Pernah dengar soal open relationship sebelumnya? Mungkin di Indonesia, tipe hubungan ini belum sepopuler di negara lain, ya.
Mungkin juga, sebenarnya sudah dilakukan oleh sebagian orang, tetapi mereka enggan mengakuinya. Open relationship biasanya cocok untuk orang yang tidak mengamini 100 persen konsep monogami.
Apa Itu Open Relationship?
Ada kata open di situ, yang mana maknanya adalah ‘terbuka’. Pasangan yang menjalani hubungan jenis ini harus saling terbuka, khususnya dengan siapa saja mereka berhubungan seksual, liburan, nge-date, atau tinggal sementara, di luar dengan pasangannya yang pertama.
Jika salah satunya tidak terbuka, maka itu tidak bisa disebut sebagai open relationship. Hubungan yang satu ini sebenarnya berada di tengah-tengah antara swinging (berhubungan seks hanya untuk mencari kesenangan) dan poliamori (punya pasangan lain, tetapi benar-benar memakai perasaan sayang).
Pelaku open relationship tetap memakai perasaan untuk berhubungan intim, tapi biasanya hanya sekadar suka (bukan sampai sayang).
Intinya, di antara pasangan pertamanya dan orang lain yang “dikencaninya” juga harus sama-sama tahu. Kembali lagi ke titel hubungan ini, yaitu open alias terbuka dan tak boleh merasa keberatan bagi yang menjalaninya.
Artikel Lainnya: Doyan Jadi Jomlo, Bisa Jadi Anda Punya Kondisi Aromantis, Apa Itu?
Mengapa Ada yang Mau Menjalin Open Relationship?
Tidak mudah memang memahami situasi dan pola pikir orang yang menjalani hubungan terbuka ini.
Namun, kepercayaan antar pasangan yang menjalin open relationship itu cukup kuat. Mereka tetap berkomitmen dengan pasangan pertamanya dan hubungannya tetap baik-baik saja.
Kendati begitu, ada beberapa kebutuhan alamiah yang terkadang tidak bisa dipenuhi oleh pasangan mereka.
Karena itulah, mereka mencari orang lain yang dapat membantu memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi atas sepengetahuan si pasangan supaya tidak ada tuduhan selingkuh diam-diam.
“Kok, bisa ada yang ngebolehin?” Mungkin pertanyaan itu langsung muncul di benak Anda.
Ya, orang yang mengizinkan biasanya sudah memiliki rasa percaya yang sangat besar kepada pasangannya.
Mereka tahu soal aturan open relationship dan berpendapat bahwa sejauh apa pun pasangan mereka berpetualang, pada akhirnya mereka akan kembali lagi dengannya. Jadi, mereka memperbolehkan.
Sebagai informasi, hubungan terbuka ini bersifat dua arah. Dua belah pihak boleh mencari kesenangan bersama dengan orang lain. Akan tetapi, tanpa membuat komitmen baru dan tidak meninggalkan orang lama demi orang yang baru hadir.
Artikel Lainnya: Pacaran Putus-Nyambung, Berefek pada Kesehatan Mental?
Adakah Manfaat dan Kerugian dari Open Relationship?
Menanggapi soal open relationship, begini tanggapan Zarra Dwi Monica, M.Psi., Psikolog.
Menurutnya, hubungan ini akan memberi manfaat apabila keduanya benar-benar saling menerima. Jika salah satunya keberatan, maka tak akan ada benefit-nya.
“Ini sangat bergantung dengan orang yang menjalaninya. Kalau sama-sama siap, nggak jadi masalah. Tapi yang pasti, harus ada persetujuan dari kedua belah pihak dan perhatikan juga batasannya. Jangan sampai nanti sudah sama-sama setuju, kemudian timbul masalah, terutama karena cemburu,” jelas Zarra.
Sementara itu, Ikhsan Bella Persada, M.Psi, Psikolog mengatakan, manfaat yang diterima pelaku open relationship adalah kebutuhan mereka hampir dapat dipenuhi semuanya. Baik dari segi seksualitas, kasih sayang, maupun finansial.
Karena seperti yang sempat disinggung di atas, tujuan mereka melakukan hubungan ini memang untuk memenuhi kebutuhan yang tak bisa dipenuhi oleh pasangan pertamanya.
Sedangkan dilansir dari laman Psychology Today, mereka yang menjalani hubungan jenis ini biasanya merasa lebih “hidup”.
Artikel Lainnya: Perlukah Kembali Berteman dengan Mantan?
Lantas, apakah tak ada kerugiannya sama sekali? Tentu saja ada. Lagi pula, tidak semua orang cocok dan siap melakukan hubungan terbuka.
Jika orang itu melakukannya dengan orang yang berpegang teguh pada prinsip monogami, itu justru membuatnya tertekan (stres) dan menyakiti perasaan pasangannya.
Pelaku open relationship kerap dicap sebagai player. Masyarakat bisa melabelinya sebagai “orang nggak bener” dan berisiko untuk dijauhi karena dianggap dapat membawa pengaruh buruk. Omongan negatif orang-orang sekitar juga bisa sampai menghiasi media sosial mereka.
Pada orang yang belum siap dan tidak bisa mengontrol perasaan, open relationship bisa membuat pikiran serta hati menjadi kacau.
Jadi, pastikan dulu bahwa Anda dan pasangan adalah orang yang cocok dengan tipe hubungan terbuka ini sebelum benar-benar melakukannya.
Apabila masih punya pertanyaan lain seputar hubungan, kondisi psikis, ataupun penyakit medis lainnya, yuk, langsung saja konsultasikan hal tersebut pada dokter dan psikolog kami. Caranya, pakai fitur LiveChat yang tersedia di aplikasi KlikDokter.
(OVI/AYU)