Tidak diragukan lagi, ASI merupakan sumber gizi nomor satu untuk bayi. Untuk memenuhi kebutuhan dasar bayi ini, semua ibu berjuang sepenuh hati demi dapat terus menyusui. Agar gizi yang diberikan optimal, kualitas ASI yang diberikan juga tidak kalah penting. Memberikan ASI perah yang sudah basi tidak hanya merugikan bayi dalam segi nutrisi, tapi juga meningkatkan risiko gangguan kesehatan bagi sang buah hati.
ASI memiliki ciri khas tersendiri
Tak seperti susu sapi yang warna, rasa, serta aromanya sudah pasti, ASI perah memiliki variasi dalam hal karakteristik fisiknya. Baik dari segi warna, rasa, mapun aromanya, ASI dapat berbeda antara produksi ibu yang satu dengan yang lainnya. Bahkan, produksi ASI dari ibu yang sama saja bisa berbeda karakternya dari hari ke hari. Inilah yang kerap menyulitkan dalam mengenali ASI basi.
ASI segar yang baru saja diperah memang memiliki tampilan dan rasa yang optimal dan seluruh bayi pasti menyukainya. Namun, bila sudah dibiarkan beberapa lama di suhu ruangan, disimpan di dalam lemari pendingin ataupun dibekukan, aroma serta rasa ASI dapat berubah. Asalkan belum melampaui batas waktu dan terjaga baik penyimpanannya, ASI perah ini masih layak diberikan pada bayi.
Akan tetapi, bila batas waktu dan penyimpanan serta pengolahan ASI perah tidak terjaga, bisa jadi yang diberikan adalah ASI basi dan manfaatnya sudah jauh di bawah standar untuk sang bayi. Lalu, bagaimana mengetahui kekhasan warna, aroma dan rasa ASI? Mengetahui ciri khas ASI adalah kuncinya.
Kenali warna ASI
Warna ASI perah dapat sangat bervaraisi. Mulai dari putih, kekuningan, atau mendekati jingga tergantung komposisi ASI awal atau foremilk dan ASI akhir atau hindmilk di dalamnya.
Foremilk merupakan jenis ASI yang keluar di awal-awal memerah. Adapun hindmilk akan keluar di akhir sesi perah, saat ASI sudah nyaris habis terkuras dari payudara.
Foremilk banyak mengandung air, sedangkan hindmilk kaya akan lemak. Semakin banyak kandungan hindmilk, ASI yang diperah akan semakin terlihat kuning dan pekat. Sebaliknya, semakin tinggi kandungan foremilk-nya, ASI yang keluar di awal sesi menyusui, warna ASI akan semakin putih dan lebih encer.
Aroma dan rasa ASI
Selain warna, ciri khas aroma dan rasa ASI juga harus bisa dikenali. Lagi-lagi, rasa dan aroma ASI segar yang baru dipompa ternyata juga dapat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya. Makanan dan obat-obatan tertentu yang dikonsumsi ibu dapat memengaruhi kedua karakter khas ASI ini.
Selain ASI dalam bentuk segarnya, sang ibu juga harus bisa mengenali aroma dan rasa ASI yang didinginkan atau dicairkan dari bentuk bekunya. Ini menjadi penting karena sebagian ibu mengeluhkan adanya aroma dan rasa seperti sabun ketika ASI yang hendak diberikan ke bayi adalah ASI beku yang dicairkan.
Aroma ”sabun” ini umumnya terjadi pada ibu yang memiliki kadar enzim lipase yang tinggi dalam ASI-nya. Tidak perlu khawatir, ASI ini aman diberikan dan kandungan gizinya tetap tinggi.
Namun bila bayi menolak karena aromanya, ibu dapat menyiasati dengan memanaskan ASI terlebih dahulu sebelum disimpan. Cukup panaskan ASI dalam panci hingga timbul buih di tepi panci, lalu dinginkan dan bekukan. Proses ini akan menghambat kerja enzim lipase sehingga aroma sabun dapat semaksimal mungkin dikurangi.
Membedakan ASI layak konsumsi dan ASI basi
Walaupun tidak seunggul ASI segar, ASI yang dicairkan dari bentuk bekunya tetap layak dikonsumsi bayi dan tetap bernutrisi. Tantangannya adalah, membedakan mana ASI yang basi mana yang tetap dapat diberikan pada bayi. Bila sang ibu sudah bisa mengenali karakter ASI-nya, tentu deteksi ASI perah yang basi akan jauh lebih mudah. Prinsipnya, ASI basi dapat dikenali dari tanda berikut:
-
Aroma dan rasa ASI menjadi asam
Walaupun sebagian ibu mengeluhkan adanya perubahan aroma dan rasa ASI setelah disimpan di lemari pendingin, perubahan aroma ini umumnya masih dapat ditolelansi dan tidak menjadi asam. Rasa asam keluar akibat kontaminasi bakteri yang justru akan berisiko untuk kesehatan sang bayi.
-
ASI perah bergumpal dan tidak menyatu kembali ketika dicairkan dan diaduk perlahan.
Saat disimpan di lemari pendingin, ASI umumnya memang akan terpisah menjadi dua bagian. Bagian atas kaya akan lemak dan lebih kental, sedangkan bagian bawahnya relatif lebih encer.
Kedua bagian ini tetap akan menyatu ketika ASI dicairkan dan dihangatkan. Akan tetapi pada ASI basi, kedua bagian ini tetap akan terpisah dan terbentuk gumpalan-gumpalan yang tidak bisa dilarutkan.
-
Melampaui batas waktu penyimpanan ASI
Di samping bentuk fisik, aroma, dan rasa, penting juga mengetahui rentang waktu ideal penyimpanan ASI, baik di suhu ruangan, pendingin maupun kompartemen beku di lemari es.
Di suhu ruangan, ASI perah bertahan hingga 4 jam. Jika disimpan di kulkas biasa, ASI perah segar bertahan 3 hari, sedangkan ASI perah yang dicairkan dari beku hanya 24 jam.
Penyimpanan dalam freezer dapat bertahan 3-6 bulan, tergantung apakah freezer asi bercampur bahan lain atau tidak. Sekalipun belum terindikasi basi, kandungan gizi di dalam ASI yang sudah melewai masa penyimpanan ini bisa jadi sangat minim sehingga manfaat yang didapatkan bayi juga tidak lagi optimal.
Menjaga kualitas ASI perah sangat penting untuk melindungi nutrisi dan kesehatan sang bayi. Dengan pengetahuan ciri-ciri ASI basi, ibu tidak perlu lagi bimbang dan khawatir ketika akan memberikan ASI ke sang buah hati. Ibu tenang, bayi pun mendapatkan manfaat maksimal dari nutrisi penuh kasih sayang ini.
[HNS/ RVS]