Bersamaan dengan awal bulan puasa tahun 2018 yang telah ditetapkan oleh pemerintah, tanggal 17 Mei ini juga diperingati sebagai Hari Hipertensi Sedunia. Tema yang diangkat pada tahun ini adalah “Know Your Numbers” (Kenali Angka Tekanan darahmu).
Hipertensi bukanlah sekadar masalah darah tinggi. Faktanya, penyakit ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi penyakit lain yang membahayakan, apabila tidak dikendalikan dengan baik.
Biaya Kesehatan Tinggi
Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi penyakit tekanan darah tinggi di Indonesia adalah 25,8%, dengan Kepulauan Bangka Belitung sebagai pemegang angka tertinggi, yakni 30,9%. Berdasarkan data yang sama, hipertensi paling banyak diderita oleh kelompok usia 55–64 tahun.
Sementara itu, data dari WHO tahun 2011 mengungkapkan bahwa sebanyak 1 miliar penduduk dunia ini memiliki hipertensi. Sebesar 2/3 di antaranya berasal dari negara berkembang yang memiliki penghasilan rendah-sedang.
Prevalensi penyakit darah tinggi ini diprediksi akan terus meningkat dan mengakibatkan beban kesehatan dan ekonomi yang sangat besar. Bukan saja karena biaya pengobatan hipertensi, tetapi karena biaya pengobatan untuk komplikasi penyakit yang ditimbulkan oleh hipertensi itu sendiri.
Artikel Lainnya: 10 Negara dengan Penderita Hipertensi Paling Sedikit di Dunia
Sering Tak Disadari
Hipertensi memang umumnya tidak menimbulkan gejala yang khas. Kalaupun ada, biasanya hanya berupa sakit kepala yang dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit lainnya.
Oleh karena itu, wajar apabila Riskesdas menemukan bahwa hanya 1/3 penderita tekanan darah tinggi yang terdiagnosis, sementara 2/3 sisanya tidak terdiagnosis.
Dari 1/3 penderita hipertensi yang terdiagnosis pun, hanya 0,7% – sangat sedikit sekali – yang rutin mengonsumsi obat untuk mengendalikan tekanan darah tinggi yang dialaminya. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan dan memelihara kesehatannya.
Artikel Lainnya: 5 Cara Mudah Cegah Hipertensi di Rumah
Komplikasi berat
Hipertensi tidak dapat dipandang sebelah mata. Bagaimana tidak, penyakit tekanan darah ini diketahui dapat menimbulkan berbagai penyakit lainnya, seperti
Stroke dan penyakit jantung koroner menjadi komplikasi tersering dari penyakit darah tinggi.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya komplikasi tersebut, yakni lama seseorang menderita tekanan darah tinggi, seberapa parahkah hipertensi yang diderita, dan apakah tekanan darahnya terkontrol, baik melalui perubahan pola makan, olahraga, dan obat.
Komplikasi ke Jantung
Lalu, mengapa hipertensi bisa berujung pada penyakit jantung dan stroke? Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol lama-kelamaan akan merusak dinding pembuluh darah. Dinding pembuluh darah yang rusak tersebut dapat menyebabkan LDL (kolesterol “jahat”) lebih mudah menempel. Hal inilah yang menjadi cikal-bakal sumbatan di pembuluh darah.
Artikel Lainnya: Tekanan Darah Normal
Apabila sumbatan tersebut terjadi di pembuluh darah jantung, akan muncul penyakit jantung koroner. Jika sumbatan tersebut total, aliran oksigen dan makanan kepada otot jantung akan terputus. Hal ini kemudian menyebabkan kematian otot jantung dan serangan jantung.
Serangan jantung yang menyebabkan kematian otot jantung akan melemahkan jantung, sehingga tidak dapat memompa darah sebagaimana mestinya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya gagal jantung.
Sumbatan Pembulu Darah Berujung Stroke
Jika ada sumbatan di pembuluh darah otak, lalu akan terjadi stroke sumbatan. Namun, apabila tekanan darah terlalu tinggi hingga pembuluh darah pecah dan mengakibatkan perdarahan di otak, akan timbul stroke perdarahan.
Tak hanya itu, kerusakan organ lain juga dapat terjadi. Misalnya, jika ada kerusakan pembuluh darah di penis, imbasnya bisa disfungsi ereksi. Sementara kerusakan di pembuluh darah mata dapat mengakibatkan kebutaan.
Apabila Anda telah didiagnosis mengidap tekanan darah tinggi, jangan sepelekan hal tersebut. Dokter akan memberikan obat hipertensi bila diperlukan, tetapi perubahan gaya hidup seperti pola makan sehat dan olahraga teratur juga harus diterapkan dengan baik.
Jika Anda khawatir dan butuh bantuan, sebaiknya konsultasikan lebih lanjut kepada dokter melalui LiveChat 24 jam atau di aplikasi KlikDokter.
[RS/ RVS]