insulin menjadi berkurang. Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia anak-anak. 

Sedangkan diabetes tipe 2 terjadi akibat sel beta di pankreas tidak mampu lagi memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Diabetes tipe 2 paling banyak dialami oleh lanjut usia, meski tidak menutup kemungkinan untuk terjadi pada usia muda.

Apapun jenis diabetes yang terjadi, penyakit ini benar-benar perlu dikendalikan. Apabila penderitanya abai, salah satu komplikasi yang mungkin terjadi adalah neuropati diabetik.

“Sebagian besar orang-orang yang mengalami diabetes akan mengalami neuropati diabetik,” kata Medical and Technical Affairs Manager Consumer Health, P&G, dr. Yoska Yasahardja.

Neuropati diabetik adalah kerusakan saraf tepi akibat penyakit diabetes. Kondisi ini menimbulkan gejala kebas, kesemutan, rasa terbakar dan rasa sakit yang tidak tertahankan. Gejalanya akan semakin parah apabila diabetes tidak dikendalikan dengan baik.

“Pada penderita diabetes, kadar gula darah dalam tubuh yang tinggi dalam kurun waktu lama akan melemahkan dinding pembuluh darah yang memberikan nutrisi ke sel saraf,” ujar dr. Yoska.

Hal itu, lanjut dr. Yoska, yang menyebabkan penderita diabetes memiliki risiko tinggi terkena kerusakan sel saraf tepi atau neuropati perifer. Jika diabetes tidak dikendalikan dan kerusakan saraf tidak segera ditangani sedini mungkin, maka akan mencapai tahap krusial sehingga kelainan saraf tersebut semakin sulit untuk sembuh.

“Di Indonesia terdapat lebih dari 10 juta kasus diabetes. Data Riskesdas 2018 menunjukan prevalensi diabetes melitus pada tahun 2018 sebesar 10,9 persen. Hal ini tentu perlu mendapatkan perhatian lebih, karena neuropati merupakan concealed disease, yang bila tidak diobati akan berkembang dan dapat memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup,” sambung dr. Yoska. 

Cegah Neuropati Diabetes 

Dalam mencegah neuropati, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah minum vitamin yang mengandung B1, B6 dan B12. Vitamin B1 dan B12 berkontribusi terhadap kesehatan saraf dengan memfasilitasi penghantaran impuls ke saraf tepi dan membantu produksi myelin, yaitu lapisan yang melindungi saraf. Sementara itu, vitamin B6 penting untuk perkembangan otak, menjaga sistem saraf dan menjaga kesehatan sistem kekebalan tubuh. 

Selain mengonsumsi vitamin, neuropati juga bisa dicegah dan dikendalikan dengan menerapkan gaya hidup sehat. Caranya, menghindari makanan yang mengandung tinggi lemak, gula dan karbohidrat agar kadar gula darah tidak makin meningkat. 

Tidak cukup dengan itu, Anda juga perlu berolahraga sebanyak lima kali dalam seminggu dengan durasi 30 menit setiap sesinya. Pastikan jenis olahraga yang dilakukan menyenangkan dan sesuai dengan kondisi tubuh Anda.

Neuropati diabetik adalah satu dari sekian komplikasi yang bisa terjadi akibat diabetes. Cegah kondisi ini dengan mengonsumsi vitamin yang tepat dan menerapkan gaya hidup sehat. Jika gejala neuropati diabetik terlanjur terjadi, jangan tunda untuk segera berobat ke dokter agar tindakan penanganan bisa segera diterapkan.

(NB/RPA)

Neuropati
liputan
Neuropati Diabetes
Saraf Tepi
Neuropati Sensorik