Jika ditanya, kebanyakan ibu lebih memilih untuk menyusui bayinya di tempat yang kondusif. Jika menyusui di tempat umum tak bisa dihindari, tak sedikit ibu yang khawatir bayi akan terpapar kuman, sehingga rentan kena penyakit. Benarkah anggapan tersebut?
Pentingnya pemberian ASI
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik yang bisa diberikan ibu kepada bayi. Komposisi ASI berubah setiap saat, sesuai dengan kebutuhan bayi. Jika diberikan dengan baik dan benar sebagai makanan tunggal, ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk tumbuh secara optimal hingga 6 bulan.
ASI mengandung makrofag, limfosit, dan antibodi yang dapat mencegah bayi terinfeksi penyakit tertentu. Pemberian ASI juga memiliki pengaruh biologis dan emosional yang signifikan terhadap kesehatan ibu dan anak, begitu juga dengan mempererat ikatan (bonding).
Anjuran untuk menyusui secara eksklusif selama enam bulan, lalu dilanjutkan berbarengan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) hingga dua tahun terdengar mudah, tapi pada beberapa ibu bisa penuh tantangan. Dibutuhkan niat dan dukungan tanpa henti dari orang-orang di sekitar.
Isu utama menyusui di tempat umum: sosial dan kesehatan
Selama periode dua tahun tersebut, idealnya ibu tetap berada di rumah dan fokus mengurus bayi. Namun itu rasanya tak mungkin, karena ibu menyusui juga perlu perubahan suasana agar tidak bosan, atau ada keperluan lain di luar rumah, sehingga terkadang menyusui di tempat umum tak terelakkan.
Ada dua isu utama menyusui di tempat umum, yaitu isu sosial dan isu kesehatan. Mengenai isu sosial, hingga kini banyak yang masih menganggapnya terlalu vulgar atau tak pantas, sementara sebagian lainnya mendukung. Isu ini bisa diatasi dengan cara mengenakan penutup dada khusus (nursing cover) ketika menyusui di tempat umum.
Pilihan lainnya adalah dengan menyusui di ruangan khusus laktasi. Namun sayangnya, belum banyak gedung dan – atau – fasilitas umum yang memiliki ruangan khusus menyusui.
Perihal isu seputar kesehatan, banyak yang menganggap bahwa menyusui di tempat umum bisa berbahaya bagi kesehatan bayi. Banyaknya orang yang lalu-lalang bukan tak mungkin menjadi sumber kontaminasi kuman di udara, misalnya di fasilitas publik.
Bisa saja ketika menyusui Anda berdekatan dengan seseorang yang sedang sakit tuberkulosis (TBC), flu, campak, dan penyakit menular lainnya. Kuman yang menyebar lewat udara bisa dengan mudah menginfeksi bayi yang memiliki daya tahan tubuh yang baik.
Selain itu, ancaman kesehatan juga bisa datang dari polusi udara, asap kendaraan, asap dari pabrik, asap rokok, atau bau dari limbah atau sampah yang membuat kualitas udara buruk. Itu semua dapat membahayakan bayi – dan Anda – jika Anda menyusuinya di tempat umum.
Lantas bagaimana solusinya?
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar menyusui di tempat umum tetap aman dan nyaman dilakukan.
Kenali dulu hak Anda sebagai ibu menyusui
Pertama-tama, Anda harus paham bahwa menyusui adalah hak seorang ibu. Peraturan tersebut tertulis dalam Pasal 128 UU No. 36/2009, yaitu: setiap bayi yang lahir berhak untuk mendapatkan ASI eksklusif. Selain itu, juga diatur dalam Pasal 128 UU No. 36 tahun 2009, yaitu: pemberian hanya ASI selama enam bulan dan dapat terus dilanjutkan sampai usia dua tahun.
Bahkan, beberapa fasilitas publik kini menyediakan ruang untuk menyusui, yang mana ini tak lepas dari Pasal 22 UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak. Bunyinya: negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Sarana dan prasarana itu salah satunya adalah menyediakan ruang menyusui.
Untuk ibu bekerja, UU Ketenagakerjaan Pasal 83 UU No. 13 Tahun 2003 menyatakan, pengusaha diwajibkan memberi peluang yang layak pada karyawan wanita yang memiliki bayi yang masih menyusui.
Ada pula Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Jaminan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif, yang mewajibkan setiap manajer di tempat kerja dan administrator fasilitas publik untuk memberlakukan peraturan internal yang mendukung dan membantu keberhasilan program pemberian ASI.
Usahakan dulu untuk mencari ruangan khusus menyusui
Usahakan dulu mencari ruangan khusus laktasi atau ruangan lain yang bisa dipakai dan aman untuk menyusui bayi. Anda bisa bertanya kepada petugas gedung di mana ruang laktasi atau ruangan lain yang aman dan memadai untuk menyusui.
Selanjutnya
Jika tak ada ruang laktasi, cari lokasi ideal
Kalau memang tak ada dan Anda harus menyusui bayi di tempat umum, pilih tempat yang sepi, jauh dari tempat sampah atau pembuangan limbah, serta jauh dari tempat yang penuh asap kendaraan bermotor dan asap rokok.
Misalnya area dengan tempat duduk yang tak banyak dilewati orang, restoran di bagian dalam, dan lain-lain. Hindari menyusui bayi di toilet umum.
Menggunakan nursing cover
Gunakan penutup dada untuk meminimalkan risiko penularan kuman penyakit lewat udara terbuka di tempat umum. Jika tak nursing cover, Anda bisa memanfaatkan kain gendongan.
Percaya diri
Namanya juga di tempat umum, kontak mata dengan orang lain yang lewat di sekitar Anda tentu sulit untuk dihindari. Jika ada yang melihat ke arah Anda ketika sedang menyusui si Kecil, tersenyumlah. Apa yang Anda lakukan bukanlah hal terlarang, apalagi sampai membuat Anda malu atau merasa bersalah.
Menyusui di tempat umum memang bisa membuat bayi rentan terkena penyakit. Meski begitu, lakukan tips di atas untuk meminimalkan risiko tersebut. Satu hal lagi yang tak kalah penting, tetap semangat menyusui si Kecil, ya, Bu. Selain itu, selalu jaga kesehatan agar kondisi Ibu dan si Kecil selalu terjaga.
Masih punya pertanyaan seputar topik ini? Kamu dapat berkonsultasi dengan dokter secara online melalui layanan Tanya Dokter.
(RN/ RVS)