Bila di zaman dahulu Anda hanya dapat menyusui secara langsung, kini Anda dapat menyimpan ASI perah di dalam freezer. Ada anggapan masyarakat bahwa cara menyusui bisa memengaruhi berat badan bayi. Benarkah demikian?
Pentingnya mengukur berat badan bayi
American Academy of Pediatrics (AAP) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif untuk balita hingga usia 6 bulan. Rekomendasi serupa pun disarankan di Indonesia.
Berdasarkan definisi, pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman lain (termasuk air putih) selama enam bulan pertama kehidupan, namun pemberian cairan rehidrasi oral, obat, serta suplementasi vitamin dan mineral diperbolehkan, terutama bagi bayi dengan berat badan rendah.
Pertambahan berat badan adalah salah satu cara memonitor tumbuh kembang anak. Itulah sebabnya berat badan bayi menjadi salah satu hal yang sering menyebabkan kekhawatiran pada orang tua.
Untuk mengetahui pertambahan berat badan tersebut dilakukan pengecekan menggunakan kurva pertumbuhan, yang umumnya tercantum pada KMS (Kartu Menuju Sehat) anak.
Cara menyusui dan hubungannya dengan berat badan bayi
Sebuah studi di Jepang mempelajari pertambahan berat badan bayi selama sebulan pertama, dan membandingkan metode menyusui yang digunakan, baik dengan ASI eksklusif, ASI yang dicampur dengan susu formula, serta susu formula sepenuhnya.
Hasilnya, tidak ada perbedaan berat badan yang terjadi secara signifikan pada bayi yang diberikan susu dengan ketiga metode tersebut. Walau demikian, hasil tersebut tidak berlaku bagi bayi yang berusia lebih besar.
Pada usia tiga bulan hingga dua tahun, bayi yang diberikan ASI akan memiliki berat yang kurang dibandingkan bayi seusianya yang diberikan susu formula. Perlu Anda ketahui, pemberian ASI secara langsung atau dengan botol nyatanya dapat memengaruhi berat badan bayi.
Bayi yang diberi ASI menggunakan botol cenderung memiliki berat badan lebih dibandingkan dengan yang disusui secara langsung. Hal ini karena bayi yang disusui langsung memiliki kemampuan lebih baik untuk menentukan rasa kenyang, sehingga berisiko lebih rendah untuk makan berlebih dan terkena obesitas di kemudian hari.
Tentunya, untuk mendapatkan penambahan berat badan yang optimal, posisi menyusui dan latching atau perlekatan mulut bayi saat menyusui juga harus sesuai. Dengan demikian, si Kecil pun dapat tercukupi kebutuhan nutrisinya.
Faktor lain yang memengaruhi berat badan bayi
Tak hanya cara menyusui, pilihan susu formula juga bisa memengaruhi berat badan bayi, dimana mereka yang mengonsumsi susu formula berbahan dasar susu sapi umumnya memiliki berat 0.9 kg lebih dibandingkan dengan bayi yang mengonsumsi susu formula berbahan hidrolisat protein.
Susu formula dengan hidrolisat protein umumnya diberikan pada bayi yang memiliki alergi susu sapi, serta dirancang untuk lebih mudah dicerna. Jika dibandingkan dengan asupan ASI, tidak ada perbedaan penambahan berat badan antara bayi yang diberi susu formula hidrolisat protein dan ASI.
Berbeda dengan susu sapi, bayi yang diberi susu formula berbahan susu sapi umumnya akan mengonsumsi susu lebih banyak sebelum kemudian merasa kenyang. Hal ini dapat berkaitan dengan jumlah asam amino bebas, yang lebih sedikit daripada susu formula hidrolisat protein.
Pertambahan berat badan anak juga dipengaruhi jenis kelaminnya. Berdasarkan penelitian WHO, dalam kondisi optimal, balita laki-laki akan bertambah berat 1200 g serta balita perempuan bertambah 1000 g setiap bulannya. Selain itu, adanya penyakit pada bayi, kesehatan ibu, kondisi susu dan ASI juga dapat berpengaruh.
Cara menyusui yang tepat nyatanya memang turut andil dalam penambahan berat badan bayi. Tapi, sebagai orang tua Anda perlu memahami bahwa berat badan yang lebih besar belum tentu lebih baik bagi bayi. Bahkan, bayi dengan pertambahan berat yang sangat cepat dalam tahun pertama kehidupannya lebih beresiko terkena obesitas dan sindrom metabolik di kemudian hari. Yang terpenting, pastikan si Kecil mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan setiap harinya.
Masih punya pertanyaan seputar topik ini? Kamu dapat berkonsultasi dengan dokter secara online melalui layanan Tanya Dokter.
[NP/ RVS]