Tonometri adalah prosedur pemeriksaan untuk mengukur tekanan intraokular (TIO) alias tekanan bola mata. Prosedur ini membantu dokter mengetahui apakah Anda berisiko terjangkit glaukoma atau tidak.
Glaukoma adalah kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan pada bola mata. Kondisi ini berbahaya, karena jika tidak diobati bisa menyebabkan gangguan penglihatan permanen hingga kebutaan.
Karena itu, penting mendiagnosis glaukoma sejak dini. Salah satu caranya adalah dengan menjalani tonometri.
Mengapa Perlu Melakukan Pemeriksaan Tonometri?
Tonometri penting dilakukan karena tekanan pada bola mata sering tidak menimbulkan rasa sakit. Karenanya, perkembangan glaukoma dapat berlangsung menahun tanpa disadari.
Tekanan intraokular disebabkan adanya penumpukan cairan yang diproduksi oleh mata. Cairan ini diproduksi berkala untuk menjaga kesehatan organ penglihatan Anda.
Normalnya, cairan mata yang sudah digunakan akan dikeluarkan lewat sistem drainase mata. Jika sistem drainase rusak dan tersumbat, cairan mata akan menumpuk dan menekan bola mata.
Tekanan pada bola mata dapat meningkatkan risiko glaukoma. Karena, tekanan intraokular dapat merusak saraf optik, sehingga mengganggu penglihatan.
Sayangnya, peningkatan tekanan pada bola mata kerap sulit diketahui karena sering tidak menimbulkan rasa sakit. Akibatnya, glaukoma baru disadari umumnya ketika seseorang berusia di atas 40 tahun.
Menurut American Academy of Ophthalmology (AAO), glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan pada lansia berusia di atas 60 tahun.
Karena itu, tes pemeriksaan tonometri penting dilakukan untuk mendeteksi perubahan tekanan bola mata sejak dini. Jadi, risiko kerusakan mata dapat diminimalkan.
Artikel Lainnya: Mengenal Kondisi Glaukoma yang Bisa Sebabkan Kebutaan
Prosedur Tonometri
Pemeriksaan tonometri ada beberapa jenisnya, antara lain tonometri aplanasi Goldmann, tonometri elektronik, tonometri rebound, dan tonometri non-kontak (pneumotonometry).
Namun, jenis yang paling banyak digunakan dan dijadikan prosedur pemeriksaan standar untuk diagnosis glaukoma adalah tonometri aplanasi Goldmann.
Tonometri aplanasi Goldmann dianggap paling akurat dalam mengukur tekanan bola mata, dibandingkan jenis lainnya.
Prosedur pemeriksaan tekanan bola mata secara umum menggunakan tonometri aplanasi Goldmann, yaitu:
1. Persiapan
Sebelum menjalani tonometri, berterus teranglah kepada dokter mengenai riwayat kesehatan Anda. Beritahu dokter jika punya riwayat infeksi mata, ulkus kornea, ataupun keturunan pengidap glaukoma. Anda juga harus menginformasikan obat-obatan yang sering digunakan.
Jika Anda menggunakan lensa kontak, dokter akan melepasnya. Pasalnya, prosedur tonometri menggunakan zat pewarna yang dapat menodai lensa kontak secara permanen.
Disampaikan dr. Adeline Jaclyn, persiapan tonometri selanjutnya adalah meneteskan obat mata khusus yang bertujuan membuat mata Anda menjadi mati rasa (baal). Dengan begitu, Anda tidak akan merasakan nyeri selama pemeriksaan.
Setelah mata dalam kondisi mati rasa, kertas tipis dengan kandungan zat warna oranye disentuhkan pada permukaan mata. Tujuannya, untuk meningkatkan akurasi tes.
2. Pemeriksaan Tekanan Bola Mata
Dokter memulai tes tonometri dengan menempatkan dahi dan dagu Anda pada bagian penyangga alat bernama slit lamp. Lalu, lampu akan disorotkan ke mata, hingga bagian ujung probe aplanasi Goldmann menyentuh kornea mata.
Bagian ujung probe Goldmann yang datar digunakan dokter untuk menekan lembut permukaan kornea mata. Bola mata ditekan bertahap, hingga alat pengukur tekanan bola mata, yaitu tonometer, mendeteksi perubahan tekanan intraokular dengan tepat.
Jangan khawatir, Anda tidak akan merasakan sakit sama sekali ketika mata ditekan karena dalam kondisi mati rasa.
Artikel Lainnya: Hati-hati, Sering Pakai Softlens Berisiko Kena Glaukoma!
3. Setelah Prosedur
Tekanan bola mata diukur dalam satuan milimeter per satuan raksa (mmHg). Tekanan intraokular normal berkisar 12-22 mmHg.
Sebagian besar kasus glaukoma terjadi ketika tekanan bola mata melebihi 20 mmHg. Meski begitu, terdapat beragam hasil pemeriksaan tekanan bola mata yang didiagnosis dokter sebagai glaukoma.
Beberapa orang yang mengalami glaukoma memiliki tekanan bola mata normal berkisar 12-22 mm Hg.
Beragamnya hasil pengukuran tekanan bola mata disebabkan oleh sejumlah faktor. Berdasarkan BrightFocus Foundation, AS, salah satu faktor yang memengaruhi hasil tonometri adalah ketebalan kornea.
Kornea tebal dapat menyebabkan peningkatan tekanan mata pada pasien yang normal. Sedangkan, kornea yang tipis dapat mengurangi tekanan mata.
Karena itu, peningkatan tekanan bola mata hanyalah salah satu gejala glaukoma. Dokter membutuhkan tes pemeriksaan mata tambahan untuk memastikan diagnosis glaukoma.
Itu dia rangkaian prosedur tonometri untuk diagnosis glaukoma. Menurut AAO, pemeriksaan tekanan bola mata sangat penting, terutama bagi Anda yang berisiko tinggi terkena glaukoma.
Faktor risiko yang dimaksud antara lain berusia di atas 40 tahun, keturunan orang kulit hitam, Asia, ataupun hispanik; mengidap diabetes, tekanan darah tinggi; menderita rabun jauh maupun dekat, serta punya riwayat keturunan pengidap glaukoma.
Jika Anda termasuk individu yang berisiko terjangkit glaukoma, jangan takut berkonsultasi ke dokter dan lakukan pemeriksaan tonometry, ya.
Konsultasi dengan dokter mata bisa lebih praktis lewat layanan LiveChat di aplikasi KlikDokter!
(FR/JKT)
Referensi:
Healthline. Diakses 2022. Tonometry.
BrightFocus Foundation. Diakses 2022. How is Eye Pressure Measured?
Glaucoma Research Foundation. Diakses 2022. Five Common Glaucoma Tests.
Glaucoma Research Foundation. Diakses 2022. What is Glaucoma?
Ditinjau oleh dr. Adeline Jaclyn