Setelah melewati kehamilan dan persalinan, proses yang harus dihadapi selanjutnya adalah masa menyusui. Sama seperti sebelumnya, masa menyusui juga dipenuhi dengan berbagai risiko kesehatan. Salah satu yang paling sering terjadi adalah mastitis.
Mastitis merupakan peradangan yang terjadi pada jaringan payudara. Keadaan ini bisa disertai dengan adanya infeksi maupun tidak, namun keduanya tetap dapat mengganggu proses menyusui.
Mastitis sering kali menyerang ibu menyusui akibat adanya saluran ASI yang tersumbat. Dalam bahas medis, saluran tersebut dikenal dengan sebutan duktus.
Tersumbatnya duktus mamae menyebabkan ASI yang diproduksi tidak dapat dikeluarkan dari payudara. Hal ini menyebabkan terjadinya sumbatan, yang lama-kelamaan menyebabkan peradangan pada payudara.
Faktor risiko mastitis
Beberapa faktor risiko terjadinya mastitis adalah sebagai berikut:
-
Perlekatan yang kurang baik saat menyusui
Proses perlekatan antara mulut dan payudara ibu yang tidak sempurna saat proses menyusui bisa menyebabkan si Kecil kesulitan untuk menghisap.
-
Frekuensi menyusui yang tidak teratur
Kebiasaan sering menunda pemberian ASI dapat berdampak penumpukan air susu di payudara, yang berujung pada sumbatan serta peradangan.
-
Tekanan pada payudara
Tekanan pada payudara membuat saluran ASI terimpit, sehingga risiko terjadinya penyumbatan juga lebih tinggi. Keadaan ini bisa terjadi akibat penggunaan bra atau pakaian yang terlalu ketat.
-
Perokok aktif
Kebiasaan merokok bisa menyebabkan terjadinya mastitis, bahkan pada wanita yang belum memasuki masa menyusui. Keadaan ini dikenal sebagai mastitis periduktal.
-
Tindik pada puting
Tindik pada puting payudara bisa menyebabkan terjadinya mastitis, apalagi bila proses tindik tidak dilakukan oleh tenaga profesional.
Kenali gejala mastitis
Ibu menyusui yang mengalami mastitis akan merasakan gejala dari tingkat ringan hingga berat. Berikut beberapa gejala yang termasuk di antaranya:
- Bagian payudara menjadi merah dan bengkak
- Area payudara terasa panas dan nyeri saat disentuh
- Keluar cairan berwarna putih atau bercampur darah dari puting
- Sensasi terbakar pada payudara, bisa dirasakan terus-menerus atau hanya saat menyusui
- Gejala serupa flu
- Demam dan menggigil
- Kelelahan dan badan lemas
- Tubuh terasa pegal atau nyeri
Gejala yang terjadi akibat mastitis dapat secara langsung memengaruhi proses pemberian ASI pada bayi, sehingga dapat membuat ibu menjadi stres atau bahkan depresi.
Cara mencegah mastitis
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Dalam hal mastitis, berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan:
- Pastikan perlekatan (latch on) bayi dan payudara proses saat menyusui berlangsung sempurna. Pastikan pula bayi bisa mengisap ASI dengan baik.
- Berikan ASI sesering mungkin, mengikuti keinginan bayi.
- Hindari menunda atau melewatkan waktu menyusui.
- Jangan ragu membangunkan bayi jika tiba waktu menyusu, apalagi jika payudara terasa penuh.
- Hindari tekanan berlebih pada payudara, misalnya dengan menghindari penggunaan pakaian ketat.
- Istirahat sebanyak mungkin.
- Gunakan kedua sisi payudara saat menyusui. Misalnya, jika saat ini diawali payudara kanan, maka berikutnya diawali dengan payudara kiri.
- Berikan bayi ASI eksklusif.
- Lakukan pemijatan payudara dengan teknik yang baik dan benar.
Jangan anggap sepele mastitis. Sebab keadaan ini bisa mengganggu proses menyusui, yang pada akhirnya mengakibatkan kebutuhan gizi harian bayi menjadi tak terpenuhi. Jika Anda mengalami mastitis dan tak kunjung sembuh dalam waktu sehari, tak perlu sungkan untuk segera berobat ke dokter. Anda tak ingin si Kecil mengalami gangguan tumbuh kembang gara-gara proses pemberian ASI yang tidak optimal, bukan?
[NB/ RVS]