Patah hati merupakan sebuah masalah yang mungkin pernah dialami setiap orang. Saat mengalami kondisi ini, suasana hati dan kondisi fisik bisa berubah secara drastis. Bahkan, menurut beberapa orang, patah hati juga bisa memicu terjadinya kanker.
Ditinjau secara logika, patah hati dan penyakit kanker adalah dua hal yang sangat berjauhan. Sayangnya, medis tidak setuju dengan hal itu dan menganggap bahwa patah hati dan kanker adalah dua hal yang mungkin saja memiliki hubungan.
“Ada penelitian yang menyebut bahwa patah hati bisa picu kanker dan temuan ini masuk akal. Karena patah hati itu sebenarnya bagian dari stres, yang bisa menyebabkan berbagai perubahan pada tubuh,” kata dr. Dejandra Rasnaya dari KlikDokter.
“Saat stres, ada hormon yang keluar dan seluruh tubuh pasti ikut terpengaruh. Baik itu dari asam lambungnya yang naik, bisa darah tinggi atau hipertensi, kolesterol dan gula darah juga bisa melonjak. Itu semua terjadi karena tubuh memproduksi hormon stres dalam jumlah tinggi,” dr. Dery melanjutkan penjelasan.
Terkait itu, American Heart Association mengatakan bahwa stres berkepanjangan akibat patah hati alias broken heart syndrome dapat memicu pengeluaran hormon kortisol dan adrenalin. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah, yang lama-kelamaan mengancam kesehatan jantung.
Tak berhenti di situ, stres emosional yang terjadi secara kronis akibat patah hati juga dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan timbulnya peradangan maupun penyakit. Kondisi ini disebut sebagai sindrom patah hati.
Sekilas tentang sindrom patah hati
Sindrom patah hati atau broken heart syndrome (Takotsubo cardiomyopathy) adalah suatu gangguan pada jantung yang bersifat sementara. Kondisi ini biasanya muncul ketika seseorang mengalami stres akibat kehilangan seseorang yang dicintainya.
Berdasarkan sebuah penelitian yang di terbitkan dalam jurnal JAMA Internal Medicine, risiko penyakit jantung atau stroke meningkat hingga 3 kali lipat pada 3 bulan pertama setelah kematian orang yang disayangi. Parahnya, peningkatan risiko penyakit mematikan tersebut juga berlaku untuk mereka yang sempat mengalami penolakan cinta, bercerai atau masalah percintaan lainnya.
Berdasarkan penjelasan dr. Nadia Octavia dari KlikDokter, sindrom patah hati terjadi saat otot jantung yang "sakit" tidak dapat memompa darah secara normal ke seluruh tubuh. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan hilangnya nyawa penderita.
Patah hati yang tidak pasti
Patah hati memang bisa memberikan berbagai kerugian bagi tubuh. Meski begitu, orang-orang yang mengalami patah hati belum tentu akan terkena kanker di kemudian hari. Ini karena kanker tidak disebabkan oleh faktor tunggal.
“Orang yang patah hati tak serta-merta mengalami kanker. Ini karena kanker tidak hanya dipengaruhi satu kondisi, melainkan banyak faktor lain. Misalnya, gaya hidup tidak sehat, kebiasaan merokok, minum alkohol, makan gorengan, tidak olahraga, bahkan faktor keturunan juga,” pungkas dr. Dery.
Patah hati memang tidak menyebabkan kanker secara langsung. Akan tetapi, kondisi tersebut tetap harus segera diatasi agar tidak terjadi berkepanjangan. Oleh karena itu, jika Anda sedang merasakan kesedihan akibat ditinggal orang terkasih, berusahalah untuk segera terbebas dari kondisi tersebut. Anda bisa membagi beban dengan bercerita pada orang yang dipercaya, melakukan hobi dan hal-hal yang disenangi, atau meminta bantuan pada psikolog maupun pskiater.
(NB/ RVS)