Menyusui merupakan tahapan penting seorang ibu sebagai cara utama untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Sebab, Air Susu Ibu (ASI) kaya akan nutrisi yang diperlukan bayi. Sebagian ibu menyusui mengalami ASI berlebih yang dalam bahasa medis disebut hiperlaktasi.
Menilik dari data Kementerian Kesehatan RI, dijelaskan hanya 3 dari 10 ibu menyusui yang berhasil memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Padahal, bayi dianjurkan mengonsumsi ASI hingga berusia 6 bulan, sebelum bisa mendapat Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Salah satu penyebab dari kasus di atas adalah kesulitan ibu dalam memproduksi ASI yang dibutuhkan si Kecil. Meski demikian, ternyata pada beberapa ibu menyusui mengalami hal sebaliknya, yakni memproduksi ASI berlebih atau hiperlaktasi.
Gejala hiperlaktasi
Dikenal juga dengan hipergalaktia, hiperlaktasi merupakan suatu kondisi ketika payudara memproduksi ASI melebihi dari jumlah yang dibutuhkan oleh bayi. Pada keadaan ini ASI dapat keluar secara deras dan cepat, sehingga dapat mengganggu proses menyusui.
Gejala dari hiperlaktasi dapat dialami oleh sang ibu maupun bayi yang disusui. Berikut ini adalah penjelasannya:
Pada ibu menyusui
Payudara terasa penuh, bengkak, nyeri, dan ASI merembes. Selain itu penyumbatan saluran ASI dan peradangan jaringan payudara (mastitis) juga dapat terjadi. Gejala tersebut biasanya timbul pada minggu pertama persalinan hingga 2-3 minggu selanjutnya.
Pada bayi
Dapat timbul gejala seperti kesulitan saat menyusu, keluarnya ASI dari mulut bayi saat menyusu, serta bayi menghindar saat disusui langsung dari payudara. Selain itu berat badan bayi terlalu rendah atau tinggi, perut kembung, sering buang air kecil, dan feses banyak berwarna hijau serta berlendir.
Apa yang menyebabkan hiperlaktasi?
Umumnya, penyebab dari hiperlaktasi adalah banyaknya jumlah kelenjar penghasil ASI (alveoli) di payudara seorang wanita. Normalnya alveoli berkisar antara 100.000-300.000 di setiap payudara wanita. Namun, pada hiperlaktasi jumlahnya bisa lebih dari itu.
Terkadang, produksi ASI dapat berlebih diakibatkan oleh ibu yang secara tidak sengaja memompa ASI melebihi kebutuhan bayinya. Memompa ASI secara berlebihan juga dapat memicu terjadi hiperlaktasi. Tak hanya itu, ketidakseimbangan hormon dan konsumsi obat tertentu juga dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI yang berujung pada hiperlaktasi.
Tips mengatasi hiperlaktasi
Jika mengalami hiperlaktasi, Anda tak perlu merasa khawatir. Cobalah beberapa tips di bawah ini untuk mengatasinya.
Gunakan pompa ASI
Pompa ASI dapat membantu mengeluarkan ASI dari payudara yang terisi penuh. Namun, pompa ASI harus digunakan sesaat sebelum proses menyusui dan mengunakan kekuatan yang paling rendah. Jangan sampai penggunaan pompa ASI yang tidak tepat malah semakin merangsang produksi ASI lebih banyak lagi.
Menyusui sebelum bayi lapar
Waktu tepat untuk menyusui dilakukan ketika bayi baru bangun tidur atau saat belum terlalu lapar. Hal tersebut perlu dilakukan agar bayi dapat mengisap payudara ibu dengan perlahan. Dengan begitu, produksi ASI pun juga melambat.
Posisi menyusui berlawanan dengan gaya gravitasi
Hal ini untuk mencegah aliran ASI yang keluar terlalu deras. Anda bisa menyusui dengan posisi menyamping, kemudian posisikan kepala bayi agak menekuk di bagian belakangnya.
Menyusui dengan satu payudara
Awali menyusui dengan salah satu payudara. Selanjutnya, berikan ASI dari payudara sebelahnya dengan menggunakan pompa ASI. Ingat, tetap gunakan pada pompa ASI dengan kekuatan terendah.
Bagi para ibu, melakukan tahapan menyusui tentu bukan perkara mudah, apalagi jika sudah mengalami hiperlaktasi. Namun, Anda tidak perlu khawatir, karena hiperlaktasi pada ibu menyusui dapat diatasi dengan mencoba beberapa tips di atas.
Jika produksi ASI berlebih atau hiperlaktasi masih berlanjut, segera konsultasikan kepada dokter. Jangan sampai kondisi tersebut membuat si Kecil kekurangan nutrisi karena bermasalah saat menyusui. Dalam memperingati Pekan ASI Sedunia, berikan yang terbaik untuk buah hati Anda!
Masih punya pertanyaan seputar topik ini? Kamu dapat berkonsultasi dengan dokter secara online melalui layanan Tanya Dokter.
[NP/ RVS]