Usus buntu, atau apendiks, terletak di persimpangan usus kecil dan usus besar. Organ ini adalah saluran tipis dengan panjang sekitar 4 inci dan berada di perut kanan bawah.
Fungsi usus buntu tidak diketahui secara spesifik. Namun, salah satu teori menyatakan bahwa bagian tubuh ini bertindak sebagai gudang bakteri baik yang akan bekerja memperbaiki sistem pencernaan setelah terserang penyakit.
Terlepas dari hal itu, tidak sedikit orang yang masih terkecoh dengan mitos usus buntu. Apakah Anda salah satunya? Awas, jangan sampai terjebak informasi palsu!
Sebelum terjadi kesalahan fatal, lebih baik kenali fakta di balik mitos usus buntu di bawah ini.
Artikel Lainnya: Kenali Gejala Radang Usus Buntu Sebelum Terlambat!
1. Mitos: Usus Buntu Tidak Ada Gunanya
Faktanya, usus buntu merupakan struktur dalam usus manusia dengan panjang kurang lebih 10 sentimeter dan berbentuk seperti cacing.
Awalnya, usus buntu dianggap tidak memiliki fungsi apa pun sehingga operasi pengangkatannya tidak akan memberikan dampak berarti pada tubuh manusia.
Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran, banyak studi membuktikan bahwa organ kecil ini ternyata berperan membentengi tubuh dari serangan penyakit.
Oleh karena itu, operasi pengangkatan usus buntu harus penuh dengan pertimbangan agar manfaat yang diraih lebih besar daripada potensi kerugian.
2. Mitos: Makan Biji Cabai atau Jambu Menyebabkan Radang Usus Buntu
Faktanya, radang usus buntu dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama, infeksi yang membuat usus buntu membesar, rapuh, dan terasa sangat nyeri. Kedua, sumbatan usus akibat gumpalan tinja, cacing, atau tumor.
Biji cabai atau jambu ukurannya terlalu kecil untuk dapat menyumbat usus buntu. Artinya, kecil kemungkinannya bagi biji cabai atau jambu untuk menjadi penyebab radang usus buntu. Karena itu, mitos usus buntu yang satu ini tidak perlu Anda percaya lagi.
Artikel Lainnya: Benarkah Sering Makan Pedas Bisa Sebabkan Usus Buntu?
3. Mitos: Radang Usus Buntu Dapat Sembuh dengan Sendirinya
Faktanya, keluhan nyeri yang dirasakan saat radang usus buntu memang terkadang dapat reda dengan sendirinya. Meski begitu, peradangan tersebut tidak akan sembuh dengan sendirinya.
Umumnya diperlukan pengobatan khusus, seperti pemberian antibiotik dan antiradang untuk membantu mengatasi penyakit radang usus buntu. Bahkan, pada sebagian besar kasus kondisi tersebut memerlukan operasi darurat.
Nyatanya, dinding usus buntu yang meradang sangatlah rapuh dan berisiko pecah kapan saja. Apabila pecah, penderita akan merasakan nyeri yang teramat sangat dan perdarahan. Selain itu, nyawa penderita juga bisa terancam.
4. Mitos: Setiap Nyeri Perut Pasti Disebabkan oleh Usus Buntu
Faktanya, nyeri akibat radang usus buntu memiliki tanda yang khas. Awalnya, nyeri dirasakan di ulu hati, disertai rasa begah, perut kembung, atau mual muntah. Nyeri ini kemudian berpindah ke perut kanan bawah dan terasa sangat menusuk.
Gejala lain yang umumnya mengiringi adalah demam, rasa kurang nyaman pada tubuh, dan penurunan nafsu makan.
Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik dan penunjang lain untuk memastikan diagnosis radang usus buntu.
5. Mitos: Pengangkatan Usus Buntu Hanya untuk Mengatasi Apendisitis
Faktanya, operasi pengangkatan usus buntu untuk asus apendisitis hanya akan dipertimbangkan apabila penyakit tidak membaik dengan obat-obatan.
Penelitian dari Universitas Harvard menunjukkan bahwa pasien yang harus dioperasi lantaran mengalami radang usus buntu akibat apendisitis memiliki kemungkinan lebih rendah untuk terserang penyakit kolitis ulseratif. Hal ini khususnya jika usus buntu diangkat sebelum usia 20 tahun.
Artikel Lainnya: Pantangan Makanan Usus Buntu Setelah Tindakan Operasi
6. Mitos: Penyakit Usus Buntu Tak Dapat Dicegah
Faktanya, risiko penyakit usus buntu dapat dicegah. Bahkan, komplikasi yang serius dari kondisi tersebut juga bisa dihindari.
Menurut University of Maryland Medical Center, mengonsumsi buah dan sayuran yang dikombinasikan dengan makanan kaya serat lain dapat membantu mencegah peradangan usus buntu.
7. Mitos: Radang Usus Buntu Disembuhkan Dengan Operasi
Faktanya, pengobatan awal untuk radang usus buntu adalah pemberian obat antibiotik dan antiradang. Apabila penyakit bisa sembuh dengan obat tersebut, tindakan operasi tidaklah diperlukan.
Sebaliknya, apabila penyakit tidak kunjung membaik dengan obat-obatan, dokter baru akan mempertimbangkan untuk melakukan operasi pengangkatan usus buntu.
8. Mitos: Mi Instan Menyebabkan Usus Buntu
Faktanya, konsumsi mi instan tidak serta-merta menyebabkan radang usus buntu.
Meski begitu, konsumsi mi instan secara berlebihan dapat memicu peningkatan berat badan dan tidak tercukupinya kebutuhan gizi tubuh.
Artikel Lainnya: Bolehkah Olahraga di Gym Pasca Operasi Usus Buntu?
9. Mitos: Operasi Usus Buntu Menyebabkan Bekas Sayatan
Faktanya, dengan kemajuan teknologi, kini terdapat teknik operasi dengan ukuran sayatan yang cukup kecil.
Dengan demikian, bekas luka pada tubuh penderita tidak tampak terlalu lebar dan mengganggu penampilan.
10. Mitos: Melompat Setelah Makan Menyebabkan Radang Usus Buntu
Faktanya, tidak ada hubungannya antara melompat dengan radang usus buntu.
Namun, memang, alangkah baiknya Anda tidak melompat atau berolahraga berat sehabis mengonsumsi makanan. Sebab, hal tersebut bisa membuat perut mengalami kram.
11. Mitos: Usus Buntu Bukan Penyakit Serius
Faktanya, usus buntu yang tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan peradangan dan infeksi berat pada rongga perut.
Selain itu, radang usus buntu yang tidak ditangani dengan baik juga bisa menyebabkan iritasi dinding perut, dan mencetuskan penyakit infeksi yang mengancam nyawa penderita.
Artikel Lainnya: Inilah 5 Penyebab Radang Usus Buntu
12. Mitos: Usus Buntu Bisa Terjadi 2 Kali
Faktanya, hanya terdapat 1 organ usus buntu di dalam tubuh manusia.
Artinya, Anda tidak akan mengalami penyakit usus buntu apabila sebelumnya telah menjalani operasi pengangkatan organ tersebut.
Sebaliknya, selama usus buntu masih belum diangkat, peradangan di bagian tersebut masih mungkin terjadi.
13. Mitos: Usus Buntu Hanya Terjadi pada Orang Dewasa
Faktanya, peradangan usus buntu dapat terjadi pada anak hingga lansia. Dengan kata lain, penyakit tersebut tak hanya mengincar orang dewasa saja.
Meski begitu, penyakit usus buntu memang paling sering ditemukan pada orang-orang di rentang usia 10‒30 tahun.
Setelah mengetahui fakta usus buntu di atas, diharapkan Anda tidak lagi terkecoh dengan mitos usus buntu yang menyesatkan.
Diharapkan pula Anda bisa lebih peduli terhadap kesehatan organ usus buntu, yaitu dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, berolahraga rutin, cukup istirahat, dan minum air putih 1,5‒2 liter per hari.
Butuh bantuan atau punya pertanyaan seputar usus buntu dan kondisi kesehatan lainnya? Tak perlu ragu untuk menggunakan layanan tanya dokter di LiveChat 24 jam atau aplikasi KlikDokter.
(NB/JKT)