Relationship

Menghadapi Calon Suami yang 'Anak Mami'

Artikel ini membahas cara menghadapi situasi di mana anak laki-laki yang sudah menikah masih terlalu terikat pada ibunya, dengan tujuan meningkatkan hubungan yang sehat antara suami, istri, dan ibu.

Menghadapi Calon Suami yang 'Anak Mami'

Pernikahan adalah komitmen yang membawa banyak perubahan, tidak hanya bagi pasangan yang menikah, namun juga keluarga. Penyesuaian diri ini dapat memicu stres dan konflik jika tidak disikapi dengan dewasa.

Salah satu perubahan yang terjadi adalah bagaimana hubungan antara anak laki-laki dan ibunya. Perlu jadi perhatian jika anak laki-laki yang sudah menikah dikenal dengan “anak mami” untuk disikapi.

Dalam artikel ini, tim redaksi KlikDokter dan Psikolog Iswan Saputro mencoba menggali strategi dan cara efektif untuk menghadapi situasi ini dengan bijak dan meningkatkan hubungan yang sehat antara Kamu, calon suami, dan ibunya.

Artikel lainnya: 8 Tanda Bahwa Kamu Telah Siap Menikah

Memahami Dinamika Hubungan 'Anak Mami'

Hubungan anak laki-laki dan ibu memiliki dinamika psikologis yang unik. Kedekatan emosional, nyaman mengekspresikan diri, dan tidak bisa terpisah jauh terlalu lama seringkali menciptakan label “anak mami” bagi seorang anak laki-laki.

Kondisi ini perlu disadari dan dipahami untuk melihat lebih jauh apakah hubungan anak laki-laki dan ibunya cenderung dewasa atau memiliki ketergantungan yang tidak sehat.

Alasannya adalah setiap pihak memiliki motivasi yang berbeda untuk menjaga kedekatan hubungan tetap dekat walaupun sudah menikah.

Perlu diingat jika membutuhkan waktu untuk anak laki-laki menyesuaikan diri dari label “anak mami” menjadi sesuai dengan ekspektasi Kamu sebagai suami saat menikah.

Hal ini dikarenakan pola asuh yang diberikan orang tuanya sudah membentuk pola kepribadian anaknya. Kamu dapat melakukan dan memperhatikan prinsip ini dalam berkomunikasi dengan calon suami yang dikenal “anak mami”:

1. Komunikasi terbuka

Komunikasi yang terbuka dan empatik adalah kunci dalam menghadapi masalah hubungan. Sampaikan alasan, harapan, dan bantuan yang bisa Kamu berikan agar calon suami dapat menjadi figur pasangan yang diharapkan saat menikah.

Menghakimi dan meminta calon suami memilih antara Kamu dan ibunya tidak akan menyelesaikan label “anak mami”. Hal ini dikarenakan Kamu dan ibunya memiliki kedekatan emosional yang dalam, namun berbeda.

2. Tunjukkan empati

Hubungan calon suami dengan ibunya yang dekat terbentuk sejak lama, bahkan sebelum bertemu dengan Kamu. Tentu banyak pengalaman yang mereka lewati bersama dan menciptakan hubungan emosional yang kuat.

Tunjukkan empati dengan memberikan apresiasi kedekatan itu, dengarkan bagaimana kasih sayang calon suami dengan ibunya, dan jaga komunikasi dengan saling bertanya kabar.

Artikel lainnya: Yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Memutuskan Menikah di Usia Muda

3. Tetapkan batas-batas yang sehat

Batasan bukan berarti larangan atau hal yang buruk. Menetapkan batasan dalam hubungan adalah bentuk saling menghargai rasa nyaman dan harapan masing–masing.

Komunikasikan batasan terkait label “anak mami” yang diharapkan dan beri waktu calon suami dalam menentukan waktu untuk berproses.

4. Jalin hubungan yang baik dengan ibu calon suami

Membangun hubungan yang baik dengan ibu calon suami dapat membantu mengurangi ketegangan dalam hubungan Kamu dengan 'anak mami'. Berusaha untuk menjalin hubungan yang positif dengan ibu calon suami dengan menunjukkan penghargaan dan rasa hormat kepada beliau.

Melibatkan ibu calon suami dalam kehidupan Kamu tanpa mengabaikan perasaan sendiri dapat membantu membangun hubungan yang harmonis di antara semua pihak.

5. Konseling pasangan

Konseling pasangan dapat membantu Kamu dan pasangan untuk mengkomunikasikan harapan, kekhawatiran, dan membuat rencana kedepan. Konseling pasangan dengan psikolog memberikan sudut pandang baru dalam memahami terbentuknya label “anak mami” pada calon suami.

Artikel lainnya: Tips Bangkit dari Keterpurukan setelah Gagal Menikah

6. Berpegang pada perspektif positif

Prasangka baik kepada calon suami dan label “anak mami” dapat menjadi cara Kamu melihat situasi secara berimbang. Berpegang pada perspektif positif dapat menjaga kesehatan mental Kamu dalam menjalani hubungan.

7. Hargai setiap prose

Butuh waktu yang berbeda untuk seorang “anak mami” beradaptasi dengan konsep pernikahan. Apresiasi kemajuan dan kelebihan calon suami untuk meningkatkan rasa percaya dirinya dalam hubungan.

Menghadapi calon suami yang 'anak mami' dapat menjadi tantangan, tetapi dengan komunikasi yang terbuka, empati, dan penetapan batas-batas yang sehat, masalah tersebut dapat diatasi.

Penting untuk menghargai hubungan keluarga seseorang sambil juga membangun hubungan yang kuat dan sehat dengan pasangan.

Artikel lainnya: Ini Perawatan Tubuh yang Perlu Dilakukan Sebulan Sebelum Pernikahan!

Jika masalah terus berlanjut, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional konseling pasangan. Dengan kerja sama dan dedikasi, Kamu dan calon suami dapat mengatasi masalah ini dan membangun pernikahan yang bahagia dan harmonis.

Jika Kamu ada pertanyaan seputar tema diatas Kamu bisa gunakan layanan Tanya Psikolog dan buatlah jadwal langsung dengan Temu Psikolog. Jangan lupa untuk #JagaSehatmu selalu ya!

Cek kesehatan Kamu dengan pesan layanan pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan secara online.Yuk, download aplikasi KlikDokter sekarang juga dan belanja keperluan kesehatan lainnya di KALStore.