Gangguan jiwa bisa disembuhkan. Bahkan, sebagian dari pengidapnya yang sudah sembuh dapat kembali menjalani aktivitas seperti biasa. Untuk dapat sembuh, mereka perlu menjalani pengobatan dengan rutin dan hingga tuntas.
Dalam proses penyembuhannya ini, orang dengan gangguan jiwa atau lebih dikenal dengan sebutan ODGJ, membutuhkan support system, salah satunya dari keluarga. Yuk, pahami pentingnya peran dan dukungan keluarga terhadap penyembuhan ODGJ berikut ini!
Pemahaman ODGJ dan Stigma yang Berkembang di Masyarakat
Masalah kesehatan jiwa memang tidak selalu berkaitan dengan gangguan jiwa. Kesehatan jiwa meliputi aspek yang lebih luas, bahkan hampir di seluruh sendi kehidupan manusia. Sayangnya, stigma terhadap kondisi kesehatan jiwa dan gangguan yang terkait di dalamnya juga sangat kuat.
Kesalahpahaman yang paling umum belakangan ini yang terjadi adalah penggunaan istilah ODGJ, yang menjadi lebih sempit dan mengarah kepada gangguan jiwa berat. Orang awam lebih mengarahkan istilah ODGJ sebagai gangguan skizofrenia yang dikenal masyarakat sebagai gila. Padahal, penggunaan istilah ini tidak tepat.
Istilah ODGJ yang tepat terdapat dalam Undang-Undang nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Jadi, yang termasuk gangguan jiwa di dalam pedoman diagnosis yang biasa digunakan (PPDGJ 3, ICD 10, DSM 5) adalah ODGJ.
Artikel Lainnya: Jenis-jenis Gangguan Jiwa yang Perlu Anda Ketahui
Gangguan jiwa bisa termanifestasi dalam berbagai jenis gangguan psikotik termasuk skizofrenia, berbagai jenis gangguan kecemasan, gangguan suasana hati seperti depresi dan gangguan bipolar, berbagai gangguan kepribadian, dan lebih dari 150 diagnosis gangguan jiwa lainnya. Tidak hanya terbatas pada skizofrenia atau gangguan jiwa berat saja.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sejak dua puluh tahun lalu telah memprediksi, pada 2020 depresi akan menempati urutan kedua beban global di bawah penyakit gangguan jantung dan pembuluh darah. Sayangnya, mungkin perhatian kita lebih banyak teralihkan karena pandemi COVID-19 di awal 2020.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukan prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia mencapai angka 9,8 persen. Prevalensi tertinggi ada di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 19,8 persen dan terendah di Provinsi Jambi yaitu 3.6 persen.
Depresi menjadi salah penyakit mental yang perlu mendapat perhatian. Prevalensinya di Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun 2018 pada individu di atas usia dan sama dengan 15 tahun sekitar 6,1 persen.
Dari jumlah tersebut hanya 9 persen yang mendapatkan pertolongan medis. Salah satu masalah yang terkait dengan hal ini adalah dukungan keluarga yang kurang pada pasien gangguan jiwa.
Artikel Lainnya: Awas, Gejala Gangguan Mental Ini Bisa Saja Kamu Alami
Peran dan Dukungan Keluarga terhadap Kesembuhan ODGJ
Saya telah melakukan praktik psikiatri selama lebih dari 14 tahun. Selama menjadi dokter spesialis kedokteran jiwa, saya menyadari bahwa kesembuhan pasien berhubungan erat dengan dukungan keluarga. Terutama pada kasus-kasus yang membutuhkan dukungan yang lebih dominan, seperti skizofrenia.
Pasien skizofrenia harus minum obat yang sudah diresepkan dokter. Jika pasien melewatkan dosis atau berhenti minum obat di tengah pengobatan, gejala bisa kembali kambuh. Bahkan, bisa jadi lebih parah. Itulah sebabnya, ada peran keluarga berupa pengawasan terhadap ODGJ agar patuh minum obat.
Berikut rangkuman berdasarkan literatur dan pengalaman saya, yang bisa menjadi panduan keluarga untuk menjalankan peran sebagai pendukung terhadap kesembuhan ODGJ:
1. Penerimaan
Dukungan keluarga yang paling pertama bisa dilakukan adalah dengan menerima bahwa anggota keluarganya mengalami gangguan kejiwaan.
Keluarga perlu memahami bahwa gangguan jiwa adalah gangguan medis yang bisa sembuh dengan terapi yang terkontrol.
Sering kali pada beberapa kasus, pasien dengan gangguan jiwa yang umum terjadi seperti skizofrenia, depresi dan gangguan kecemasan, terlambat untuk mendapatkan pengobatan. Alasannya, karena keluarga enggan mengakui bahwa ada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa.
Padahal pengobatan yang tepat dan segera di awal episode gangguan jiwa tersebut sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan terapi.
Artikel Lainnya: 7 Terapi Psikologis yang Dapat Meningkatkan Kesehatan Mental Anda
2. Meningkatkan Wawasan Diri Mengenai Gangguan Kejiwaan
Kemudian, dukungan keluarga terhadap ODGJ juga bisa dilakukan dengan meningkatkan wawasan diri terhadap penyakit mental yang dimiliki pasien. Pengetahuan yang baik terkait diagnosis dan terapi akan membuat keluarga lebih mudah memahami proses terapi yang kadang berjangka panjang.
Proses komunikasi, informasi, dan edukasi saat kontrol ke dokter digunakan juga sebagai sarana memberikan pemahaman lebih baik kepada anggota keluarga.
Gunakan sumber informasi yang tepercaya, jika ragu tanyakan ke dokter yang merawat pasien, jangan kepada orang yang tidak tepat. Pemahaman yang baik akan membantu dalam mendorong pasien untuk bisa lebih patuh terhadap pengobatannya.
3. Dukung Pasien dalam Berkegiatan
Beberapa kondisi gangguan kejiwaan memerlukan proses rehabilitasi yang panjang. Seringkali keterlibatan keluarga di rumah pada proses ini sangat besar. Salah satunya, membantu pasien melakukan hal produktif atau kegiatan yang bisa dikerjakan bersama.
Tantangan yang kadang dihadapi pada pasien-pasien tertentu, di antaranya keengganan bergerak atau retardasi motorik. Perlu kamu ketahui bahwa retardasi motorik merupakan salah satu gejala yang tidak hanya bisa diatasi dengan obat, tetapi juga harus dengan kegiatan yang mendukung.
Artikel Lainnya: Ini yang Terjadi Jika Orang Gangguan Jiwa (ODGJ) Berhenti Minum Obat
Kerja Sama Dokter, Pasien ODGJ, dan Keluarga
Gangguan jiwa memang tidak selalu mudah dipahami. Stigma yang melekat di masyarakat pada gangguan jiwa sering kali menghambat proses terapi penyembuhan itu sendiri.
Inilah mengapa tidak hanya pasien yang berperan dalam proses terapi. Ada peran serta dari keluarga dan orang terdekat terhadap kesembuhan ODGJ. Kehadiran keluarga yang mendukung akan membuat proses terapi menjadi lebih baik dan angka kekambuhan menjadi semakin kecil.
Dokter yang merawat pasien juga harus punya keinginan kuat untuk melibatkan keluarga dalam proses terapi. Pemberian informasi yang tepat dan bisa diterima oleh telinga awam akan sangat baik untuk mempermudah pasien dan keluarga mengenali gangguan kejiwaan yang diidap.
Artikel Lainnya: Fakta di Balik Mitos Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa bisa dialami oleh siapa saja, termasuk orang-orang yang kamu sayangi. Penerimaan yang baik disertai kemampuan memahami masalah gangguan jiwa yang dimiliki oleh keluarganya adalah modal dasar untuk hasil terapi yang lebih baik.
Jika kamu punya pertanyaan seputar gangguan kejiwaan, kamu bisa bertanya lebih lanjut ke psikolog maupun dokter spesialis kejiwaan. Supaya lebih mudah, download aplikasi KlikDokter dan gunakan fitur Tanya Dokter.
Yuk #JagaSehatmu baik fisik maupun mental dengan mengikuti berbagai tips penerapan gaya hidup sehat di aplikasi KlikDokter!
(APR/JKT)