Anda tentu pernah mendengar tentang diet ketogenik atau yang lebih populer disebut dengan diet keto. Diet jenis ini mengandalkan lemak untuk menyuplai energi utama tubuh dalam kondisi yang disebut dengan ketosis. Ternyata, diet keto menyimpan berbagai fakta menarik di balik sekadar teknik penurunan berat badan.
Awal kepopuleran diet keto
Pada tahun 2016, diet keto mulai ramai dibicarakan hingga menjadi cara menurunkan berat badan yang paling dicari pada mesin pencari Google. Dipopulerkan oleh deretan nama selebriti terkemuka baik dalam maupun luar negeri, masyarakat pun memilihnya sebagai cara mendapatkan tubuh yang ideal.
Mulai dari Kim Kardashian hingga Dian Sastrowardoyo kerap menunjukkan program diet ini di laman media sosial mereka. Karena hasil yang ditunjukkan dari program diet keto cukup menggiurkan, semakin banyak orang yang tertarik untuk menjalankan diet keto.
Dari semua hingar-bingar tersebut, tak banyak rupanya yang mengetahui bahwa diet keto awalnya diciptakan sebagai bentuk terapi untuk pasien dengan keluhan kejang dan epilepsi, sebelum terdapat banyak obat untuk menanganinya.
Cara kerja diet keto
Banyak masyarakat awam yang menyederhanakan makna diet keto menjadi “diet tinggi lemak” saja. Hal ini tidak sepenuhnya keliru, hanya saja kurang lengkap untuk dikatakan sebagai diet keto yang sebenarnya.
Sebab, tujuan dari diet keto atau diet ketogenik adalah untuk mencapai sebuah kondisi yang disebut dengan ketosis. Pada kondisi tersebut tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi utama, yang umumnya mekanisme pembakaran energi menggunakan karbohidrat.
Kondisi ketosis ini dicapai dengan menjalani diet yang tinggi lemak, rendah karbohidrat, dengan protein rendah hingga sedang. Dalam diet keto, kebutuhan kalori harian yang wajib dipenuhi adalah 75-90 persen dari lemak, 6-20 persen dari protein, dan hanya 2-5 persen diperoleh dari karbohidrat.
Namun, kondisi ketosis tentunya tidak bisa dicapai hanya dengan 1 hari menjalani diet keto. Jenis diet ini harus dijalankan setidaknya 3-4 hari agar cadangan karbohidrat yang tersimpan dalam bentuk glikogen habis dan tubuh mulai masuk ke kondisi ketosis, sehingga kemudian memicu penurunan berat badan.
Menu khusus diet keto
Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat mungkin terdengar mudah, hanya dengan menghindari nasi dan makan yang digoreng. Namun ternyata, ada banyak jenis makanan yang belum Anda ketahui juga masuk ke dalam kategori dilarang untuk dikonsumsi saat menjalani diet ini.
Berikut ini adalah aturan menu yang sebaiknya Anda makan dan hindari saat menjalani diet keto:
● Hindari:
o Makanan dan minuman manis: minuman ringan, sari buah, kue, es krim, permen, dan lain-lain
o Makanan pokok: pasta, nasi, sereal, dan gandum.
o Buah: semua jenis buah terutama yang mengandung banyak air dan rasanya manis. Konsumsi buah diperbolehkan, namun dalam porsi kecil, misalnya seperti beberapa buah anggur saja.
o Umbi-umbian: kentang, singkong, ubi, dan wortel.
o Alkohol: minuman dan makanan beralkohol karena tinggi karbohidrat dan gula serta dapat mengganggu mekanisme ketosis tubuh.
● Konsumsi:
o Daging: daging merah dan putih.
o Ikan tinggi lemak: salmon, ikan gabus, dan tuna.
o Telur: konsumsi telur terutama putihnya.
o Minyak, mentega, dan krim: terutama minyak sehat seperti minyak zaitun murni dan minyak kelapa.
o Alpukat: salah satu buah andalan untuk mereka yang menjalani diet keto, karena mengandung lemak dan protein yang sehat
o Sayuran rendah karbohidrat: sayuran hijau, tomat, bawang bombay, dan paprika.
o Keju: keju tanpa pengolahan seperti keju cheddar, keju yang berasal dari susu kambing, dan mozarela.
Efek samping yang mungkin timbul
Meski pada awalnya dimaksudkan sebagai terapi penyakit, diet keto bukannya tidak memiliki efek samping. Dari sudut pandang keamanan pengaplikasian jangka panjang, risiko efek samping terbesar yang mungkin dialami mereka yang menjalani diet keto adalah mengalami kondisi ketoasidosis.
Ketoasidosis merupakan kondisi buruk dari ketosis. Ketika Anda mengalaminya, makanan tinggi lemak seperti alpukat dan minyak zaitun akan dicerna menjadi asam lemak dan keton.
Meski normal diproduksi oleh tubuh, namun terlalu banyak keton dalam darah dapat menyebabkan darah menjadi bersifat terlalu asam. Kondisi ketoasidosis ini dapat menyebabkan berbagai gejala mulai dari yang ringan seperti napas tak sedap, sakit kepala, kram otot, hingga koma dan kematian.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengonsultasikan kondisi kesehatan Anda dengan dokter sebelum dan selama Anda menjalani diet keto.
Meski diet keto dapat menjadi salah satu alternatif cara menurunkan berat badan, perlu diingat bahwa tidak semua orang cocok dengan cara diet ini.
Diet keto mungkin cocok bagi mereka yang memang mengalami obesitas, diabetes, atau mengalami gangguan metabolik tertentu. Di sisi lain, diet ini kurang cocok untuk atlet atau Anda yang menginginkan pembentukan otot bersama dengan penurunan berat badan.
Sama dengan cara diet lainnya, diet keto akan memberikan hasil penurunan berat badan yang signifikan jika dilakukan dalam waktu yang lama dan konsisten. Yang terpenting, jangan lupa untuk mengonsultasikan kondisi kesehatan Anda dengan dokter sebelum memutuskan untuk melakukan diet ketogenik yang ketat.
[NP/ RVS]