Diabetes insipidus termasuk gangguan kesehatan yang cukup langka. Diabetes jenis ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan cairan dalam tubuh sehingga penderitanya merasa sangat haus dan memproduksi urine dalam jumlah besar.
Meskipun sama-sama menyandang nama diabetes, perlu diketahui bahwa diabetes jenis ini tidak berhubungan dengan diabetes melitus, baik tipe 1 dan 2.
Walaupun tidak ada pengobatan diabetes insipidus yang khusus untuk menyembuhkan, perawatan yang benar dapat membantu mengontrol gejala.
Kenali Gejala Diabetes Insipidus
Ada beberapa gejala diabetes insipidus yang khas dialami penderita. Tanda yang bisa Anda perhatikan, antara lain:
- Rasa haus yang ekstrem.
- Memproduksi urine dalam jumlah besar.
- Sering terbangun dari tidur untuk buang air kecil di malam hari.
- Lebih memilih untuk konsumsi minuman dingin.
Jika sudah parah, produksi urine bisa mencapai sebanyak 20 liter (sekitar 19 liter) sehari. Padahal, seorang dewasa normal biasanya buang air kecil rata-rata 1 atau 2 liter dalam sehari.
Artikel Lainnya: Kenali Beragam Gejala Diabetes Insipidus
Selain berbagai gejala diabetes insipidus di atas, kondisi serupa pada bayi juga harus diwaspadai. Bayi atau anak kecil dengan diabetes ini kemungkinan akan menunjukkan beberapa gejala berikut:
Penyebab Diabetes Insipidus dan Klasifikasinya
Penyebab diabetes insipidus adalah kondisi tubuh yang tidak dapat menyeimbangkan kadar cairan tubuh dengan baik. Ketika sistem pengaturan cairan Anda berfungsi dengan baik, ginjal juga akan membantu menjaga keseimbangan ini.
Pada kondisi normal, ginjal membuang cairan dari proses penyaringan aliran darah Anda. Limbah cairan ini disimpan sementara di kandung kemih sebagai urine, sampai waktunya Anda buang air kecil.
Selain itu, tubuh juga dapat melakukan detoksifikasi dari kelebihan cairan melalui keringat, pernapasan, atau diare.
Sementara, hormon yang disebut antidiuretic hormone (ADH), atau vasopresin, membantu mengontrol cepat atau lambat cairan dikeluarkan dari tubuh.
ADH tersebut dibuat di bagian otak yang disebut hipotalamus dan disimpan di kelenjar hipofisis, kelenjar kecil yang ditemukan di dasar otak.
Artikel Lainnya: Penyebab Diabetes Insipidus yang Harus Anda Tahu
Jika Anda menderita diabetes insipidus, tubuh tidak dapat menyeimbangkan kadar cairan dengan baik. Penyebabnya bervariasi, tergantung pada jenis yang Anda alami.
-
Diabetes Insipidus Sentral
Kerusakan pada kelenjar hipofisis atau hipotalamus akibat pembedahan, tumor, cedera kepala, atau penyakit dapat menjadi penyebab diabetes insipidus sentral. Kondisi ini memengaruhi produksi, penyimpanan, dan pelepasan ADH.
-
Diabetes Insipidus Nefrogenik
Jenis yang satu ini terjadi ketika ada kerusakan pada tubulus ginjal beserta struktur di ginjal. Akibat kerusakan ini, air diekskresikan atau diserap kembali. Kelainan ini membuat ginjal tidak mampu merespons ADH dengan benar.
-
Diabetes Insipidus Gestasional
Diabetes insipidus gestasional jarang terjadi, tetapi dapat muncul ketika enzim yang dibuat oleh plasenta menghancurkan ADH pada ibu hamil.
-
Polydipsia Primer
Jenis yang satu ini juga dikenal sebagai diabetes insipidus dipsogenik. Kondisi ini dapat menyebabkan produksi urine dalam jumlah besar. Penyebab utamanya adalah minum terlalu banyak cairan.
Polydipsia primer dapat disebabkan oleh kerusakan mekanisme pengaturan haus pada hipotalamus di otak. Kondisi ini juga dikaitkan dengan penyakit mental, seperti skizofrenia.
Artikel Lainnya: Diabetes Melitus dan Diabetes Insipidus, Gejala Serupa Beda Obat
Terkadang, penyebab diabetes insipidus bisa saja tidak jelas. Namun, pada beberapa penderitanya, kelainan ini mungkin merupakan hasil dari reaksi autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh merusak sel-sel yang memproduksi vasopresin.
Kehilangan hormon vasopresin inilah yang memengaruhi frekuensi buang air kecil, mengontrol rasa haus, dan menjaga asupan air ke dalam tubuh.
Pengobatan Diabetes Insipidus
Pengobatan diabetes insipidus dapat dilakukan berdasarkan jenis yang dialami oleh penderita.
-
Diabetes Insipidus Sentral
Jika menderita diabetes insipidus ringan, Anda mungkin hanya perlu menambah asupan air. Jika kondisi tersebut disebabkan oleh kelainan pada kelenjar pituitari atau hipotalamus (seperti tumor), kelainan tersebut perlu ditangani terlebih dahulu.
Biasanya, jenis yang satu ini diobati dengan hormon buatan yang disebut desmopresin. Obat ini menggantikan ADH yang hilang dan mengurangi buang air kecil. Desmopresin sendiri dapat berupa semprotan hidung, berbentuk tablet oral, ataupun suntikan.
-
Diabetes Insipidus Nefrogenik
Karena ginjal tidak merespons ADH dengan baik, pemberian desmopresin pada kasus ini tidak akan membantu. Sebaliknya, pengobatan diabetes insipidus jenis ini berupa diet rendah garam.
Artikel Lainnya: Bisakah Diabetes Insipidus Dicegah?
Tujuan diberikannya resep diet tersebut adalah untuk membantu mengurangi jumlah urine yang dihasilkan ginjal Anda. Anda juga perlu minum cukup air untuk menghindari dehidrasi.
Selain itu, pemberian hydrochlorothiazide dapat memperbaiki gejala Anda. Meskipun termasuk jenis obat yang biasanya meningkatkan pengeluaran urine (diuretik), bagi beberapa penderita diabetes insipidus nefrogenik, obat ini bekerja sebaliknya.
Jika gejala Anda disebabkan oleh obat yang Anda minum, menghentikan obat-obatan ini dapat membantu mengurangi gejala. Namun, jangan berhenti minum obat apa pun tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
-
Diabetes Insipidus Gestasional
Perawatan bagi kebanyakan orang dengan diabetes insipidus gestasional adalah dengan hormon sintetis desmopresin.
-
Polidipsia Primer
Tidak ada pengobatan khusus untuk jenis ini, selain mengurangi asupan cairan. Namun, jika kondisi tersebut terkait dengan penyakit mental, pengobatan penyakit tersebut dapat meredakan gejala diabetes insipidus.
Nah, kini Anda memahami bahwa diabetes insipidus tidaklah sama dengan diabetes melitus yang lebih dikenal di masyarakat. Meski demikian, gejala diabetes insipidus harus diwaspadai agar bisa diatasi sejak dini.
Jika mengalami tanda-tanda tersebut, ada baiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter. Anda juga dapat berkonsultasi mengenai gejala yang dialami kepada dokter melalui fitur Live Chat 24 jam di aplikasi KlikDokter.
[WA]