Lianhua Qingwen Capsule (LQC) sempat ramai diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia, karena dipercaya ampuh untuk mengobati COVID-19. Namun, baru-baru ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencabut izin rekomendasi obat tersebut.
Obat LQC yang dicabut rekomendasinya oleh BPOM adalah yang tanpa izin edar. Lianhua Qingwen yang memiliki izin edar tetap diperbolehkan dikonsumsi, namun bukan sebagai obat COVID-19.
Pencabutan rekomendasi obat LQC yang tidak memiliki izin edar berpangkal pada temuan BPOM. Badan tersebut mendapati ephedra yakni kandungan berbahaya dalam LQC yang tidak berizin edar.
Artikel Lainnya: Benarkah Obat Lianhua Qingwen Efektif Sembuhkan COVID-19?
Mengenal Ephedra dalam Lianhua Qingwen Capsule
Dijelaskan oleh dr. Theresia Rina Yunita, ephedra atau juga disebut dengan ephedra sinica adalah ramuan yang memiliki sejarah panjang dan telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok.
"Ephedra sinica adalah tanaman herbal yang telah lama digunakan pengobatan Cina dan India untuk mengatasi demam, sakit kepala, batuk, sesak," ucap dr. Theresia.
Tidak hanya itu, ramuan yang dikenal juga dengan nama Ma huang itu juga dipercaya dapat menyembuhkan penyakit asma dan bronkitis.
Melansir dari Very Well, ephedra sempat populer sepanjang tahun 1980-an dalam pengobatan tradisional Tiongkok. Pasalnya, ramuan tersebut dipercaya dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan kinerja olahraga.
Seiring waktu, popularitas ephedra terus berkembang dan sering ditemukan di banyak suplemen nutrisi. Namun, pada tahun 2004 silam, Food and Drug Administration (FDA) melarang semua suplemen yang mengandung ephedra, karena ditemukan adanya potensi berbahaya.
“Pada tahun 2004, FDA mengeluarkan larangan penjualan suplemen makanan yang mengandung alkaloid efedrin (ephedra). Hal itu karena suplemen tersebut ditemukan dapat meningkatkan risiko penyakit,” tutur dr. Theresia.
Tak jauh berbeda dengan itu, pencabutan Lianhua Qingwen Capsule di Indonesia juga dikarenakan senyawa ephedra yang ditemukan dapat menimbulkan efek berbahaya pada sistem saraf pusat. Senyawa tersebut pun disebut dapat mengancam kesehatan sistem pembuluh darah (kardiovaskular).
Artikel Lainnya: Guillain Barre Syndrome Akibat Vaksin COVID-19, Mungkinkah?
Bahaya Ephedra bagi Kesehatan
Masih dari Very Well, bahan aktif utama dalam ephedra adalah efedrin alkaloid dan pseudoefedrin. Keduanya dapat meningkatkan detak jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan melebarkan saluran bronkial.
Kandungan tersebut juga memiliki sifat termogenik, yaitu dapat meningkatkan suhu panas tubuh dan laju metabolisme.
“Suplemen yang mengandung ephedra memiliki kandungan alkaloid, yang telah dihubungkan dengan kejadian serangan jantung, kejang, stroke, psikosis, dan kematian mendadak,” tegas dr. Theresia.
Institut Kesehatan Nasional AS pernah melakukan tinjauan terhadap 16.000 orang terkait efek samping ephedra. Lembaga tersebut mendapati dua orang yang mengalami kematian dari keseluruhan populasi yang diamati.
Tinjauan tersebut juga menemukan sembilan orang yang terkena stroke, empat serangan jantung, satu orang mengalami kejang, dan lima kasus kejiwaan sebagai efek samping ephedra.
Tidak terbatas pada itu, beberapa keluhan lain yang juga bisa terjadi akibat efek samping ephedra, antara lain:
- Mual
- Sakit kepala dan pusing
- Iritasi pada perut, dan diare
- Kegelisahan atau psikosis
- Batu ginjal
- Gemetar
- Mulut kering
- Irama jantung tidak teratur
- Tekanan darah tinggi atau hipertensi
- Nafsu makan menurun
- Berkeringat
- Peningkatan frekuensi buang air kecil.
Artikel Lainnya: Waspadai Efek Samping Perawatan Setrika Wajah
Risiko efek samping ephedra lebih mungkin terjadi pada orang dengan kondisi penyakit bawaan, seperti:
- Penyakit jantung
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Gangguan detak jantung
- Penyakit tiroid
- Hipoglikemia
- Glaukoma
- Kegelisahan
- Feokromositoma
- Diabetes
- Penyakit ginjal atau batu ginjal
- Gangguan kesehatan mental
- Pembesaran prostat
- Insufisiensi otak
- Riwayat kejang, stroke, atau serangan iskemik transien
Orang yang alergi terhadap kandungan efedrin atau pseudoefedrin juga harus menghindari ephedra.
Ephedra juga tidak boleh dikonsumsi dua minggu sebelum atau setelah menjalani operasi. Senyawa ini juga mesti dihindari oleh wanita hamil, ibu menyusui, anak-anak, dan orang dengan anoreksia nervosa atau bulimia.
Setelah tahu fakta ini, Anda sebaiknya lebih bijak dalam memilih dan mengonsumsi obat. Pastikan pula Anda hanya membeli obat yang berlabel BPOM, dan dikonsumsi sesuai dengan aturan yang tertera di kemasan.
Jika ragu, Anda dapat berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter sebelum mencoba mengonsumsi obat jenis apa pun. Konsultasi bisa Anda lakukan dengan mudah melalui layanan LiveChat 24 jam atau di aplikasi KlikDokter.
(NB/JKT)