Proses menyusui tidak selalu mudah, karena beberapa ibu terbentur rintangan seperti produksi ASI yang sedikit, masalah pada payudara, kondisi medis, stres, kondisi psikososial, dan lain-lain. Itu semua bisa mengakibatkan ibu terhenti menyusui (lactation failure). Jika Anda mengalaminya, tak perlu terlalu khawatir karena Anda bisa kembali menyusui lewat proses relaktasi. Yuk, ketahui lebih lanjut apa saja kiat sukses demi keberhasilan relaktasi.
Semua ibu di luar sana tahu bahwa ASI punya segudang manfaat untuk bayi. Mulai dari kandungan gizinya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, hingga antibodi yang dapat meningkatkan pertahanan tubuh bayi dari berbagai penyakit.
Berbagai penelitian pun telah membuktikan bahwa ASI dapat menurunkan angka kematian pada bayi. Inilah mengapa, ASI sering disebut sebagai makanan terbaik bagi bayi. Sebagian besar ibu mengusahakan untuk menyusui bayinya secara eksklusif selama enam bulan pertama dan dilanjutkan hingga usia dua tahun.
Artikel Lainnya: 9 Tanda ASI Banyak atau Hiperlaktasi, Apa Saja?
Pemberian ASI memang sangat dianjurkan, tetapi sayangnya tidak semua ibu bisa dengan mudah dan lancar menyusui bayinya. Dalam perjalanannya, tak sedikit ibu yang kerap menemukan kesulitan seperti:
- Kurangnya produksi ASI (low milk supply)
- Masalah pada payudara, misalnya puting datar atau retraksi
- Adanya penyakit pada ibu, misalnya tuberkulosis
- Kondisi psikososial seperti ibu bekerja
- Minimnya pengetahuan ibu mengenai proses menyusui
- Stres pascapersalinan
Itu semua bisa membuat ibu terhenti menyusui. Kendati demikian, jangan sampai menyerah karena ibu dapat kembali menyusui lagi lewat proses relaktasi.
Artikel Lainnya: 6 Fakta Mengejutkan tentang ASI
Kiat Sukses Keberhasilan Relaktasi
Relaktasi adalah praktik menyusui kembali bayi langsung ke payudara setelah selama waktu tertentu berhenti menyusui, atau menyusui secara parsial (memberikan ASI dengan tambahan susu lain selain ASI) karena berbagai alasan.
Pada prinsipnya, relaktasi bertujuan untuk memicu pengeluaran hormon oksitosin melalui gerakan mengisap payudara oleh bayi. Dengan demikian, produksi ASI perlahan akan meningkat, sehingga akhirnya cukup untuk diberikan kepada bayi. Teknik relaktasi sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sudah banyak kisah ibu yang akhirnya sukses kembali menyusui bayinya setelah proses relaktasi.
Relaktasi memang tidak mudah. Ada banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan relaktasi, yaitu:
- Tekad kuat untuk kembali menyusui bayi
- Stimulasi terus-menerus pada puting
- Lingkungan atau orang-orang di sekitar yang suportif
Jika ketiga faktor di atas terpenuhi, kemungkinan keberhasilan relaktasi meningkat. Untuk mencapainya, simak kiat suksesnya di bawah ini.
Artikel Lainnya: 3 Jenis ASI yang Wajib Diketahui Ibu Baru
Hentikan penggunaan botol dot
Botol dot secara tidak langsung mengubah gerakan menyusui bayi, sehingga akan kurang maksimal ketika menyusui langsung di payudara. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan saat relaktasi adalah menghentikan pemberian susu menggunakan botol dot.
Berikan ASI perah atau susu formula menggunakan cangkir atau sendok agar bayi lupa pada dot dan mau mengisap payudara ibu. Mulailah menawarkan payudara saat waktunya bayi untuk menyusu.
Awalnya mungkin bayi akan gelisah, sehingga menyebabkan waktu mengisapnya hanya sebentar. Namun, jangan menyerah! Lakukan terus hingga bayi terbiasa dengan gerakan menyusui di payudara.
Isapan bayi pada payudara ibu juga merupakan upaya paling efektif untuk menstimulasi puting payudara dan memicu produksi hormon oksitosin yang meningkatkan produksi ASI.
Artikel Lainnya: 4 Tips Memilih Ukuran Dot Sesuai Umur Bayi
Kontak kulit dengan bayi
Pada relaktasi, frekuensi kontak kulit (skin-to-skin contact) antara ibu dan bayi harus ditingkatkan. Kontak ini tak hanya dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, tetapi juga bisa memicu hormon yang memproduksi ASI. Selain itu, bayi juga dapat mencium aroma tubuh ibunya, sehingga meningkatkan keinginan untuk menyusui langsung di payudara.
Rutin memerah payudara
Di antara waktu menyusui bayi, Anda harus rutin memerah payudara. Memerah payudara dapat dilakukan dengan tangan (hand expression) ataupun menggunakan pompa ASI. Ingat, yang terpenting dalam proses ini adalah stimulasi tubuh untuk mengeluarkan hormon laktasi. Kalaupun saat Anda memerah tidak ada ASI yang keluar, jangan langsung patah semangat.
Siapkan waktu dan lingkungan
Relaktasi kerap memakan waktu yang cukup panjang. Karena itu, bila Anda bertekad untuk kembali menyusui bayi secara langsung, siapkan waktu khusus untuk memulai proses ini.
Jangan lupa juga beri tahu pasangan, keluarga, serta sahabat mengenai niat mulia ini, karena dukungan penuh dari mereka juga turut menentukan keberhasilan relaktasi.
Nutrisi ibu
Hal penting lainnya yang tak boleh terlewatkan selama proses relaktasi adalah pemenuhan nutrisi ibu yang yang lengkap dan seimbang. Mulai dari kandungan lemak, protein, hingga mikronutrien. Bila perlu, konsumsi susu khusus ibu menyusui yang mengandung vitamin B2 dan B12 untuk membantu produksi ASI, sekaligus omega-3 dan DHA untuk kecerdasan otak si Kecil.
Artikel Lainnya: Nutrisi Penting yang Dibutuhkan Ibu Menyusui
Jika Anda sempat terhenti menyusui dan ingin kembali menyusui buah hati, jangan menyerah dan lakukan kiat-kiat di atas demi keberhasilan relaktasi. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan konsultan laktasi mengenai niat untuk menjalani relaktasi. Nantinya, Anda akan didampingi dalam tiap prosesnya. Relaktasi memang tidak mudah, tetapi dengan motivasi kuat, dukungan keluarga, serta ditunjang dengan pemenuhan gizi yang diperlukan, Anda bisa berhasil kembali menyusui si Kecil.
(RN/ RH)