Menjalin sebuah hubungan dengan pasangan seharusnya membuat Anda menjadi lebih bahagia dan merasa dicintai. Hubungan antara dua manusia yang baik seharusnya saling mendukung, serta menunjukkan empati dan kasih sayang.
Namun, jika selalu merasa tidak dicintai ataupun tertekan menjalin hubungan dengan pasangan, maka mungkin Anda sedang menjalani hubungan toxic. Berikut ini penyebab dan cara menghindari hubungan beracun dari kacamata psikolog.
Artikel lainnya: Kenali Tanda-Tanda Toxic Relationship
Pemicu Seseorang Selalu Terjebak dalam Toxic Relationship
Melansir Psychology Today, istilah toxic relationship pertama kali digunakan Lillian Glass dalam bukunya tahun 1995 yaitu “Toxic People”.
Dalam bukunya, digambarkan bahwa toxic relationship adalah hubungan yang dibangun di atas konflik, persaingan, dan kebutuhan satu orang untuk mengontrol yang lain.
Hubungan toksik dianggap sebagai hubungan yang tidak sehat. Jalinan asmara ini sering dianggap beracun karena sebenarnya tidak dibangun dengan perasaan tulus. Terkadang, hal ini juga dapat berbahaya secara fisik bagi pasangan yang menjadi korban.
Banyak orang sulit keluar dari hubungan toxic atau kembali terjebak dalam keadaan tersebut selanjutnya. Menurut Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, kejadian seperti itu sebenarnya disebabkan oleh beberapa faktor.
“Salah satunya karena karakter. Ada orang yang dari kecil atau dari dulu sering berada dalam lingkungan yang toxic, misalnya lingkungan keluarga dan pertemanan, dan mereka menghayati bahwa hubungan normal itu ya seperti itu. Jadi, mereka seakan memaklumi lingkungan yang toxic,” jelas Gracia.
Orang yang menjalani hubungan tidak sehat sering kali menyadari ia merasa dikekang atau tidak menjadi dirinya sendiri. Namun, seolah-olah ia menolak perasaan itu.
Akhirnya, orang tersebut mengabaikan perilaku-perilaku pasangan yang tidak baik terhadapnya. Keadaan ini bisa terus terjadi sampai ia benar-benar mulai mengalami depresi dan menyadari ada yang salah dengan hubungan yang dijalaninya.
Menurut Gracia, memang sangat sulit untuk memutuskan hubungan yang sudah memiliki ikatan terlalu dalam atau telah berjalan bertahun-tahun. Itu semua akan membebani orang tersebut untuk lepas dari hubungan meskipun ia mengetahui relasi tersebut tidaklah sehat.
"Sering kali pikirannya juga menjadi tidak rasional dalam menilai suatu hubungan yang baik atau tidak untuk dirinya. Jadi, orang lain mau berkata apa, responsnya menjadi defensif atau tidak bisa menerima kenyataan tersebut," ucap Gracia.
Artikel lainnya: Ciri-Ciri Orang yang Terjebak dalam Toxic Productivity
Dampak Hubungan Toxic bagi Mental
Menurut Psikolog Gracia, menjalani hubungan toksik sering kali berdampak pada salah satu pihak. Dampaknya juga dapat berbeda-beda pada setiap orang. Berikut ini beberapa dampak toxic relationship:
-
Menurunkan Kepercayaan Diri
Terlalu sering berada di lingkungan toxic akan mengurangi rasa percaya diri dan memunculkan kecemasan.
Perasaan tersebut akan semakin mempersulit seseorang untuk keluar dari hubungan toxic. Karena, saat lepas dari hubungan itu, ia akan menjadi semakin cemas.
“Mereka akan berpikir tidak ada yang mau menerima dirinya selain orang itu. Kemudian, memikirkan bagaimana jika ia hidup tanpa orang tersebut. Padahal, bentuk kasih sayang yang diberikan oleh orang itu bukanlah bentuk kasih sayang,” jelas Gracia.
Artikel lainnya: Toxic Friend, Apa Cirinya?
-
Membatasi Diri untuk Berkembang
Terjebak dalam hubungan tidak sehat juga kerap menyebabkan salah satu pihak sulit berkembang. Ingat, bentuk kasih sayang yang baik itu selalu membuat Anda nyaman, aman, dan mendukung untuk berkembang, bukan malah membatasi satu sama lain.
-
Takut Menjalin Hubungan dengan Orang Baru
Orang yang pernah terjebak dalam toxic relationship mungkin akan memiliki kesulitan untuk menjalin hubungan baru dengan orang lain.
Dijelaskan oleh Gracia, menjalin hubungan tidak sehat dalam waktu lama atau singkat sama-sama dapat menimbulkan trauma pada orang yang menjalaninya.
Artikel lainnya: 4 Tipe Teman Toksik yang Sebaiknya Dihindari
Sering Terjebak dalam Toxic Relationship, Perlukah ke Psikolog?
Menurut Gracia, meminta bantuan atau melakukan konseling ke psikolog tidak bisa digeneralisasi sebagai suatu keharusan.
Semua itu tergantung dari kebutuhan individu masing-masing. Tapi, tidak ada salahnya melakukan konseling atau konsultasi hubungan asmara dengan psikolog bila memang dirasa perlu.
“Untuk ke psikolog, sebenarnya tidak bisa digeneralisir langsung. Tetapi, harus dilihat terlebih dahulu dampak dari toxic relationship terhadap orang tersebut seperti apa. Mesti dilihat juga berdasarkan intensitas dan frekuensinya seberapa mengganggu,” ucap Gracia.
Terapi yang akan diberikan oleh psikolog biasanya akan berdasarkan karakter orang tersebut. Psikolog juga akan melihat pola kebutuhan dan karakter seseorang yang menyebabkan dirinya selalu terjebak dalam hubungan toxic.
“Misalnya, kalau mau dikasih CBT (cognitive behavioral therapy), mesti dilihat dulu seberapa kondisi orang ini bisa diajak untuk berpikir, menganalisa untuk menelaah pandangan kognitif dia yang selama ini menghambat dirinya untuk keluar dari hubungan toxic,” ucap Gracia.
Artikel lainnya: Kalimat-kalimat Toxic yang Mampu Menjatuhkan Mental Anak
Tips Keluar dari Hubungan Toxic
Masih dari Psychology Today, berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk keluar dari toxic relationship:
- Lebih menghargai diri sendiri. Cobalah mencari waktu untuk merawat dan memerhatikan diri demi memulihkan dan menyeimbangkan kembali prioritas Anda.
- Membangun hubungan kembali dengan teman dan keluarga yang mencintai serta peduli dengan Anda. Cara ini dapat membantu menyelaraskan penyembuhan emosional lewat hubungan positif dengan orang-orang yang menyayangi Anda.
- Terapi dan konseling dapat dipertimbangkan untuk memahami bahwa Anda berharga dan tidak layak diperlakukan buruk. Terapi juga membantu membangun kepercayaan diri dan harga diri untuk mempersiapkan hubungan yang sehat.
- Membangun self-concept supaya tidak menggantungkan diri pada pasangan dan menjadi kuat sebagai individu.
Kalau Anda merasa menjalani hubungan toxic dan sulit keluar, tidak ada salahnya meminta bantuan dari profesional seperti psikolog. Berkonsultasi ke psikolog bisa lebih mudah melalui Live Chat di Klikdokter.
(FR/JKT)